5 Lokasi Singkapan Batuan Purba di Jogja : dari Parangtritis, Berbah Hingga Lereng Merapi

Berikut ini merupakan daftar lokasi yang terdapat singkapan batuan purba di Jogja yang berusia puluhan juta tahun

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga
Dinding batu yang berada di kawasan hulu Kali Boyong, Gunung Merapi 

TRIBUNJOGJA.COM - Berikut ini merupakan daftar lokasi yang terdapat singkapan batuan purba di Jogja yang berusia puluhan juta tahun. Lokasinya ada di Godean, Berbah, Parangtritis, Nglanggeran hingga di hulu Kali Boyong, Merapi.

Bukti-bukti aktivitas geologis dan vulkanis ini pun masih bisa Anda saksikan hingga sekarang.

Ini merupakan obyek yang sangat menarik, terutama bagi Anda yang berminat dalam hal ilmu kebumian. Utamanya lantaran tempat-tempat ini merekam bagaimana proses terbentuknya Pulau Jawa.

Berikut ini 5 lokasi yang menyimpan singkapan batuan purba Yogyakarta :

1. Gunung Api Purba Godean - Seyegan

Gugusan perbukitan di Godean yang merupakan formasi batuan Gunung Api purba
Gugusan perbukitan di Godean yang merupakan formasi batuan Gunung Api purba (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Gunungapi Purba ini berada di Godean dan Seyegan, atau dikenal pula dengan sebutan Gunung Api Purba Godean.

Fakta ini diungkapkan dari riset geolog/vulkanolog Sutikno Bronto, Antonius Ratdomopurbo, Pudjo Asmoro, dan Malia Adityarani. Mereka peneliti gabungan dari Pusat Survei Geologi Indonesia dan alumnus Teknik Geologi UGM.

Hasil riset mereka berjudul “Longsoran Raksasa Gunung Merapi Yogyakarta-Jawa Tengah”, dipublikasikan di Jurnal Geologi 4 November 2014.

Artikel berikut ini merangkum hasil penelitian mereka yang belum banyak diketahui masyarakat.

Menurut Sutikno Bronto dan kawan-kawan, perbukitan di Goden dan Seyegan itu sudah mengalami pelapukan sangat lanjut menjadi tanah lempung dan saat ini sebagian tertutup vegetasi lebat.

Singkapan batuan segar hanya ditemukan pada lokasi penggalian tanah dan batu.

Batuan beku terobosan penyusun perbukitan Godean adalah andesit porfiri – diorit mikro, sebagian besar telah lapuk mengulit bawang.

Secara regional, geologi daerah Godean dan sekitarnya telah dilaporkan Rahardjo dkk (2012) di dalam peta geologi lembar Yogyakarta.

Batuan tertua dimasukkan ke dalam Formasi Nanggulan (Teon), yang berumur Eosen. Formasi ini terdiri atas batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batugamping, batupasir dan tuf.

Di atas Formasi Nanggulan diendapkan Formasi Kebobutak (Tmok), yang tersusun breksi andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit dan berumur Oligo-Miosen.

Kedua satuan batuan tersebut kemudian diterobos diorit (dr) dan andesit (a), yang berumur Miosen Bawah.

Lebih ke selatan dari Godean, yakni di daerah Kabupaten Bantul, terdapat Formasi Sentolo (Tmps), yang terdiri atas batugamping dan batupasir napalan berumur Miosen–Pliosen.

Volkanisme Kuarter di daerah Yogyakarta membentuk Gunung Merapi, yang materialnya dibagi menjadi Endapan Gunung api Merapi Tua (Qmo) dan Endapan Gunung api Merapi Muda (Qmi).

Hanya Endapan Gunung Merapi Muda yang sampai di daerah Godean dan Bantul. Mengacu tatanan geologi ini, batuan di daerah Godean dan sekitarnya dibagi menjadi dua kelompok utama.

Pertama, batuan berumur Tersier dan endapan Merapi, yang berumur Kuarter. Periode Tersier ini secara geologis umur pembentukannya maksimal 60 juta tahun lalu.

Berdasarkan hasil penelitian, batuan Tersier di Godean dihasilkan kegiatan gunung api purba setempat, yang dinamakan Gunung Api Purba Godean.

Baca juga: Gugusan Bukit di Godean-Seyegan Ini Ternyata Gunung Api Purba Berusia Puluhan Juta Tahun!

2. Gunung Api Purba Berbah

Pengunjung tengah menikmati pesona Lava Bantal, Berbah, Sleman, Minggu (22/2/2015)
Pengunjung tengah menikmati pesona Lava Bantal, Berbah, Sleman, Minggu (22/2/2015) (Tribun Jogja/ Angga Purnama)

Jejak gunung api purba di wilayah Berbah dapat Anda saksikan di obyek wisata Lava Bantal.

Formasi bebatuan itu merupakan struktur lava bantal yang tercipta dari endapan magmatik akibat aktivitas geologi.

Batuan itu merupakan lava bantal yang diperkirakan berusia 56 – 3,8 juta tahun.

Hasil itu diperoleh dari analisis radiometri dengan menggunakan metode kalium – argon.

“Bahkan usianya lebih tua dibandingan gugusan bukit purba di selatan, sebagaimana yang ada dalam formasi Nglangeran,” kata ahli geologi dari Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Saptono Budi Samudra, dalam wawancara dengan Tribun Jogja pada 2012 lalu.

Menurutnya, keberadaan lava bantal menjadi bukti bahwa di wilayah dimana lava bantal ditemukan maupun di wilayah pulau jawa secara keseluruhan, dulunya merupakan kawasan laut yang sangat dalam.

Lantaran pembentukan batuan seperti lava bantal ini memang hanya bisa terjadi di bawah air yang sangat dalam.

3. Gunung Api Purba Parangtritis

Singkapan batuan segar berupa perselingan breksi gunung api dan lava andesit yang merupakan fasies proksi fosil gunung api.
Singkapan batuan segar berupa perselingan breksi gunung api dan lava andesit yang merupakan fasies proksi fosil gunung api. (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Kawasan perbukitan sebelum masuk ke Pantai Parangtritis juga menyimpan jejak-jejak gunung api purba di masa lampau.

Ahli paleovulkano Dr Sutikno Bronto dalam buku Geologi Gunung Api Purba menyebut, jejak gunung api purba itu ada di tepi jalan sebelum masuk Pantai Parangtritis.

Sutikno Bronto menyebut jejak batuan itu fosil gunung api Parangtritis. Ia mengutip laporan peneliti Hartono (2000), yang pertama kali melaporkan temuannya.

Penampakannya berupa perbukitan berketinggian 100-300 meter di atas permukaan laut. Bentuk bukitnya lebih membulat dibanding perbukitan gamping di sebelah timurnya.

Penanda lainya bisa dilihat dari kemunculan sumber air panas di wilayah Parangtritis, yang popular disebut pemandian air panas Parang Wedang.

Ada dua sumur atau sumber air panas yang letaknya tak jauh dari komplek makam Syekh Magribi di tepi timur jalan sebelum memasuki kawasan pantai.

Tribun Jogja menyambangi kedua sumber air panas, yang satu di antaranya dimiliki atau sumur air panas ini milik pribadi warga.

Baca juga: PERHATIKAN ! Ini Jejak Nyata Magma Beku Produk Gunung Api Purba Parangtritis

4. Gunung Api Purba di Hulu Kali Boyong

Penampakan dinding batu mengkilat di hulu Kali Boyong, di lereng Gunung Merapi
Penampakan dinding batu mengkilat di hulu Kali Boyong, di lereng Gunung Merapi (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Tepat di ujung atas alur Kali Boyong terdapat singkapan dinding lava beku atau batuan yang umurnya sudah sangat tua.

Batuan solid andesif itu membentuk dinding raksasa setinggi lebih kurang 50 meter, sekaligus tepat di tengah tebing tinggi itulah jika ada aliran banjir atau awan panas akan menggelontor turun.

Singkapan batuan tua itu memiliki pola retak vertikal maupun horizontal. Warnanya sebagian besar abu-abu tua namun ada perselingan atau tampak perlapisan batuan lain.

Jika teraliri atau kondisi basah karena air, batuan raksasa itu akan terlihat mengkilat sangat indah.

Perlapisan itu ditandai garis warna merah kecokelatan dan terkadang ada warna kuning tua. Perlapisan itu tidak horizontal lurus, melainkan terkadang menaik atau turun.

Dilihat dari pola dan posisinya, blok besar batuan itu melebar ke timur masuk ke dasar Bukit Plawangan dan ke barat jadi alas Bukit Turgo yang menjulang.

Stratigrafi Kali Boyong menurut penelitian Wartono Rahardjo dkk (1977), Wirahadikusumah (1989), dan Mac Donald dan Partners (1984), menunjukkan kombinasi satuan asal pembentuk.

Pertama, lapisan pembentukan vulkanik dari masa Merapi Tua. Lapisan itu berupa breksi aglomerat dan juga lelehan lava yang mengandung olivine dan bertipe andesitik-basalt.

Geolog ternama Belanda, Van Bemmelen pada 1949 pernah menyelidiki fakta kebumian di Kali Boyong ini.

Menurut peneliti Wirahadikusumah, umur atau lapisan batuan ini berasal dari masa Pleistosen berdasar pertanggalan karbon (C-14).

Lapisan berikutnya berasal dari materi vulkanik Merapi Muda terdiri rombakan Merapi Tua berupa endapan tuf, pasir, dan breksi yang terkonsolidasi sebagian dan masih lemah.

Penelitian yang dilakukan Berthomier (1990) dan Chris Newhall & Sutikno Bronto (1995), dilanjutkan Newhall (2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil.

Menurut Berthommier, berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas empat bagian.

Masa Pra-Merapi yang jejaknya dikenal sebagai Gunung Bibi di timur laut Merapi sekarang atau wilayah Boyolali.

Produk vulkaniknya magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun. Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen.

Karena umurnya sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit ditemukan.

Berikutnya masa Merapi Tua ditandai lahirnya Gunung Merapi, yang merupakan fase awal pembentukannya kerucut belum sempurna.

Baca juga: Pengalaman Saya Menapak Jejak Letusan Merapi Tua di Hulu Kali Boyong

5. Gunung Api Purba Nglanggeran

Pengunjung menikmati pemandangan Gunung Api Purba Nglanggeran di Patuk, Gunungkidul.
Pengunjung menikmati pemandangan Gunung Api Purba Nglanggeran di Patuk, Gunungkidul. (TRIBUNJOGJA/ Alexander Ermando)

Gunung Api Purba Nglanggeran adalah obyek wisata alam yang paling populer dibandingkan dengan obyek jejak gunung api purba lainnya.

Lokasinya berada di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul yang berada pada deretan Pegunungan Baturagung.

Ini merupakan suatu gunung api purba yang terbentuk sekitar 60-70 juta tahun yang lalu atau yang memiliki umur tersier (Oligo-Miosen).

Gunung Nglanggeran memiliki batuan yang sangat khas karena didominasi oleh aglomerat dan breksi gunung api.

Berdasarkan penelitian, gunung api ini merupakan gunung berapi aktif sekitar 60 juta tahun yang lalu lalu.

Ini kemudian terbentuk dari Gunung api dasar laut yang terangkat dan kemudian menjadi daratan jutaan tahun lalu.

Gunung ini memiliki bebatuan besar yang menjulang tinggi sehingga biasanya digunakan sebagai jalur pendakian dan tempat untuk pertapaan warga.

Puncak gunung tersebut adalah Gunung Gedhe di ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut, dengan luas kawasan pegunungan mencapai 48 hektar.

Baca juga: Desa Wisata Nglanggeran Gunungkidul, Terkenal dengan Gunung Api Purba

Demikian ulasan mengenai lokasi singkapan batuan purba di wilayah Yogyakarta yang bisa Anda saksikan hingga sekarang. Nah, apakah Anda sudah menentukan pilihan mau berkunjung ke mana pada masa liburan ini? (TRIBUNJOGJA.COM/XNA/MON)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved