Peternak di Berbah Sleman Jalani Program Optimalisasi Potensi dari BEM Fakultas Peternakan UGM
BEM Fakultas Peternakan UGM memberikan pendampingan bagi peternak di Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, DIY.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - BEM Fakultas Peternakan UGM memberikan pendampingan bagi peternak di Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, DIY.
Dalam pendampingan yang dilakukan selama lima bulan dari bulan Juli hingga November 2021 kelompok ternak di Tegaltirto diberikan pelatihan untuk memperkuat usaha ternaknya.
Melalui program Optimalisasi Potensi Peternakan Sebagai Saran Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tegaltirto, Berbah, Sleman, BEM Fakultas Peternakan UGM menjalankan tiga program pendampingan yaitu pembuatan pakan komplit, pembuatan pupuk kompos, serta pembuatan catatan ternak.
Program ini mendapat bantuan pendanaan dari Kemendikbud di bawah naungan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D).
Baca juga: Desainer Yogya dan Jateng Ini Ciptakan Karya Ramah Lingkungan
Ketua tim UGM Rizky Aurell Fernanda mengatakan sebagian besar warga Desa Tegaltirto merupakan peternak.
Di desa tersebut terdapat 17 kelompok ternak dengan rata-rata populasi perkelompok di atas 100 ekor.
Namun, tidak sedikit persoalan yang dialami para peternak antara lain pemenuhan kebutuhan pakan hijauan, pengelolaan kotoran ternak, dan pendataan ternak.
“Berawal dari permasalahan tersebut BEM Fakultas Peternakan UGM menginisasi program untuk mengoptimalisasi potensi peternakan di Tegaltirto,” terangnya, Rabu (1/12/2021).
BEM FAPET UGM bekerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Berbah dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Penyuluhan Pertanian Pangan dan Perikanan (UPTD BP4) Berbah untuk mengawal berjalannya program.
Dalam program pembuatan pakan komplit dilakukan dengan memanfaatkan berbagai limbah pertanian yang ada dan ditambahkan dengan sumber protein dan premix lalu difermentasi.
“Respon peternak sangat baik dan sudah diaplikasikan untuk beberapa ternak yang akan digunakan untuk usaha penggemukan,” ungkapnya.
Sementara itu untuk mengurai persoalan limbah kotoran ternak yang melimpah, dilakukan pengelolaan dengan memanfaatkan atau mengolah menjadi pupuk kompos dengan penambahan bakteri dan limbah pertanian.
Saat ini pupuk kompos sudah siap untuk dipasarkan. Pupuk kompos yang diproduksi dijual dalam dua kemasan yakni ukuran 5 Kg dengan harga Rp 8.000,- dan ukuran 10 Kg dengan harga Rp 15.000,-.
Pengolahan limbah kotoran ternak ini meningkatkan nilai ekonomis dari sebelumnya harga kotoran sapi ini hanya Rp. 300 – 700/kg.
Lalu terkait pencatatan ternak yang belum tertata, BEM Peternakan UGM mendampingi kelompok ternak untuk secara kontinu melakukan pencatatan.