Berita Pendidikan Hari Ini
Cegah Klaster PTM, Disdikpora DI Yogyakarta Wacanakan Swab Warga Sekolah
Sebagian warga sekolah akan menjalani tes usap atau swab antigen untuk mendeteksi penularan Covid-19.
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebagian besar sekolah di DI Yogyakarta telah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) di kelas.
Untuk mengantisipasi kemunculan klaster Covid-19, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY berencana menggelar skrining kesehatan di sejumlah sekolah jenjang SMA/SMK.
Sebagian warga sekolah akan menjalani tes usap atau swab antigen untuk mendeteksi penularan Covid-19.
Adapun penentuan sampel dilakukan secara acak.
"Kami lakukan skrining pada beberapa sekolah secara sampel. Kita juga kerja sama dengan Dinkes untuk melakukan tes terkait Covid. Mudah-mudahan hasilnya nihil tidak ada klaseter di sekolah," terang Kepala Disdikpora DIY, Didik Wardaya kepada Tribunjogja.com, Kamis (21/10/2021).
Baca juga: Orang Tua Prioritaskan Sekolah PTM Lagi, Meski Hanya 2 Jam Pelajaran
Didik melanjutkan, di tengah penerapan PPKM level 2 ini, sebagian besar sekolah telah menggelar PTM.
Adapun jumlah SMA/SMK DIY adalah 438 sekolah dengan rincian SMA sebanyak 220 sekolah dan SMK berjumlah 218 sekolah.
Menurutnya, tidak ada perubahan signifikan terkait aturan pelaksanaan PTM di tengah penerapan PPKM level 2 ini.
"Maksimal siswa yang di kelas kan 50 persen. Kita jalankan seperti kemarin, termasuk SLB itu 62 persen. Jam belajar masih 3-4 jam, kan ini masih terbatas ya PTM-nya," jelas Didik.
Terkait vaksinasi di kalangan pelajar SMA, saat ini cakupannya telah melampaui 90 persen untuk dosis pertama.
Sedangkan untuk dosis kedua telah menyentuh antara 53 hingga 54 persen.
Disdikpora DIY mencatat bahwa jumlah pelajar di DIY adalah sekitar 147 ribu siswa.
Artinya masih ada sekitar 10 ribu siswa yang belum menjalani vaksinasi.
Baca juga: Kelonggaran PTM di Tengah Pandemi, Murid Boleh Tak Berseragam
"Tinggal 10 ribuan yang belum. Tapi secara keseluruhan kita gabung dengan data di kabupaten/kota memang sudah 94-95 persen," jelasnya.
Langkah lain untuk mencegah munculnya klaster penularan adalah dengan meminta sekolah membentuk Agen Perubahan Perilaku.