Berita Kota Yogya Hari Ini
Aktualisasi Kebhinekaan, Seni Tari dari Berbagai Daerah Tutup Rangkaian Nyepi di Yogyakarta
Seremoni Dharma Santi menutup rangkaian Nyepi Tahun Saka 1944 bagi umat Hindu di DI Yogyakarta, di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (21/3/2022) malam.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Seremoni Dharma Santi menutup rangkaian Nyepi Tahun Saka 1944 bagi umat Hindu di DI Yogyakarta, di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (21/3/2022) malam.
Sajian seni tari dari berbagai daerah pun menyamarakkan agenda ini.
Antara lain, Tari Pendet, hingga Kelana Topeng Halus, yang diiringi gamelan Bali, serta Jawa.
Tema 'Aktualisasi Nilai Tat Twam Asi Dalam Moderasi Beragama Menuju Indonesia Tangguh', diusung dalam kegiatan keagamaan tersebut.
Baca juga: PPKM di DIY Turun ke Level 3, Sri Sultan Hamengku Buwono X: Semua Sudah Lelah
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY, I Nyoman Warta, menyampaikan, pihaknya menampilkan berbagai kesenian dan budaya karena memang memiliki keterkaitan dan kesinambungan dengan ajaran Hindu yang dianutnya.
"Karena jika bicara seni dan budaya, itu kan tanpa sekat dan batasan, semua akan mengapresiasi. Kehidupan pun tidak akam sempurna tanpa seni dan budaya," tandasnya.
Ia mengatakan, Dharma Santi merupakan puncak dari rangkaian Nyepi, yang punya hakekat saling memahamkan antar sesama.
Sehingga, ia berharap, seremoni ini, dapat mendorong terciptanya moderasi agama di Indonesia.
"Ini kan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai kebhinekaan, khususnya di Yogyakarta, supaya bisa kita terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tandasnya.
Baca juga: Tren Kunjungan Wisata di Bantul Menurun, Diprediksi Akan Meningkat Saat Bulan Ramadan
"Apalagi, Yogyakarta ini kan miniaturnya Indonesia. Maka, harmoni harus dipertahankan, sehingga segala sesuatunya, aktivitas, bisa berjalan baik dan lancar," tambah Warta.
Sementara Ketua Panitia Nyepi DIY, Putu Sugiarta Sanjaya mengatakan, pihaknya berharap, momentum hari raya ini bisa menjadi awal dari perbaikan, bagi situasi dan kondisi Indonesia. Khususnya, terkait dampak pandemi Covid-19.
"Dharma Santi ini adalah puncak hari raya Nyepi, sebagai simbol kebaikan untuk mencapai kebahagiaan. Nyepi itu kan menimbulkan harmonisasi antara manusia dan alam, wujud rasa syukur pada Tuhan," pungkasnya. (aka)