Kisah Desa Di Klaten Tanam Ribuan Pohon Nangka Agar Warga Bisa Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Agar ekonomi di desanya terus menggeliat, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat mulai mengembangkan agrowisata buah nangka.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Apa yang dilakukan sebuah desa di Klaten, Jawa Tengah ini untuk bertahan di tengah pandemi layak ditiru.
Warga menanam ribuan pohon nangka berbagai jenis. Nangka itu kini telah berbuah dan menjadi agrowisata yang bisa mendatangkan keuntungan bagi para warga.
Sudah 1,5 tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia termasuk wilayah Kabupaten, Klaten, Jawa Tengah.
Namun, pandemi tak selamanya berkaitan dengan keterpurukan. Hal itu coba dibuktikan oleh Pemerintah Desa Pasung, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Agar ekonomi di desanya terus menggeliat, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat mulai mengembangkan agrowisata buah nangka.
Sedikitnya, hingga saat ini terdapat sekitar 1.200 pohon nangka yang telah ditanam oleh Pemdes dan warga setempat.
Beberapa pohon di antaranya sudah mulai berbuah dan sebagian lainnya masih membutuhkan waktu untuk berbuah.
"Agrowisata kita ikonnya buah nangka karena potensi di desa kita itu buah nangkanya bagus-bagus," ujar Kepala Desa Pasung, Sumarsono saat TribunJogja.com temui di desa itu, Selasa (30/11/2021).
Sumarsono bercerita, ribuan pohon nangka yang ada di agrowisata itu terdiri dari berbagai jenis mulai dari nangka madu, nangka merah, nangka mini, hingga nangkadak.
"Kalau jenis nangkadak ini merupakan persilangan antara buah nangka dan cempedak. Hasil buahnya agak panjang dan berukuran besar," paparnya.
Lanjut Kepala Desa yang karib disapa Ambon itu, konsep agrowisata buah nangka yang ditawarkan di desanya tidak berupa perkebunan seperti agrowisata biasanya.
Agrowisata di desa itu dirancang di sepanjang jalan desa yang panjangnya mencapai 3,4 kilometer.
"Itu untuk pohon yang baru ditanami ya, di luar itu juga masih ada konsep lainnya," ucapnya.
Meski menjadikan nangka sebagai ikon dari agrowisata itu, namun di agrowisata itu juga ditanam sejumlah tanaman lainnya seperti pohon lengkeng, jambu kristal, jambu air madu hingga sirsak.
"Kalau pohon markisah ini sifatnya hanya sebagai peneduh," urainya.
Diakui Ambon, beberapa pohon nangka telah ditanam, sejak 4 tahun lalu dan sudah berbuah.
Namun, untuk sejumlah pohon yang baru ditanam, beberapa masih butuh proses untuk berbuah.
"Kita pakai bibit unggul, yang satu tahun tanam sudah ada yang berbuah, seperti yang di luar pagar itu," ucapnya.
Mobil Listrik
Disinggung terkait kunjungan wisatawan ke agrowisata itu, pihaknya bakal membeli mobil listrik seperti di objek wisata candi Borobudur, Magelang.
Mobil tersebut, bisa memuat untuk 14 penumpang dan itu akan digunakan untuk membawa wisatawan berkeliling area agrowisata buah nangka itu.
"Nanti kita pandu dan wisatawan juga boleh memetik buahnya. Peresmiannya akan kita lakukan secepatnya," paparnya.
Sementara itu, Kepala Dusun (Kadus) II Desa Pasung, Sentot Widiyanto menambahkan jika pilihan untuk menjadikan pohon nangka sebagai ikon agrowisata karena pohon nangka berbuah sepanjang tahun.
"Kalau pohon durian kan berbuahnya setiap akhir tahun jadi kalau kita jadikan ikon agak susah, kalau nangka ini dia sepanjang tahun berbuah," ucapnya.
Menurut Sentot, beberapa pohon nangka yang ada di agrowisata itu justru ditanam oleh pasangan pengantin asal desa itu.
Sebab, sejak 4 tahun terakhir pihak Pemdes setempat memberlakukan kebijakan bagi setiap warga desa yang menikah harus menanam pohon agar desa selalu asri.
Ia pun berharap agar agrowisata nangka itu menjadi sesuatu yang baru dan dapat mendatangkan kunjungan wisata ke desanya di waktu-waktu mendatang. (*)