Berita Kota Yogya Hari Ini
Pindah ke Teras Malioboro, Para PKL Lelang Gerobaknya untuk Tambahan Modal
Pedagang kaki lima ( PKL ) di Malioboro mulai sibuk mengepak barang dagangannya untuk dipindah ke lokasi berjualan yang baru.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pedagang kaki lima ( PKL ) di Malioboro mulai sibuk mengepak barang dagangannya untuk dipindah ke lokasi berjualan yang baru.
Sejak Selasa (1/2/2022) pagi, sebagian besar para PKL mulai bersiap-siap untuk pindah ke Teras Malioboro 1 dan 2.
Meski dua lokasi berjualan yang baru itu masih berada di kawasan Malioboro, namun tak sedikit para PKL berat hati untuk meninggalkan lapak yang lama.
"Sebenarnya berat hati. Kami dikasih waktu buat kemas-kemas sampai tujuh hari ke depan, tapi saya milih sekarang aja," kata seorang PKL bernama Suji ditemui sembari mengemas dagangannya.
Baca juga: Mulai Boyongan ke Teras Malioboro, Pemkot Yogyakarta Pastikan PKL Menerima Hasil Undian
Di sisi lain, dirinya juga pesimis lapak barunya di Teras Malioboro 2 nanti bisa mendatangkan penghasilan yang setara selama ia berdagang di emperan toko.
"Lagian lapaknya kecil, 120x120, cukup berapa itu nanti (dagangannya). Harus bikin display lagi ke tukang las. Paling keluar duit lagi Rp500 ribuan," keluhnya.
Tetatapi Suji tak dapat menolak, sebab jika ingin terus berjualan, dirinya harus mengikuti proses relokasi itu.
"Ya mengikuti relokasi saja lah," katanya.
Dari seluruh barang yang ia rapikan hari ini, ada satu gerobak berukuran cukup besar yang rencananya akan ia jual.
Dia berencana menjual gerobak miliknya itu ke pengepul barang loak besi bekas untuk tambahan modal.
"Lumayan per kilo Rp3.500. Perkiraan laku Rp350 ribu. Buat tambahan modal," terang dia.
Suji menegaskan, mulai beberapa hari ke depan, ia tidak lagi memakai jasa pendorong gerobak.
Meski dalam hatinya ia merasa prihatin sebab para pendorong gerobak kini terancam kehilangan pekerjaan.
"Karena lapak di Teras Malioboro kecil nanti saya minta bantu anak-anak saya buat angkut-angkut barang dagangan. Sebenarnya mesaake (kasihan) juga sama teman-teman pendorong kalau nggak dikaryakke (dipekerjakan). Penghasilan cuma dari dorongan, sementara anak masih kecil-kecil," ungkapnya.
Senada, Amir, pedagang dari kelompok Tri Darma lainnya mengaku belum mampu memberdayakan para pendorong gerobak.