Biodata Jakob Oetama, Pendiri Kompas yang Mengawali Karir Sebagai Guru SMP
Salah satu sosok di balik kesuksesan Kompas/Gramedia adalah Jakob Oetama.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Supatmo adalah sosok yang memiliki Yayasan Pendidikan Budaya yang mengelola sekolah budaya.
Saat itu, Jakob tidak berkerja sebagai guru di Yayasan milik Sapto, ia justru menjadi guru di SMP Mardiyuwana Cipanas, Jawa Barat pada 1952 sampai 1953.
Kemudian Jakob pindah ke Sekolah Guru Bagian B di Lenteng Agung, Jakarta pada 1953-1954 dan pindah lagi ke SMP Van Lith di Gunung Sahari di tahun 1954-1956.
Sekolah tersebut berada di bawah asuhan para pastor Kongregasi Ordo Fratrum Minorum (OFM) atau disebut Fransiskan.
Saat itu ia tinggal di kompleks Sekolah Vincentius di Kramat Raya, Jakarta Pusat yang kini dikenal kompleks Panti Asuhan VIncentius Putra.
Sembari mengajar siswa/I SMP, ia melanjutkan studinya pada tingkat tinggi.
Jakob memilih kuliah B-1 Ilmu Sejarah. Setelah lulus melanjutkan di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Publisistik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Saat belajar sejarah, minat Jakob dalam menulis mulai berkembang.
Kecintaanya terhadap dunia jurnalistik semakin tinggi saat ia mendapat pekerjaan sebagai sekretaris redaksi mingguan Penabur di Jakarta dan memutuskan berhenti mengajar pada 1956.
Saat itu, Jakob sempat direkomendasikan untuk menempuh pendidikan di University of Columbia, Amerika Serikat oleh salah satu guru sejarahnya ketika bersekolah di B-1 Sejarah yang juga seorang pastor Belanda, Van den Berg, SJ.
Nantinya, ia akan memperoleh gelar PhD dana kan menjadi sejarawan atau dosen sejarah.
Ia juga diterima sebagai dosen di di Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung, dan disiapkan rumah dinas bagi keluarganya serta Unpar pun telah menyiapkan rekomendasi PhD di Universitas Leuven, Belgia jika Jakob mengajar beberapa tahun di sana.
Jakob pun merasa bimbang apakah harus melanjutkan cita-citanya menjadi guru atau wartawan profesional.
Kemudian, Jakob menemui Pastor JW Oudejans OFM, pemimpin umum di mingguan Penabur.
Saat itulah Oudejans menasihatinya bahwa guru sudah banyak namun wartawan tidak.