Meraup 'Cuan' dari Budidaya Maggot Lalat Hitam
Maggot bisa digunakan untuk pakan alternatif bagi unggas maupun ikan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Selain indukan, ada juga biopond yang khusus memproduksi Maggot. Jumlahnya 28 biopond dengan ukuran cukup panjang, 2 x 15 meter. Di tempat ini, mampu menghasilkan 300 kg Maggot fresh tiap hari.
"Kalau Maggot fresh perkilogram-nya dijual Rp 7 ribu. Panen setiap hari," ucap dia.
Budidaya maggot dari belatung lalat hitam ini dinilai sangat efektif untuk mengolah limbah organik.
Pasalnya, baby maggot ini mampu mengurai limbah. Baik limbah rumah tangga, limbah buah busuk, limbah kohe puyuh maupun limbah sayur mayur dari pasar.
Satu gram baby maggot untuk mencapai bobot satu kilogram umumnya membutuhkan pakan limbah organik sebanyak 10 kilogram.
Pemilik Budidaya Maggot di Padukuhan Ketingan ini, Susilowati berkata, budidaya Maggot lalat BSF ini sangat berguna untuk mengurai limbah sampah.
Tak heran, peminat telur lalat BSF untuk budidaya maggot skala rumahan ini cukup tinggi.
Maggot atau belatung dari lalat hitam ini, nantinya bisa bermanfaat sebagai pakan alternatif untuk unggas dan ikan. Apalagi, harga pakan dari pabrik saat ini dinilai cukup tinggi.
"Makanya, banyak yang beli telur (lalat BSF ini). Karena buat mengurai sampah rumahan. Nanti maggot- nya buat pakan ikan atau ayam," kata dia.
Susi bercerita, ide budidaya maggot miliknya dirintis sejak tahun 2020 lalu. Ia mengaku tertarik membudidayakan lalat hitam ini, karena merespon kebutuhan peternak di tengah harga pakan pabrik yang dinilai harganya sudah tinggi.
Ia akhirnya budidaya Maggot lalat BSF sebagai pakan ternak alternatif.
"Maggot harganya lebih murah dan proteinnya tinggi. Permintaan pasarnya juga banyak. Selain dari Yogyakarta, peminatnya ada juga dari Solo, Klaten Purworejo, hingga Kebumen," ujar dia.
Saat ini, Susi fokus budidaya. Bukan hanya menjual maggot, namun juga telur maupun cangkang pupa, yang bisa digunakan untuk pupuk. (Tribunjogja)