Berita DIY

Berita DIY : Dilema Pedagang Minyak Goreng : Harga Tinggi, Stok Langka, Syarat Distributor Rumit

Jika stok minyak goreng semakin sulit, pedagang tidak punya pilihan selain menutup lapaknya. 

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma
Penjual minyak goreng di Pasar Beringharjo, Surati mengeluh sulit mencari stok minyak goreng curah, Kamis (03/01/2022). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando, Christi Mahatma

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Pemerintah pusat belum lama ini kembali mengeluarkan kebijakan satu harga minyak goreng kemasan Rp 14 ribu per liter.

Jika sebelumnya hanya berlaku di ritel, kali ini kebijakan meluas hingga pasar tradisional.

Meski demikian, minyak goreng kemasan di pasar tradisional Kabupaten Gunungkidul belum sepenuhnya satu harga.

Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul , Sigit Haryanto.

"Hasil pantauan kami harga minyak goreng kemasan masih tinggi, antara Rp 15 ribu sampai Rp 17 ribu per liter," kata Sigit ditemui di Pasar Argosari , Wonosari, Kamis (03/02/2022).

Setidaknya ada 3 harga yang ditetapkan oleh pusat untuk minyak goreng sesuai jenisnya.

Rp11.500,00 untuk minyak goreng curah, Rp13.500,00 untuk minyak goreng kemasan sederhana, dan Rp14.000,00 untuk minyak goreng kemasan premium.

Menurut Sigit, masih belum ratanya harga minyak goreng kemasan di Gunungkidul lantaran dari distributor pun masih menerapkan harga tinggi.

Ia pun mengaku tidak bisa menyalahkan kondisi tersebut.

"Memang sudah ada beberapa yang jual Rp 14 ribu per liter, tapi stoknya sangat terbatas dan cepat habis terjual," jelasnya.

Meski masih belum rata, Sigit menyatakan kebijakan tersebut tetap berdampak.

Sebab berdasarkan hasil pantauan, harga minyak goreng berangsur turun dari yang sebelumnya Rp 20 ribu ke kisaran Rp 16 ribu per liter.

Ia mengatakan Disdag Gunungkidul akan segera berkoordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) kabupaten hingga provinsi, terutama agar harga minyak goreng kemasan bisa rata.

"Operasi Pasar (OP) tetap akan terus kami lakukan supaya harga stabil lagi," kata Sigit.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Kemasan di Pasar Tradisional Gunungkidul Belum Satu Harga

Pedagang Keluhkan Harga Tinggi dan Stok yang Menipis

Sutarman, seorang pedagang kelontong di Pasar Argosari juga mengeluhkan harga di tingkat distributor yang masih tinggi, bahkan pembelian dari sana pun juga dibatasi.

Akibat pembatasan itu, ia pun hanya bisa mendapatkan sekitar 1 dus minyak goreng kemasan dari distributor setiap 2 hari sekali.

Harga jual ke konsumen pun tetap mengikuti kebijakan pemerintah.

"Tetap saya jual jadi Rp 14 ribu per liter, kalau tidak nanti saya malah kena masalah," ujar Sutarman

Tak hanya minyak goreng kemasan, harga minyak goreng curah yang tinggi juga menyulitkan pedagang di pasar tradisional.

Pedagang minyak goreng Pasar Beringharjo , Surati (60) mengatakan harga minyak goreng curah belum turun.

Bahkan saat ini stok minyak curah kosong. 

"Harga masih Rp17.000, sekarang malah susah. Ini cuma menghabiskan stok saja. Sudah nggak ada lagi stoknya (minyak curah)," katanya, Kamis (03/02/2022).

Ia menyebut stok minyak goreng curah susah sulit sejak beberapa hari lalu.

Pembeli yang datang untuk membeli pun lambat laun berkurang. 

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ponirah (53).

Ia juga kesulitan mencari stok minyak goreng curah.

Bahkan ia mendapat kabar bahwa pemasok minyak goreng tidak buka lagi. 

"Sudah sekitar tiga hari ini susah cari stok. Malah katanya pemasoknya tutup ini. Nggak tahu ini kenapa," katanya. 

Harga minyak goreng curah juga masih tinggi.

Bahkan harga minyak per jerikennya naik.

Jika sebelumnya sempat Rp300.000, kini harga minyak goreng per jerikennya menjadi Rp310.000. 

Dengan masih tingginya harga minyak goreng , ia masih bertahan dengan Rp17.500 per liternya. 

"Harganya masih Rp17.500. Itu saja sudah diturunkan, harusnya seliternya Rp18.000, udah turun Rp500," ujarnya. 

Jika stok minyak goreng semakin sulit, ia tidak punya pilihan selain menutup lapaknya. 

"Kalau seperti ini terus ya tutup. Lha apa yang mau dijual. Ini tinggal stok kemarin saja,"imbuhnya.

Baca juga: Pedagang di Pasar Beringharjo Kesulitan Stok Minyak Goreng Curah

Distributor Terapkan Syarat Rumit

Pedagang di Kabupaten Gunungkidul mengeluhkan sulitnya membeli persediaan minyak goreng kemasan dari distributor.

Selain adanya pembatasan, mereka pun harus mengikuti sejumlah syarat rumit.

Sutarman, pedagang Pasar Argosari Wonosari, menyebut bahwa sampai ada distributor yang mewajibkan surat pernyataan jika ingin mengambil minyak goreng kemasan.

"Saya harus mengisi surat pernyataan disertai materai Rp 10 ribu dan fotokopi KTP," tuturnya ditemui pada Kamis (03/02/2022).

Kalaupun syarat tersebut terpenuhi, Sutarman hanya bisa mengambil 1 dus minyak goreng kemasan yang berisi sekitar 10 sampai 12 kantong.

Adapula yang harus membeli barang lain dulu baru bisa mendapatkan 1 dus minyak goreng .

Ia menilai praktik tersebut justru merugikannya.

Sebab ongkos belanja yang dikeluarkan jadi lebih tinggi ketimbang harga jual minyak goreng kemasan ke konsumen sesuai instruksi pemerintah.

"Kebijakannya kan Rp 14 ribu per liter, sedangkan saya keluar modalnya jadi lebih tinggi," ujar Sutarman.

Selama ini, ia biasa mengambil persediaan minyak goreng kemasan dari beberapa distributor di Wonosari.

Satu di antaranya harus menggunakan surat pernyataan bermeterai sehingga akhirnya ia memilih distributor lain.

Lantaran pembatasan tersebut, ia hanya bisa mengambil 1 dus minyak goreng kemasan setiap 2 hari sekali.

Per kemasan isi 1 liter minyak goreng ia jual di harga Rp13.500,00 sampai Rp 14.000,00.

"Juragan saya sudah menerapkan (harga jual itu), kalau tidak nanti jadi masalah," kata Sutarman.

Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul, Sigit Haryanto mengakui dari distributor memang melakukan pembatasan.

Pihaknya pun sudah mengecek langsung ke gudang sejumlah distributor.

Menurutnya, pembatasan tersebut dilakukan demi menghindari penyalahgunaan oleh penjual.

Ia pun tak bisa menyalahkan adanya syarat-syarat wajib dari distributor terkait pembelian migor kemasan.

"Itu jadi kewenangan distributor, kami hanya mengawal kebijakan pemerintah," jelas Sigit.

Kasubbag Perekenomian, Bagian Perekenomian, Sekretariat Daerah Gunungkidul , Retno Utami pihaknya akan berkoordinasi lanjut dengan Disdag.

Satu di antaranya terkait keluhan pedagang.

Ia mengatakan akan menelusuri lebih dalam untuk mengetahui titik permasalahannya.

Termasuk melakukan konfirmasi ke distributor terkait syarat-syarat pembelian.

"Kalau misalnya nanti tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah, tentu akan kami tindaklanjuti," kata Retno.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Tinggi dan Sulit Cari Stok, Pedagang di Pasar Beringharjo Berharap Ada Subsidi

Pedagang Minta Disubsidi

Harga minyak goreng curah di Pasar Beringharjo masih belum turun.

Saat ini minyak goreng curah masih dipatok sekitar Rp17.000. 

Pedagang minyak goreng di Pasar Beringharjo berharap pemerintah memberikan subsidi. 

Seorang pedagang minyak goreng di Pasar Beringharjo , Ponirah (53) mengatakan harga minyak goreng curah masih tinggi.

Bahkan ada kenaikan harga dari pemasok.

Ia berharap ada subsidi dari pemerintah agar minyak goreng curah juga turun. 

"Harganya masih Rp17.500 per liter. Satu jerigennya dari Rp300.000 naik jadi Rp310.000. Ya kalau ada subsidi pemerintah harganya bisa turun. Tetapi kalau saya disuruh jual sesuai harga yang ditetapkan nggak mau, saya rugi,"katanya, Kamis (03/02/2022).

Ponirah menerangkan belum lama ini, lurah pasar datang ke lapaknya untuk menanyakan harga minyak saat ini.

Namun ia tetap menjual harga minyak sesuai harga kulakan. 

"Pernah disurvei sama lurah (lurah pasar), ditanya harga minyak. Ya saya bilang saja masih Rp17.500. Saya kan belinya harganya tinggi, masa mau jual murah. Kecuali pemerintah mau mengganti kerugiannya, ya akan saya akan jual sesuai kebijakan pemerintah,"sambungnya.

Selain harganya yang masih tinggi, ia mengeluhkan sulitnya mencari stok.

Bahkan ia kesulitan mencari stok minyak goreng kemasan. 

Ia pun terpaksa menutup lapaknya jika kelangkaan minyak goreng terjadi. 

"Katanya pemasoknya tutup. Kalau seperti ini terus ya tutup, apa yang mau dijual. Ini saja cuma stok kemarin. Harapannya ada subsidi juga untuk pedagang pasar,"ujarnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved