Berita Kota Yogya Hari Ini
Berburu Pakaian Bermerk di Thrift Shop Pasar Beringharjo
Warga Yogyakarta pasti tidak asing dengan yang namanya awul-awul. Hampir sama dengan awul-awul, thrift shop rupanya kini juga digemari. Thrift shop
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Berburu Pakaian Bermerk di Thrift Shop Beringharjo
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Warga Yogyakarta pasti tidak asing dengan yang namanya awul-awul. Hampir sama dengan awul-awul, thrift shop rupanya kini juga digemari.
Thrift shop adalah toko pakaian bekas import. Namun yang membedakan dengan awul-awul, thrift shop sudah disortir dan sudah dicuci.
Bagi pemburu barang bermerk namun budget terbatas, thrift shop bisa menjadi salah satu alternatif berbelanja.
Thrift shop ternyata bisa dijumpai juga di Pasar Beringharjo. Salah satunya adalah Vano thrift shop.
Baca juga: BREAKING NEWS: Baliho Berukuran Besar Ambruk di Perempatan Condongcatur Sleman Sore Tadi
Karyawan Vano Thrift Shop, Nur Waluyo mengatakan saat ini bisnis pakaian bekas impor memang sedang digandrungi.
Selain harganya yang murah, kualitasnya barangnya pun masih bagus. Apalagi bagi pemburu pakaian bermerk dan original.
"Thrift mulai naik itu sekitar akhir tahun 2019, thrift shop juga mulai banyak. Karena menguntungkan dan harganya kan lebih murah," katanya saat ditemui di lantai dua Pasar Beringharjo, Rabu (12/01/2022).
Ia menyebut ada dua jenis pembeli di tokonya. Pertama adalah pembeli yang menyukai pakaian bekas, kedua adalah pembeli yang mencari barang bermerk dengan harga lebih murah.
Pembeli yang memang menyukai pakaian bekas biasanya hanya mementingkan model saja tanpa mempedulikan merk.
"Kalau yang suka pakaian bermerk ya lihat merknya. Karena untuk yang bermerk itu lebih mahal, ada yang sampai Rp 400 ribu juga. Tetapi ya tetep laku, karena kan memang di bawah harga retail dan barangnya masih bagus," terangnya.
Untuk saat ini tren yang sedang naik daun adalah vintage.
Itulah sebabnya banyak konsumen yang mencari celana kordore, celana model boyfriend, kaos oversize, dan lainnya.
Kebanyakan baju yang dipajang adalah impor dari Korea dan Jepang. Pihaknya kesulitan untuk mendapat pakaian dari Amerika Serikat.
Baca juga: Gelar Deklarasi Janji Kinerja 2022, Kanwil Kemenkumham DIY Targetkan Tujuh Satker Masuk WBK
Sementara itu, Bayu Aji (28) seorang pemburu pakaian bekas mengaku mencari pakaian bermerk di thrift shop.
Tentu saja karena harganya murah dan barangnya berkualitas.
"Kalau saya mending pakai bekas tapi ori, daripada pakaian baru tapi kw (palsu). Tapi ya nggak mesti juga sih, kadang kalau nemu bagus ya beli meskipun nggak ada merknya," ujarnya.
Menurut dia, untuk membeli pakaian bekas perlu ketelitian.
"Namanya juga bekas, barang yang sudah dipakai, pasti nggak seperti baru. Ya harus teliti aja dalam memilih. Tetapi kebanyakan masih bagus sih," imbuhnya. (maw)