Headline

46 Murid dan 2 Guru Positif, Penularan di SMAN 2 Bantul Tertangani

Kasus positif Covid-19 di Bantul mengalami lonjakan. Salah satu penyumbang terbesar penambahan kasus ini adalah dari klaster SMAN 2 Bantul.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA/ Ahmad Syarifudin
Sekda Sleman Harda Kiswaya, (tengah) didampingi Kepala Dinas Pendidikan Sleman, Ery Widaryana (batik hijau). 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kasus positif Covid-19 di Bantul mengalami lonjakan. Salah satu penyumbang terbesar penambahan kasus ini adalah dari klaster SMAN 2 Bantul. Plt. Kepala SMAN 2 Bantul, Ngadiya, memaparkan bahwa hingga Jumat (11/2/2022) jumlah warga sekolah yang positif Covid-19 sebanyak 46 siswa dan dua guru.

Ia menceritakan, awal mula hanya ada 1 siswa yang terpapar Covid-19. Namun, setelah dilakukan tes usap polymerase chain reaction (PCR) kepada 33 siswa di satu kelas, jumlah kasus positif bertambah 16 siswa.

Sebagai tindak lanjut atas hal tersebut, pihak sekolah pun menggelar tes PCR massal dengan sasaran 860 warga sekolah, terdiri dari siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Tes usap massal tersebut berlangsung pada Jumat dan Sabtu (4-5/2/2022) lalu.

"Dari (tes) swab pertama itu ada 17 siswa, itu dari kelas yang sama. Kalau sekarang ada tambahan dari kelas lain, itu hasil dari (tes) swab massal kemarin, jadi totalnya 46 siswa dan 2 guru," jelasnya.

Ngadiya menuturkan, siswa yang positif dari tes swab pertama telah menjalani isolasi dan kini dinyatakan sembuh. Sedangkan siswa positif dari hasil tes swab massal saat ini dirawat di Selter Patmasuri. Rata-rata mereka bergejala ringan, seperti batuk-batuk, ada pula yang tanpa gejala sehingga melakukan isoman di rumah masing-masing.

"Yang (isolasi) di Selter Patmasuri sekarang adalah hasil (tes) swab massal itu. Kebetulan tadi (kemarin) pagi saya nengok, Alhamdulilah sehat semua. Kemudian yang guru (terpapar Covid-19) isoman di rumah," terangnya.

Pihaknya telah menghentikan pembelajaran tatap muka sejak terjadi penularan di awal Februari kemarin. Rencananya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas akan kembali digelar pada Senin depan atau melihat perkembangan. "Insyaallah besok Senin kita PTM 50 persen," tandasnya.

Klaster sekolah
Sementara itu, kasus Covid-19 di Sleman pun kembali meningkat. Sejumlah klaster penularan ditemukan. Mulai dari keluarga, sekolah, tenaga kesehatan, hingga perkantoran. Ironisnya, dari semua klaster yang berkembang di Sleman, didominasi sekolah.

"Sekarang sudah banyak klaster. Terutama sekolah. Klaster paling mendominasi itu klaster sekolah. Cuman ekspos tidak sebesar awal kemarin. Tapi tetap dilakukan tracing," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Sleman, dr. Khamidah Yuliati, Jumat (11/2/2022).

Beberapa hari sebelumnya memang ada informasi bahwa 13 klaster berkembang di Sleman. Sepuluh di antaranya dari sekolah atau pendidikan. Adapun klaster perkantoran, Yuli mengatakan, ditemukan di lingkungan Pemkab Sleman. Ia enggan menyebut kantor mana.

Namun demikian, kasus ini sudah ditindaklanjuti. Sementara, untuk klaster tenaga kesehatan (nakes), tersebar di satuan pelayanan kesehatan. Jumlah nakes yang terkonfirmasi positif di satuan layanan kesehatan pun bervariasi.

"Ada mungkin 4 (positif), ada yang 2. Jadi setiap satuan pelayanan kesehatan berbeda-beda tapi masih ter-handle pelayanannya," ucap Yuli.

Mantan Kepala Puskemas Ngaglik ini mengimbau masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan. Menurutnya, pasien positif, baik yang bergejala maupun orang tanpa gejala, harus menjalani isolasi. Jika bergejala ringan, maka bisa isolasi mandiri (isoman). Saat isolasi di rumah ini maka prokes harus benar-benar diterapkan ketat.

"Yang biasanya agak lengah itu kalau isoman di rumah, merasa nyaman di rumah, lalu membuka maskernya di rumah. Itu yang enggak boleh. Jadi, begitu dia punya gejala, prokes bagi yang sehat maupun positif harus berjalan," ujar dia.

Kepala Dinas Pendidikan Sleman, Ery Widaryana sebelumnya mengatakan, seiring peningkatan kasus Covid-19 dan diberlakukannya PPKM level 3 di wilayah aglomerasi DIY, pihaknya mengubah skenario PTM Terbatas di sekolah. Semua siswa belajar di sekolah, namun pelaksanaan pembelajaran dibagi dalam dua bagian dengan kapasitas 50:50.

Kemudian, jam belajar siswa di sekolah dikurangi, maksimal hanya 4 jam pelajaran dan waktu istirahat dihilangkan. "Ini akan mulai kami berlakukan besok Senin (14/2). Surat edaran sedang kami proses. Tapi sebetulnya, sosialisasi sudah kami sampaikan ke sekolah," kata dia.

Sesuaikan situasi
Meski PTM di DIY hanya dilaksanakan dengan kuota 50 persen, namun Pemda DIY memberikan keleluasaan masing-masing sekolah untuk menggelar PTM sepenuhnya sesuai situasi Covid-19 di tiap sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengatakan, aturan PTM masih tetap sesuai koridor level PPKM. Kemudian, hal itu disesuaikan kondisi sekolah masing-masing. "Artinya fleksibel. Tetapi konteksnya sesuai SKB, sekolah didorong tatap muka seluruhnya," jelas Didik, Jumat (11/2).

Akan tetapi, karena situasi tiap sekolah berbeda maka proses PTM harus dikembalikan lagi ke sekolah. Langkah seperti itu dinilai Didik cukup efektif. Sebab pihak sekolah sendiri yang mengendalikan kebijakan PTM. "Kalau enggak mungkinkan bisa antisipasi. Misal ada terpapar Covid-19 beberapa kelas, ya, sudah semua PJJ lagi," ujarnya.

Didik menyadari, bayang-bayang virus Covid-19 varian Omicron bisa saja menyebar di lingkungan sekolah. Pemda DIY pada Kamis (10/2) lalu mengumumkan sudah ada 73 sampel dinyatakan positif Covid-19 varian Omicron. Namun hal itu menurutnya dapat diantisipasi dengan penerapan prokes yang ketat.

"Konteks maksimal ini meningkatkan tugas Satgas Covid-19 tingkat sekolah untuk terapkan prokes. Kedua melibatkan siswa sebagai agen perubahan perilaku hidup sehat," ujarnya.

Dia menambahkan, peran wali kelas dan orang tua juga sangat penting dalam memantau siswa setelah proses belajar di kelas selesai. "Wali kelas ada grup WA bersama orang tua. Saya kira mereka harus memastikan anak selesai sekolah jam sekian, mohon dipastikan apakah sudah di rumah," ujarnya.

Terpisah, Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana menanggapi, inisiatif sekolah untuk menggelar PTM secara mandiri dengan menyesuaikan situasi Covid-19 di masing-masing sekolah cukup bagus.

Dirinya menghargai para pemangku kebijakan di sekolah, dan inisiatif tersebut dinilai masih relevan. "PTM mandiri kami menghargai teman-teman di sekolah, apalagi selain PAUD kan sekarang sudah 50 persen," pungkasnya. (nto/rif/hda)

Baca Tribun Jogja edisi Sabtu 12 Februari 2022 halaman 01

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved