Honda Trail 90 CT 200, Bebek Penjelajah Honda yang Kerap Dikira Motor Kustom
Diceritakan pemuda asal Batang, Jawa Tengah ini, ketertarikannya pada motor lawas memang baru bermula sejak duduk di bangku kuliah.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Berawal dari sekadar keinginan tampil nyentrik lewat motor tunggangannya sebagai mahasiswa Seni Rupa, siapa sangka Ainur Roffiq (25) kini justru memiliki 9 koleksi motor lawas nan mahal besutan ATPM Sayap Mengepak alias Honda.
Koleksi Ainur tak main-main, dari Honda Pispot C90, tiga unit CT series yakni CT200, CT90, CT55, Honda Benly Arwin C92, 2 unit C90 1969, 1 unit S90 tahun 1968, Scrambler CL100, serta satu unit motor legendaris asal Inggris, Matchless.
Diceritakan pemuda asal Batang, Jawa Tengah ini, ketertarikannya pada motor lawas memang baru bermula sejak duduk di bangku kuliah.
Sebagai mahasiswa Seni Rupa, Ainur ingin tampil beda, tampil nyentrik dengan sepeda motornya sehingga bisa menjadi penanda.
"Sebenarnya pemicunya justru sekadar sebagai penanda saja sih, kalau anak Seni Rupa bawa motor biasa, kurang nyentrik saja menurut saya. Jadi agar lebih gampang sik niteni (menandai)," ujar Ainur kepada Tribun Jogja beberapa waktu lalu.
Lantaran sewaktu awal kuliah masih mengandalkan biaya dari orangtua, Ainur menyisihkan uang jajannya untuk membeli sebuah motor lawas yakni Honda C70 atau yang lebih dikenal Honda Pitung.
Diakuinya, sekira 2013/14 motor lawas memang belum dilirik, sehingga motor lawas pertama tersebut ia dapatkan dengan harga yang relatif murah, yakni hanya Rp 2,5 Juta.
Seiring berjalanya waktu, kegemarannya terhadap motor lawas makin menggila. Diakui Ainur, hal tersebut tak lepas dari lingkup pergaulannya.
"Pemicunya sih justru lebih kepada pergaulan, saya tipikalnya memang lebih suka bergaul dengan orang-orang yang lebih tua, kalau dengan teman yang sebaya, mungkin motor-motor yang saya miliki sudah jadi herex (Honda Excite Rider Extreme)," ujar pemilik akun Instagram _singgahsekejap_.
Benar saja, motor lawas pertamanya lantas ia jual, untuk membeli koleksi motor yang lebih lawas, serta kondisinya lebih oke. Untuk memenuhi tuntutan hobinya, Ainur mengumpulkan uang dari keterampilan mensketsa wajah.
"Tapi dulu memang jual-beli motor lawas ini pure untuk memenuhi keinginan hatiku, sama sekali tidak berpikir soal keuntungan, sebab yang terpenting bisa mendapatkan koleksi motor yang lebih tua," ungkapnya.
Baru sekira 2018, Ainur menyadari bahwa di balik hobinya mengoleksi motor lawas, dapat mendatangkan pundi-pundi keuntungan yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan membiayai kuliahnya.
Bercerita soal koleksinya, Ainur mengaku Honda Trail 90 CT200 menjadi satu di antara yang paling berkesan baginya.
"Memiliki CT200 itu seakan seperti mimpi, karena motor ini kan bukan seri yang masuk ke Indonesia, bahkan waktu saya sempat singgah ke Merpati Motor sekira 2015, itu pun CT200 tidak ada," ujar Ainur.

Berjalannya waktu, ia berkenalan dengan seseorang asal Semarang, yang tinggal di Amerika. Dari sekadar bertanya lewat chat Whatsapp soal sparepart, Ainur lantas teringat sebuah postingan lama di Facebook, menjual unit motor Honda series Amerika yang berlokasi di Semarang.