Kematian Akibat Covid-19 Turun Drastis, Pemkot Yogyakarta Tetap Siagakan Tim Kubur Cepat
Melandainya kasus Covid-19 di wilayah Kota Yogyakarta dalam beberapa bulan terakhir berdampak pula pada angka kematian yang turun drastis
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Melandainya kasus Covid-19 di wilayah Kota Yogyakarta dalam beberapa bulan terakhir berdampak pula pada angka kematian yang turun drastis.
Walau begitu, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta memastikan, tetap menyiagakan penuh tim kubur cepatnya (TKC).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Nur Hidayat menandaskan, bahwa kematian akibat Covid-19 di wilayahnya saat ini, semakin langka dijumpai.
Baca juga: WBike Kustom Garage Yogyakarta Jadi Builder Pilihan di Yamaha Yard Build Jateng-DIY
Alhasil, tugas TKC yang ada di bawah naungannya tersebut, sudah jauh lebih ringan.
"Tapi, masih tetap ada, walaupun sehari satu, atau dua kali melakukan pemakaman berprosedur Covid-19. Semoga seterusnya landai," cetusnya, Senin (1/11/2021).
Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan, kasus kematian akibat Covid-19 di Kota Yogyakarta menunjukkan perbaikan signifikan, dibanding ketika puncak penyebaran corona pada Juli lalu.
Tercatat, dalam satu pekan terakhir, terdapat satu warga, yang meninggal dunia.
Tetapi, Nur memastikan, pelandaian tersebut tak membuat pihaknya lengah, serta melakukan pengenduran.
Praktis, BPBD Kota Yogyakarta sama sekali tak mengurangi jumlah personelnya yang disiagakan untuk pemakaman jenazah berprosedur khusus, selaras protap Covid-19.
"Sampai hari ini tidak ada pengurangan. Sebenarnya kan tim TKC kita itu asalnya dari TRC (Tim Reaksi Cepat). Jadi, tugas mereka tidak hanya penanggulangan (pemakaman corona) itu saja, tapi juga antisipasi bencana lainnya, mulai dari pohon tumbang, dan lain-lain," ungkapnya.
Karena itu, ia mengatakan, sepanjang Juli lalu, pihaknya sempat kewalahan, dalam melayani tingginya permintaan warga masyarakat, untuk mengebumikan jenazah pasien dengan prosedur Covid-19.
Sehingga, BPBD berinisiatif menggandeng warga untuk ikut menangani.
Baca juga: Mayoritas Rusak, Dari 30 Unit Hanya Ada 10 EWS Longsor yang Masih Aktif di Gunungkidul
"Kemarin personel tidak mencukupi, kemudian kasusnya meledak luar biasa. Jadi, kita melibatkan masyarakat. Kita punya delapan tim totalnya, kalau sehari empat, lima kali pemakaman, tenaga kita cukup," terangnya.
Kalak BPBD pun berharap, warga masyarakat tidak lengah, dan tetap mewaspadai potensi penularan Covid-19. Sebab, ancaman gelombang tiga pandemi, layaknya di beberapa negara, masih berpotensi terjadi, seandainya protokol kesehatan (prokes) tidak disiplin diterapkan.
"Jangan euforia, karena ini menyentuh semua sendi. Tetapi, kalau semisal ada gelombang tiga, kita meyakini tidak akan tereliminasi seperti kemarin, ya," terang Nur.
"Saya yakin, tidak akan seperti kemarin, karena kita sudah meningkatkan kesiapsiagaannya, dari semua lini, semua aspek. Kuncinya memang di prokes, karena itu untuk memagari, dan mencegah," tandasnya. (aka)