Kubah Lava Gunung Merapi Terus Bertumbuh Hingga 4,5 Juta Meter Kubik

Kubah lava Gunung Merapi di bagian barat daya dan tengah masih teramati mengalami pertumbuhan hingga kini. Hal tersebut merupakan data

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Google Earth
Peta udara tampak Gunung Merapi 

Kubah Lava Gunung Merapi Terus Bertumbuh Hingga 4,5 Juta Meter Kubik, BPPTKG Imbau Masyarakat Waspada

 


Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kubah lava Gunung Merapi di bagian barat daya dan tengah masih teramati mengalami pertumbuhan hingga kini.

Hal tersebut merupakan data yang dihimpun oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada tanggal 3-9 Desember 2021.

Dari hasil pengamatan itu, kubah lava barat daya dan kubah tengah memiliki volume masing-masing sebesar 1.629.000 meter kubik dan 3.007.000 meter kubik.

Sebelumnya, pada periode pengamatan 26 November-2 Desember 2021, volume kubah lava di barat daya masih 1.615.000 meter kubik dan kubah lava tengah 2.948.000 meter kubik.

Menanggapi hal tersebut, Mantan Kepala BPPTKG, Subandrio membenarkan kubah lava saat ini masih terus bertumbuh.

Baca juga: Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi Masih Tinggi, Sri Sultan HB X Minta Jalur Evakuasi Disiapkan

“Bahkan, volume totalnya mencapat 4,5 juta meter kubik. Untuk kubik tengah awalnya 2,9 juta meter kubik dan kubah tepi 1,6 juta meter kubik,” bukanya kepada Tribun Jogja, Senin (13/12/2021).

Dia mengatakan, guguran lava yang sering terjadi setiap hari umumnya berasal dari kubah di tepi di hulu Kali Kerasak atau Bebeng dan Kali Putih.

Guguran lava itu tidak memiliki risiko yang berarti.

“Namun, yang patut kita cermati itu kestabilan kubah tengah dan lava yang pernah muncul di tahun 1888 yang menahannya,” ungkapnya lebih lanjut.

Ia melanjutkan, apabila kubah masih bergerak terus, maka pada titik tertentu, kubah itu akan kolaps.

Dengan begitu, kata dia, alur di Kali Senowo, Kali Trising dan Kali Apu akan menjadi lebih rentan.

“Kapan kubah akan betul-betul kolaps? Secara deterministik, tidak bisa dikalkulasi ya. Namun, secara teori, bila slope stability struktur puncak di lereng barat memiliki nilai factor of safety lebih kecil dari angka 1, maka itu akan kolaps,” bebernya.

Dia menjelaskan, hal terburuk akan terjadi apabila masyarakat di alur Kali Senowo, Kali Trising dan Kali Apu tidak tanggap bila itu terjadi.

Di minggu lalu, kegempaan Gunung Merapi juga mencatat 4 kali gempa yang disebabkan oleh awan panas guguran (APG), 8 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 55 kali gempa fase banyak, 1.020 kali gempa guguran, 25 kali gempa hembusan dan 10 kali gempa tektonik.

“Intensitas kegempaan minggu 3-9 Desember 2021 ini masih relatif tinggi,” ungkap Kepala BPPTKG, Hanik Humaida pada 10 Desember 2021 lalu.

BPPTKG kemudian memberikan rekomendasi terkait keadaan tersebut kepada para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi.

Baca juga: Retribusi Naik Tajam, Pedagang Pasar Sidoharjo Klaten Sampaikan Protes Lewat Karton dan Karung Bekas

Salah satu rekomendasinya adalah Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten agar melakukan upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi saat ini.

“Masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Perlu juga mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” jelasnya.

Tidak hanya itu, BPPTKG juga merekomendasikan penghentian penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Masyarakat juga diminta untuk tidak melakukan kegiatan pada daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh 5 Km dari puncak Gunung.

“Jika ada perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka statusnya akan segera ditinjau kembali,” tandas Hanik. (ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved