Headline
Suplai Minyak Goreng Curah Macet, Stok Kemasan Malah Melimpah
Penjual banyak yang kosong, mereka tidak punya barang karena suplai dari pusat bermasalah. Barang belum dikirim ke distributor, sehingga langka.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Seorang pedagang barang kebutuhan pokok di Pasar Bantul, Siti Hanifa (50) mengaku dalam beberapa hari terakhir kesulitan mendapatkan stok minyak goreng curah.
Padahal setelah minyak goreng kemasan kembali membanjiri pasar dengan harga selangit, warga beralih memburu minyak goreng curah. Harganya jauh lebih murah.
Sayangnya, stok minyak goreng curah saat ini langka.
Siti Hanifa biasanya membeli ke distributor di wilayah Bantul dan Sleman. Dia juga terpaksa menyetujui syarat kulakan dengan menebus barang lain.
"(Minyak goreng) curah juga enggak ada barangnya. Meskipun ada, disuruh kawinan beli barang lain baru boleh beli curah satu jiriken. Satu jiriken itu isinya 18 liter," ungkap Siti Hanifa, Rabu (23/3/2022).
"Biasanya kita biasa beli 15 jiriken, habis dalam satu hari. Tapi sekarang cuma bisa tujuh jiriken. Makanya saya juga membatasi pembeli, paling banyak beli lima liter," terangnya.
Setelah pemerintah menghapus HET minyak goreng kemasan, harga komoditas tersebut menjadi tinggi di angka Rp24 ribu hingga Rp25 ribu per liter.
Warga kemudian banyak beralih ke minyak goreng curah. Padahal sebelumnya minyak goreng curah biasanya dibeli oleh pengusaha warung, pedagang gorengan dan katering.
"Saat ini minyak goreng kemasan harganya Rp24 ribu per liter. Dengan harga segitu, larinya ke curah. Walaupun harga curah naik, tapi nggak sampai Rp 20 ribu," ungkap Siti Hanifa.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Yanto Apriyanto mengakui ada kelangkaan minyak goreng curah di pasaran. Ini karena ada keterlambatan suplai minyak goreng curah ke daerah.
“Sehingga penjual banyak yang kosong, mereka tidak punya barang karena suplai dari pusat bermasalah. Barang belum dikirim ke distributor, sehingga langka,” jelasnya, kemarin.
Disperindag DIY terus memantau penyaluran minyak goreng curah yang kini menjadi ‘primadona’ di tengah lonjakan harga minyak goreng. Terjadinya pengalihan penggunaan minyak goreng dari kemasan ke curah itu, menurut Yanto, lantaran perbedaan harga yang cukup jauh antara minyak goreng curah dengan minyak goreng kemasan.
“Memang disparitas harga menjadi faktor mengapa masyarakat beralih ke minyak curah. Kami masih berkoordinasi dengan pusat bagaimana dari hulu kok tidak lancar,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Yanto, harga minyak goreng curah berdasarkan aturan Kemendag sebesar Rp14.500 per liter.
Sedangkan untuk harga minyak goreng kemasan harganya bisa mencapai Rp24.000 per liter.
“Dari Kemendag minyak goreng curah itu Rp14.500, tetapi kenyataan di lapangan bisa diangka Rp18.000 per liter,” jelas Yanto
Selain minyak goreng, bahan pokok lain juga ikut mengalami kenaikan harga. Penyebabnya menurut Yanto karena saat ini sudah mendekati Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
“Kemarin kami melakukan rapat koordinasi besama Disdag Kabupaten/Kota, Binda, Satgas Pangan, dan toko ritel. Intinya kami melakukan monitoring, dan semua menyampaikan datanya,” ucapnya.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan menjelang HBKN yakni minyak goreng, kedelai, gula pasir, tepung terigu, telur ayam, bawang putih, cabe, dan daging sapi. Yanto berharap, masyarakat tidak panik atas dinamika kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut.
Kepala Dinas Koperasi UKM, Perindustrian dan Perdagangan (KUKMPP) Bantul, Agus Sulistiyana mengatakan, saat ini memang ada keterbatasan minyak curah, dan itu tidak ubahnya ketika dulu ada subsidi minyak goreng kemasan oleh pemerintah.
"Dengan demikian kami akan tetap memohon kepada pemerintah pusat, khususnya untuk mengadakan operasi pasar minyak curah. Harapan kami dengan adanya stok minyak goreng kemasan yang melimpah, nanti juga menjadikan ketersediaan, jadi supply and demand akan jalan," ungkapnya.

Menurutnya, ketika supply minyak goreng kemasan banyak dan permintaannya tercukupi, maka perlahan-lahan harga akan semakin menyesuaikan dengan harga pasar.
Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Sri Riswanti, menyampaikan, berdasar hasil pemantauan, pihaknya menjumpai fenomana minimnya stok minyak goreng curah.
"Jadi, pasokan minyak goreng curah, dari hasil pemantauan Disdag, di dua agen di Kota Yogyakarta, kondisinya masih kosong sejauh ini," terang Riswanti.
Dijelaskannya, salah satu penyebab terbatasnya stok migor curah ini, karena pihak agen belum mendapatkan kiriman distributor yang berasal dari Semarang, dan Surabaya. "Tatapi, untuk minyak goreng kemasan, distribusi tidak ada masalah, tersedia dengan harga bervariasi," tandasnya.
Kemasan surplus
Di Kulon Progo, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian setempat, Endang Zulywanti mengatakan kelangkaan minyak goreng curah di wilayahnya disebabkan karena belum ada pasokan dari produsen. Kondisinya berbeda dengan pasokan minyak goreng kemasan usai harga eceran tertinggi (HET) dicabut oleh pemerintah. Minyak goreng kemasan sudah banyak ditemukan baik di pasar dan toko retail.
Bahkan, Disdagin memastikan persediaan minyak goreng kemasan di Kulon Progo mengalami surplus. Per Selasa (22/3/2022) kemarin, stok minyak goreng masih ada sebanyak 15,39 ton. Sementara kebutuhan masyarakat hanya 14,56 ton.
"Sehingga stoknya yang kemasan kita masih surplus," kata Endang.
Di Kulon Progo, harga minyak goreng kemasan dijual di kisaran Rp 27.000 per liter. Sementara minyal goreng curah sesuai HET yang ditetapkan pemerintah.
Untuk membantu mengatasi kelangkaan, PT Vinoli Nusa Indah sebagai distributor minyal goreng curah di Kulon Progo telah menyalurkan sebanyak 4 ton bagi masyarakat setempat pada 18 Maret 2022 lalu. "Penyaluran minyak gorerng ke masyarakat Kulon Progo ini sudah 11 kalinya," kata Sugino, Supervisor PT Vinoli.
Di Gunungkidul, stok minyak goreng kemasan cukup banyak setelah harga kembali ke pasaran. Hal itu diketahui dari pemantauan yang dilakukan oleh Polres Gunungkidul bersama Dinas Perdagangan setempat.
Kapolres Gunungkidul AKBP Aditya Galayudha Ferdiansyah menyampaikan pihaknya memantau 4 lokasi, terdiri dari 3 distributor dan 1 pasar. Hasilnya, stok minyak goreng kemasan tersedia cukup banyak. "Ada ribuan dus minyak goreng kemasan yang kami temukan berdasarkan hasil pemantauan," kata Aditya, Selasa (22/3/2022).
Meski sudah tersedia, harga minyak goreng kemasan kini menjadi tinggi setelah kebijakan satu harga dihilangkan. Adapun harganya kini berkisar antara Rp22 ribu hingga Rp25 ribu per liter.
Sebaliknya, keterbatasan stok kini dialami pada minyak goreng curah. Menurut Aditya, kondisi ini dialami oleh seluruh pemilik distributor dan pedagang pasar yang jadi sasaran pemantauan. (hda/nto/aka/alx/scp)
Baca Tribun Jogja edisi Kamis 24 Mret 2022 halaman 01