Pesona Dewi Peri
Di Sini Tempat Belajar Jadi Wong Ndeso
Desa Wisata Pentingsari yang dikenal dengan sebutan Dewi Peri itu berada di Padukuhan Pentingsari, Kalurahan Umbulharjo.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: ribut raharjo
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Desa Wisata Pentingsari yang dikenal dengan sebutan Dewi Peri itu berada di Padukuhan Pentingsari, Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Memang sungguh asri. Pepohonan rindang ada di mana-mana. Wajar jika desa wisata tersebut termasuk destinasi unggulan tak hanya di Kabupaten Sleman, tetapi juga Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdiri 15 April 2008, Dewi Peri mengukir sederet prestasi. Namanya bahkan tersohor di level nasional.
Pada 2010, Desa Wisata Pentingsari ditetapkan sebagai desa wisata mandiri sekaligus desa wisata berdaya saing. Desa Wisata Pentingsari pun bersertifikat keseimbangan.
Desa Wisata Pentingsari dinilai berhasil memberi nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui keberlangsungan budaya dan kelestarian alam.
Semua tak lepas dari peran seorang alumni Institut Pertanian Bogor bernama Doto Yogantoro, yang mulai berkiprah di sana sejak 2008.
Lima tahun berselang atau pada 2013, Doto dipercaya memimpin Desa Wisata Pentingsari, menggantikan kepengurusan sebelumnya.
Melalui ide dan kekompakan masyarakat setempat di bawah kendali Doto, Desa Wisata Pentingsari berkembang secara pesat. Penghargaan demi penghargaan diraih.
Pada 2019, Desa Wisata Pentingsari menyabet Green Destination Award Top 100 dari Global Green Destinations Days, sebuah lembaga non-profit dari Belanda.
Dua tahun sebelumnya, Desa Wisata Pentingsari menyabet posisi Runner-Up Festival Desa Wisata Kabupaten Sleman Kategori Mandiri.
Desa Wisata Pentingsari pernah pula meraih Green Bronze Indonesian Sustainable Tourism Award Kategori Economic Benefit dari Kementerian Pariwisata. Februari 2022, desa wisata yang melibatkan 130 kepala keluarga itu menggondol penghargaan dari ASEAN Sustainable Tourism Award di Kamboja.
Tak ayal, Desa Wisata Pentingsari terkenal sebagai "kampus" bagi daerah lain yang ingin belajar mengelola desa wisata.
Desa Wisata Pentingsari merupakan desa wisata berkelanjutan karena mengadopsi konsep tata kelola nan baik, meliputi keterbukaan, transparansi, akuntabilitas, serta penuh keadilan.
Semua lapisan masyarakat terlibat dalam pengembangan Desa Wisata Pentingsari, yang mengedepankan inovasi, adaptasi, serta kolaborasi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI pun menobatkannya sebagai Desa Wisata Mandiri Inspiratif dalam Ajang Anugerah Desa Wisata 2021.
Namun, di tengah pengelolaan nan inovatif, adaptif, dan kolaboratif Desa Wisata Pentingsari, kabar duka datang. Doto, penggerak Desa Wisata Pentingsari, berpulang pada Rabu (2/3) lalu, tepat dua hari sebelum merayakan ulang tahun ke-54. Desa Wisata Pentingsari benar-benar kehilangannya.
Senin (7/3) siang, karangan bunga ucapan belasungkawa masih tampak berbaris di sudut rumah Almarhum. Satu di antaranya dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno.
Di bagian dapur, terdengar samar-samar suara ibu-ibu sedang memasak untuk tujuh hari kepergian almarhum. Pada kesempatan tersebut, Tribun Jogja berbincang dengan Ciptaningtyas, istri mendiang Doto.
Bu Ning, panggilannya, menceritakan bahwa semasa hidup sang suami memang total dalam berkiprah demi kemajuan Desa Wisata Pentingsari. Doto, ungkap Bu Ning, menampung semua ide masyarakat.
Menurutnya, Doto mengabdikan hidup untuk mengatur, mendukung, mengelola sekaligus mempromosikan desa wisata. Doto sering pula menjadi pembicara.
Bersama teman-teman, Doto mendirikan Desa Wisata Institut, sebuah lembaga pendampingan dan pelatihan SDM desa wisata, pada 2019.
Enam bulan sebelum meninggal dunia, Doto intensif menyiapkan regenerasi kepemimpinan. Ia “menggodok” anak-anak muda di Padukuhan Pentingsari supaya bisa menjadi motor utama pengelolaan Desa Wisata Pentingsari. “Almarhum ingin Desa Pentingsari tetap menjadi inspirasi,” kata Bu Ning.
Konsep Live-in
Desa Wisata Pentingsari sebenarnya seperti desa pada umumnya di Indonesia. Tidak ada objek wisata di sana. Yang membuat Desa Wisata Pentingsari terasa begitu istimewa untuk dikunjungi adalah kehidupan masyarakat sekitar. Mereka hidup jujur dan sederhana. Semuanya tulus alias tanpa rekayasa.
Desa Wisata Pentingsari terkenal dengan konsep Live-in. Wisatawan menikmati kehangatan suasana desa dan membersamai tinggal dengan warga sebagai induk semang.
“Kami ajak mereka jadi wong ndeso. Kami ajari mereka makan sederhana, membajak sawah, menanam padi,” sambung Bu Ning.
Dengan kata lain, Desa Wisata Pentingsari menjual segala potensi menjadi paket wisata kepada para pelancong.
Mereka tak hanya akan belajar menjiwai pola hidup di desa, tetapi juga bisa menikmati hawa sejuk dan suasana tenang di Desa Wisata Pentingsari. Banyak pohon rindang di desa asri tersebut.
Di Desa Wisata Pentingsari, terdapat pula sejumlah spot untuk bersantai. Satu di antaranya Omahe Simbhok.
Ada juga tempat duduk di pinggiran kolam ikan, aula untuk berkesenian, serta pendapa. Di sisi selatan, ada area untuk berkemah yang biasa dimanfaatkan untuk kegiatan oleh para wisatawan.
Pengunjung tidak perlu takut kemalaman lantaran rumah-rumah warga bisa menjadi penginapan atau homestay.
Masyarakat di sana sangat ramah. Sugeng, warga setempat, adalah contohnya. Ia langsung tersenyum dan menyapa hangat ketika Tribun Jogja memasuki halaman rumah sederhana miliknya.
Sugeng kemudian mempersilakan saya duduk di kursi teras. Setelah berkenalan dengan Tribun Jogja, ia lantas bercerita tentang masyarakat Desa Wisata Pentingsari yang selalu hidup sederhana dan apa adanya.
Kendati ada yang menjadi pegawai, mayoritas penduduk setempat bekerja sebagai petani.
Pada 2008, ia menyampaikan, mengelola Desa Wisata Pentingsari hanyalah sambilan warga sekitar. Lalu, pada akhir 2009, ada tamu datang untuk berkegiatan alam dan menginap di rumah penduduk.
Setelahnya, warga mulai berjuang melakukan promosi ke pemerintah, swasta, maupun perguruan tinggi.
“Semula promosi pakai brosur. Ternyata, pakai brosur tidak efisien karena seperti bungkus kacang. Setelah dibaca, brosur dibuang. Suatu waktu, kami menyadari bahwa daya tarik sebuah desa wisata bukan karena promosi yang masif. Kuncinya adalah bagaimana kami melayani tamu,” terang Sugeng.
Berjuang tanpa Doto
Ia melanjutkan, prinsip yang dipegang oleh masyarakat Desa Wisata Pentingsari adalah tidak boleh membedakan asal-usul dan agama.
Jika semua tamu dilayani secara baik, tamu lain akan dayang. Konsep tersebut sampai sekarang masih diterapkan dan mengharumkan nama Desa Wisata Pentingsari.
Sugeng adalah pemandu di Desa Wisata Pentingsari. Ia menjalaninya sejak kepengurusan awal berdiri atau sebelum Doto memimpin.
Baginya, Doto adalah sosok sederhana. Pemikirannya mudah diterima oleh masyarakat. Karakter Doto pun dinilai bak ilmu padi: pandai, unggul, dan sangat rendah hati.
“Almarhum pandai soal pemasaran. Berkat kepiawaiannya, Desa Wisata Pentingsari dikenal luas, bahkan mendapat beragam penghargaan. Saya kaget, tidak percaya, saat mendapat kabar ia berpulang. Almarhum meninggalkan banyak hal, terutama pemikiran menuju masa depan desa wisata,” paparnya.
Senada, pengurus lain Desa Wisata Pentingsari, Bayu Hindra Wijaya, menyebut bahwa kepergian Doto menjadi duka mendalam.
Baginya, Doto adalah ikon Desa Wisata Pentingsari. Setelah Doto tiada, ia bersama pengurus lain berkomitmen untuk terus membawa nama Desa Wisata Pentingsari harum.
Desa Wisata Pentingsari sempat tutup tujuh hari pasca-kepergian Doto. Namun, kini, operasional berjalan normal lagi. Wisatawan mulai berdatangan.
Ada sejumlah paket wisata yang ditawarkan di sana. Akan tetapi, yang menjadi unggulan tetap paket Live-in, yang dijual dalam bentuk pengalaman. (rif)