Ratusan Pedagang Pasar Beringharjo Jalani Skrining TB

Pedagang pasar Beringharjo menjalani skrining Tuberkulosis pada Kamis (20/1/2022).

Tribunjogja/ Christi Mahatma Wardhani
Zero TB Yogyakarta melakukan skrining TB bagi pedagang Pasar Beringharjo, Kamis (20/01/2022) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pedagang pasar Beringharjo menjalani skrining Tuberkulosis pada Kamis (20/1/2022).

Skrining tersebut dilakukan oleh tim dari Zero TB Yogyakarta bersama dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Puskesmas Gondomanan.

Zero TB Yogyakarta (ZTBY) merupakan proyek kolaborasi anatara Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, RSUP Dr. Sardjito, Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Kulon Progo, dan Burnet Institute di Melbourne, Australia.

Project Manager Zero TB Yogyakarta, dr.Bintari Dwihardiani mengatakan ada 100 pedagang per hari yang diperiksa.

Setiap pedagang yang menjalani skrining akan menjalani skrining gejala TB, selanjutnya dilakukan rontgen paru-paru, dan pengambilan sampel dahak.

"Peserta skrining ditanya dulu ada batuk atau tidak, penurunan berat badan, ada keringat malam. Kemudian dilanjutkan dengan rontgen. Karena kalau fase awal TB itu gejala awal belum muncul, tetapi dirontgen sudah kelihatan.Kalau ada gejala, ada lesi, kami minta untuk pemeriksaan dahak,"katanya, Kamis (20/01/2022). 

"Untuk diagnosis TBC ada prosesnya, sekarang baru skrining, baru menyaring yang diperiksa sampel dahaknya. Hasil itu (dahak) diperiksa oleh RSUD atau RS Pratama, kalau sudah baru diketahui ada TBC atau bukan,"sambungnya.

Ia menerangkan pasar menjadi salah satu lokasi yang memiliki risiko tinggi penularan Tuberkulosis. Hal itu karena banyak orang berinteraksi di pasar. Selain itu, bangunan pasar membuat sirkulasi udara dan sinar matahari tidak maksimal.

Tempat lain yang memiliki risiko tinggi terjadi penularan TB adalah tempat dimana banyak orang tinggal bersama dalam tempat sempit atau tertutup, asrama, pondok pesantren, lapas atau rutan, dan kawasan permukiman padat.

"Skrining memang kami laksanakan di berbagai tempat, khususnya yang memiliki risiko tinggi terpapar. Tempat yang memiliki risiko tinggi adalah tempat dimana orang banyak berkumpul atau tinggal dalam waktu yang lama,"terangnya.

Dengan adanya skrining TB tersebut, diharapkan banyak temuan kasus aktif yang belum tertangani. Sehingga Kota Yogyakarta bisa terbebas dari TB.

Untuk pencegahan penularan TB, masyarakat bisa menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Penggunaan masker di tempat umum juga tidak hanya mencegah penularan COVID-19, tetapi juga penyakit pernapasan.

"Saat ini masyarakat sudah terbiasa memakai masker dan mencuci tangan. Ini menjadi hal yang bagus juga. Dengan protokol kesehatan yang saat ini kita terapkan, bisa mencegah penularan penyakit pernapasan lain, termasuk TB. Karena TB ini penularannya melalui droplet,"imbuhnya. (Tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved