Berita Kota Yogya Hari Ini

Belum Mulai Berjualan, PKL Malioboro Kesulitan Menata Lapak di Tempat Relokasi

Aktivitas di kawasan Malioboro pada Selasa (1/2/2022) pagi agak berbeda dari biasanya. Pedagang Kaki Lima (PKL) yang biasanya sudah mulai berjualan

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Yuwantoro Winduajie
Pedagang Malioboro menyiapkan lapak dagangannya di Teras Malioboro II atau bekas kantor Dispar DIY, Selasa (1/2/2022) 

Dia mengisahkan, sudah 40 tahun lamanya dia berdagang  souvenir di lorong-lorong pertokoan, tepatnya di dekat Mirota Batik Jalan Margo Mulyo, Gondomanan, Kota Yogyakarta .

Saat pertama kali berdagang, DI Yogyakarta masih dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX.

Kondisi di Ikon Kota Yogyakarta itu pun belum seramai sekarang. Pertokoan saja sudah tutup sebelum pukul dua siang.

"Saya jualan di Malioboro sudah 40 tahun sejak zaman Pak HB IX. Sebelum ditata seperti sekarang, masih sepi," kenangnya.

Daldini pun menaruh harapan di tempat berjualan yang baru. Dia berharap tempat relokasi ini bisa ramai dikunjungi wisatawan.

"Nggak usah dibikin sulit, dijalani saja. Jangan sedih, nanti kita bisa tambah susah. Kan kalau sedih bisa sakit. kita jalani saja," terangnya.

"Semoga lancar dan bisa laku," tambahnya.

Baca juga: Berita DIY : Kasus Covid-19 DIY Melonjak Tambah 114, Terdeteksi Omicron di Kota Yogya

Sementara itu, seorang PKL Malioboro lainnya, Toni (40) juga memiliki harapan yang sama.

Dia berharap pemerintah benar-benar menepati janjinya. Yakni untuk terus melakukan upaya promosi agar tempat relokasi PKL dapat ramai dikunjungi wisatawan.

Terlebih untuk pindah lokasi berjualan merupakan keputusan yang berat.

"Saya menyesuaikan untuk relokasi ini, mohon doanya saja (agar ramai)," terang Toni.

Pedagang aksesoris yang sudah berjualan sejak tahun 1988 ini mengaku bahwa dirinya dapat meraup keuntungan sekitar Rp 100 ribu dalam sehari.

Sedangkan di momen hari raya pendapatannya bisa mencapai Rp 200-300 ribu.

Namun saat pandemi Covid-19 melanda, Toni bisa tak mendapatkan penghasilan sama sekali.

Saat ini wisatawan memang telah kembali menggeliat begitu pula dengan omzet yang didapatkannya. Kondisi ekonomi pedagang pun mulai berangsur pulih.

Namun di awal 2022 ini ternyata pemerintah memberlakukan kebijakan relokasi, Toni pun harus memulai lembaran baru.

"Waktu Covid-19 itu malah tombok saya milih nggak jualan dulu dulu. Sekarang sudah mendingan tapi jadi mengawali lagi (karena ada relokasi )," jelasnya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved