Kumpulan Puisi Umbu Landu Paranggi yang Tak Lekang Oleh Waktu

Umbuh Landu Paranggi lahir 10 Agustus 1943 Kananggar, Paberiwai, Sumba Timur. Dan meninggal 6 April 2021 Sanur, Bali.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
zoom-inlihat foto Kumpulan Puisi Umbu Landu Paranggi yang Tak Lekang Oleh Waktu
style.tribunnews.com
Umbu Landu Paranggi Bersama Cak Nun

(2)
dengan mempercayai
kata kata kata
yang kutulis ini
jiwa dari jiwaku
jadilah raja diraja
sekaligus budak belian
sebuah kerajaan
purbani
lebih dari nafasku
bernama senantiasa
nasibmu
umbu landu paranggi

Sumber : Tonggak 3, Antologi Puisi Indonesia Modern (ed) Linus Suryadi AG, Gramedia, Jakarta, 1987 (halaman 240). Puisi ini diambil dari Pusara, No. 1, Th. 43, Januari 1970.

 

Sabana

memburu fajar
yang mengusir bayang-bayangku
menghadang senja
yang memanggil petualang

sabana sunyi
di sini hidupku
sebuah gitar tua
seorang lelaki berkuda

sabana tandus
mainkan laguku
harum napas bunda
seorang gembala berpacu

lapar dan dahaga
kemarau yang kurindu
dibakar matahari
hela jiwaku risau
karena kumau lebih cinta
hunjam aku ke bibir cakrawala

Sumber : “Persada Studi Klub dan Sajak-sajak Presiden Malioboro” dalam Suara Pancaran Sastra : Himpunan Esai dan Kritik, Korrie Layun Rampan, Yayasan Arus Jakarta, 1984.

 

Aide Memoire 

bukalah jendela, di luar angin

menyiapkan pelaminan kemarau

sebelum burung-burung dan daunan

luput dari nyalang pandang dukaku

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved