Berita Internasional

Peru Tetapkan Status Darurat Lingkungan, Tumpahan Minyak Kotori Perairan Pasca-erupsi Tonga

Presiden Peru mengumumkan status darurat lingkungan pada Kamis (20/1/2022). Ada tumpahan minyak di kilang minyak terbesar di negara itu.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
AFP/CRIS BOURONCLE
BERSIHKAN TUMPAHAN MINYAK - Petugas kebersihan bekerja menghilangkan minyak setelah tumpahan minyak terjadi selama proses pembongkaran kapal tanker berbendera Italia Mare Doricum di kilang La Pampilla, akibat gelombang abnormal yang terekam setelah letusan gunung berapi di Tonga, Kamis (20/1/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, LIMA - Presiden Peru Pedro Castillo mengumumkan status darurat lingkungan pada Kamis (20/1/2022), atas kejadian tumpahan minyak di kilang minyak terbesar di negara itu.

Tumpahan minyak di Peru tersebut terjadi setelah gelombang tinggi mengguncang sebuah kapal yang sedang menurunkan minyak mentah di sana.

Gelombang tinggi itu sendiri muncul sebagai akibat dari letusan gunung berapi bawah laut Tonga yang terjadi pada Minggu (16/1/2022).

Tumpahan minyak telah mengotori perairan dan pantai di sepanjang pantai Pasifik Peru, dengan burung mati dan anjing laut terdampar di pantai.

“Kami berada pada saat kritis dalam masalah lingkungan,” kata Castillo, sebelum menandatangani dekrit darurat di salah satu pantai yang terkena tumpahan, sebagaimana diberitakan Reuters, Jumat (21/1/2022).

Presiden menyebut kejadian tumpahan minyak ini adalah bencana ekologis yang paling mengkhawatirkan di pantai Peru belakangan ini.

“Kami tidak bisa menghindar dari tanggung jawab, ini tentang memikul mereka, dalam hal ini perusahaan yang menyebabkan bencana ekologis ini,” tambahnya.

Seorang juru bicara kilang minyak La Pampilla, yang dimiliki oleh perusahaan energi Spanyol Repsol (REP.MC), mengatakan perusahaan itu tidak bertanggung jawab atas tumpahan minyak tersebut.

Mereka justru menyalahkan Angkatan Laut Peru karena tidak mengeluarkan peringatan tsunami setelah letusan Tonga.

Tidak seperti negara-negara Pasifik lainnya, pihak berwenang Peru memperingatkan gelombang yang tidak biasa hanya setelah letusan.

Menteri Lingkungan Ruben Ramirez mengatakan bahwa sekitar 6.000 barel minyak tumpah dalam insiden itu, yang meninggalkan minyak di 21 pantai di negara tersebut.

Badan Penilaian dan Penegakan Lingkungan Peru (OEFA) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pada Kamis, area yang terkena dampak termasuk 1,7 juta meter persegi tanah dan 1,2 juta meter persegi di laut.

Repsol mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis, bahwa tim penyelam sedang mengeksplorasi kerusakan bawah air dari tumpahan, dan mengatakan telah mengerahkan lebih dari 2.500 meter boom penahan dan 10 kapal untuk mengambil minyak dari laut.

“Kami menyesal tidak mengomunikasikan secara memadai semua komitmen kami dan tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut,” kata Repsol, setelah menghadapi kritik atas tanggapannya. (kpc)

Baca Tribun Jogja edisi Sabtu 22 Januari 2022 halaman 02.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved