Pelaku UMKM di Desa Wisata Nglanggeran Lakukan Inovasi dan Kolaborasi untuk Hadapi Pandemi

Pandemi Covid-19 berdampak besar pada semua sektor, tak terkecuali Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ). Hal itu pula dirasakan

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Desa Wisata Nglanggeran Gunungkidul, Pernah Raih Penghargaan Wisata Berkelanjutan Kelas Dunia 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pandemi Covid-19 berdampak besar pada semua sektor, tak terkecuali Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ).

Hal itu pula dirasakan oleh UMKM di Desa Wisata Nglanggeran, Gunungkidul.

Pada webiner JNE Bersama UMKM Untuk Indonesia, Penggerak Desa Wisata Nglanggeran, Sugeng Handoko mengatakan tantangan terbesar adalah produk UMKM tidak laku.

Bagaimana tidak, keran wisata ke Desa Wisata Nglanggeran tutup. Akhirnya tidak ada produk UMKM yang bisa dijual.

Baca juga: Seorang Kurir Narkoba di Kota Magelang Berhasil Diamankan Petugas Kepolisian

Namun Desa Wisata terbaik di dunia tersebut bisa bangkit berkat inovasi. Menurut Sugeng, inovasi diperlukan untuk tetap bertahan, salah satunya dengan virtual tour.

Uniknya peserta virtual tour tetap mendapat produk UMKM dari Desa Wisata Nglanggeran.

"Peserta yang berminat kami kirimi coklat. Sehingga meskipun tournya virtual, tetapi tetap bisa merasakan coklat dari Nglanggeran. Karena coklat ini menjadi salah satu produk unggulan di Nglanggeran," katanya, Kamis (19/01/2022).

Selain inovasi, komunikasi dan kolaborasi menjadi hal yang tak kalah penting.

Selain dengan pelaku UMKM, kolaborasi dengan stakeholder yang lain juga diperlukan.

Salah satunya dengan jasa pengiriman. Sebab produk UMKM tidak bisa sampai ke tangan konsumen tanpa jasa pengiriman yang tepat.

"Justru JNE yang datang kepada kami. Sehingga pelaku UMKM yang mayoritas ibu-ibu tidak perlu repot untuk mengirimkan produknya. Ini menjadi kemudahan bagi kami," terangnya.

Tidak hanya Desa Wisata Nglanggeran, pukulan pandemi Covid-19 juga dialami oleh Andy, pemilik Kenandy Journal Leather. Awal pandemi, ia harus menyerah dan tidak berproduksi selama tiga bulan.

Namun ia dan istrinya melakukan inovasi dengan kegiatan terapi jurnal bersama Kenandy.

Masyarakat diajak mencurahkan perasaannya melalui tulisan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved