MotoGP Mandalika
BUKAN Cuma Mbak Rara sang Pawang Hujan, Ahli Teknologi Modifikasi Cuaca pun Dikerahkan di Mandalika
Budi pun menjelaskan bahwa sejak jauh hari, BMKG telah memprediksi, selama periode pelaksanaan seri kedua MotoGP di Mandalika pada tanggal 18-20 Maret
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Media sosial diramaikan oleh sosok Mbak Rara, seorang perempuan yang menjadi pawang hujan di MotoGP Pertamina Grand Prix of Indonesia.
Mbak Rara, yang memiliki nama lengkap Rara Istiati Wulandari itu muncul di jalur pitstop dan memasuki tengah sirkuit. Ia melakukan ritual untuk menyetop hujan deras.
Aksinya mengundang perhatian penonton dan juga para pembalap yang menunggu hujan reda.
Penonton dan pebalap beserta kru memang menunggu hujan mereda. Balapan yang awalnya dijadwalkan pukul 14.00 WIB, mundur jadi pukul 15.15 WIB.
Ketika beraksi di dalam sirkuit, Rara terlihat membawa mangkok emas. Ia memutar dan memukul pengaduk pada pinggir mangkok itu seraya merapal doa yang ia percaya.
Aksinya yang berlangsung selama setengah jam di pinggiran sirkuit itu menarik perhatian banyak orang, termasuk pembalap Yamaha, Fabio Quartararo yang ikut menirukan aksinya.
Akun resmi MotoGP juga menyebutnya The Master dan memuji apa yang dilakukan Mbak Rara berhasil.
Di media sosial pun muncul kontroversi terkait apa yang dilakukan Mbak Rara.
Ada yang menilai itu syirik karena tidak sesuai dengan ajaran agamanya, ada juga yang menilai itu tidak saintifik.
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Budi Harsoyo tergelitik untuk menjelaskan hal tersebut melalui kacamata saintifik.
Ia menuliskan hal tersebut melalui Facebooknya, Budi Harsoyo.

Menurutnya, sejak tanggal 18-20 Maret 2022, BRIN sudah diminta untuk mengoperasikan TMC di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB)
Lantas, mengapa perlu ada TMC?
Baca juga: Cerita Rara Pawang Hujan MotoGP Mandalika, Belajar Sejak Umur Sembilan Tahun
Budi pun menjelaskan bahwa sejak jauh hari, BMKG telah memprediksi, selama periode pelaksanaan seri kedua MotoGP di Mandalika pada tanggal 18-20 Maret 2022 berpotensi diganggu oleh cuaca ekstrim.
Ini terbukti dengan keberadaan Low Pressure di perairan selatan NTB, yang semakin hari keberadaannya semakin mendekat ke Pulau Lombok.
Low Pressure ini menjadi daerah pusat pertumbuhan awan hujan dan berpotensi tumbuh menjadi Siklon Tropis.
“Kondisi ini yang mendasari BMKG untuk mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim untuk wilayah NTB, yang secara siklus hariannya puncak hujan diprediksikan terjadi pada pagi, siang hingga sore hari,” tulisnya kemarin Minggu (20/3/2022).
Prediksi ini terbukti cukup akurat, dikatakannya. Pagi hari, umumnya terjadi hujan secara cukup merata di seluruh wilayah NTB.
“Pada aktualnya, hujan pagi hari terjadi pada tanggal 18 dan 19 Maret 2022 untuk wilayah Pulau Lombok, tidak terkecuali di Sirkuit Mandalika,” terangnya lagi.
Kemudian, apa yang bisa dilakukan oleh TMC?

Ditambahkan Budi, pihaknya berupaya untuk mencegat awan-awan yang terindikasi dari radar bergerak menuju Sirkuit Mandalika, untuk segera dijatuhkan di luar area sirkuit tempat para pembalap memacu motor balapnya.
“Jika para pembalap berlomba adu kecepatan dengan pembalap saingannya, maka kami berpacu dengan awan-awan hujan yang bergerak mendekat ke Mandalika. Sebelum mereka mendekat, kami cegat dan jatuhkan hujan ke luar Mandalika,” tuturnya.
Apabila ada awan tumbuh baru, maka pihaknya akan segera terbang dan menjatuhkan kembali ke luar sirkuit, begitu seterusnya.
“Konsentrasi hujan pada tanggal 18 dan 19 Maret bisa kami eliminasi dari Mandalika dan kami tempatkan di perairan selatan Pulau Lombok, dan prediksi kejadian hujan pada siang dan sore hari tanggal 18 dan 19 Maret kemarin alhamdulillah bisa kami hindari,” tambahnya.
Kemudian, pada Minggu kemarin, BMKG memprediksi bakal terjadi hujan disertai badai petir saat main race MotoGP pukul 14-16 WITA.
“Tantangan terbesarnya, supply angin yang selama dua hari lalu dari arah tenggara ke selatan, hari ini (kemarin) berubah dari arah utara karena Low Pressure sudah bergeser persis di selatan Pulau Lombok,” ujarnya.
Maka, itu berpotensi menjadi senjata makan tuan apabila pihaknya menyemai awan di utara. Sebab, pesawat belum kembali ke posko, bisa karena kondisi cuaca atau pesawat RI-1 yang mendarat di bandara setempat.
Diketahui, Presiden Joko Widodo memang menyaksikan langsung gelaran MotoGP di Mandalika.
Meski menjelaskan dari bidang sains, Budi sudah memberikan pendapat bahwa dirinya tidak bermaksud untuk berpolemik dengan pawang hujan.
Dia menilai, semua kembali ke dalam keyakinan masing-masing.
“Kami pun dalam setiap kali melaksanakan operasi TMC, tetap berikhtiar pada Allah SWT karena percaya bahwa semua itu adalah kehendakNya. Kami hanya berupaya, tapi semua yang terjadi kami serahkan kepada Allah SWT,” tandasnya.
( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )