Berita Kota Yogya Hari Ini

Menyantap Gurihnya Bubur Bakar di Jalan Wahidin Sudirohusodo Gondokusuman Kota Yogyakarta

Ia menyajikan bubur dalam mangkuk hot pot. Namun tidak semua bubur memakai mangkuk tersebut, khusus untuk bubur bakar saja. 

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Christi Mahatma Wardhani
Penampakan bubur bakar di Jalan Wahidin Sudirohusodo Gondokusuman Yogyakarta, Senin (21/02/2022) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bubur adalah makanan yang terbuat dari beras yang dimasak dengan jumlah banyak, sehingga tekstur bubur cenderung lembut dan berair. 

Jika biasanya bubur hanya disajikan dengan mangkuk biasa, namun berbeda dengan bubur yang dijual oleh Bangkit (38).

Ia menyajikan bubur dalam mangkuk hot pot. Namun tidak semua bubur memakai mangkuk tersebut, khusus untuk bubur bakar saja. 

Baca juga: Pengda TI DI Yogyakarta Berkomitmen Tingkatkan Kualitas Pelatih dan Wasit

Untuk menyajikan bubur bakar, ia mengambil mangkuk hot pot, kemudian mengalasinya dengan daun pisang.

Setelah itu bubur dimasukan ke dalam hot pot tersebut.

Kemudian ia menambahkan sebutir telur mentah, suwiran ayam, daun bawang, kacang kedelai, dan merica bubuk.

Setelah itu hot pot ditutup dan dimasak di atas kompor dengan api kecil. 

Sambil menunggu telur matang, ia menyiapkan tatakan dari kayu.

Setelah itu mangkut hot pot tersebut diletakkan di atas tatakan kayu bersama dengan mangkuk kecil berisi kuah bubur. 

Ketika tutup hot pot dibuka, terlihat bubur yang meletup-letup saking panasnya.

Aroma bakaran semerbak wangi membuat ingin segera menyantap.

Sayangnya harus sedikit bersabar, sebab bubur tersebut sangat panas. 

"Kerupuknya silahkan ambil sendiri," katanya sambil menunjuk boks kontainer plastik usai menyajikan semangkuk bubur bakar, Senin (21/02/2022).

Bubur bakar memang menu baru yang ia jual. Sebelumnya ia hanya menjual bubur ayam seperti penjual lainnya.

Ide bubur bakar muncul ketika ia melihat penjual bubur bakar di Solo yang ramai pembeli.

Ia pun kemudian tertarik untuk mengadopsi ide tersebut. 

"Tetapi kalau bubur yang di sana (Solo) tidak pakai daun. Saya coba-coba dulu di rumah, kemudian akhirnya pakai daun pisang," ungkapnya.

Menurut dia, ada perbedaan antara menggunakan daun pisang dan tidak.

Jika menggunakan daun pisang, aroma bubur menjadi lebih wangi, dan menambah cita rasa bubur.

Sedangkan jika tanpa daun pisang, bubur bakar tak ubahnya bubur biasa yang dipanaskan. 

Itulah sebabnya ia memutuskan untuk memakai daun pisang untuk bubur bakarnya.

Sejak digulirkan dua tahun lalu, bubur bakar memiliki pecintanya sendiri.

Banyak pembeli yang tertarik untuk merasakan gurihnya bubur bakar buatannya.

Saking banyaknya pembeli, ia harus memasang dua kompor di lapaknya di Jalan Wahidin Sudirohusodo, Gondokusuman. 

Baca juga: Ada Temuan Covid-19, PTM di 11 SD dan 4 SMP di Kulon Progo Disetop

Yang membuat bubur bakarnya menarik adalah berbagai toping yang dihadirkan, mulai dari sosis, wader, makaroni, paru, udang, dan lain-lain.

Ditambah lagi harganya yang terjangkau. Untuk satu porsi bubur bakar, ia mematok harga Rp13.000 saja. 

"Pas awal-awal itu ya pakai kompor dua biar cepat. Terus ada gerobak satu lagi untuk majang topingnya. Tetapi karena pandemi ini ya akhirnya seadanya saja, nggak berani kalau topingnya banyak juga,"ujarnya. 

Selama pandemi Covid-19, penjualannya turun signifikan. Jika biasanya bisa menjual lima kilogram lebih, saat ini ia hanya bisa menjual dua kilogram saja.

"Sekarang dua kilogram aja nggak habis, kalau dua kilo itu bisa bikin 40an. Kalau dulu ya bisa lima kilogram lebih. Karena sekarang kan nggak ada mahasiswa, padahal ini kan deket kampus, jadi ya turun sekali," imbuhnya. (maw)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved