FEATURE
Ibunda M Rian Ardianto Relakan Sang Putra ke Jakarta Sejak SMA
Kita tengah bergembira atas kemenangan tim Indonesia dalam laga Thomas Cup 2020 di Denmark.
Penulis: Santo Ari | Editor: Agus Wahyu
Kita tengah bergembira atas kemenangan tim Indonesia dalam laga Thomas Cup 2020 di Denmark. Salah satu atlet yang menyumbangkan kemenangan dalam ajang bergengsi tersebut adalah Muhammad Rian Ardianto yang bersama Fajar Alfian menumbangkan pasangan ganda putra China He Ji Ting/Zhou Hao Dong dengan skor 21-12 dan 21-19.
KEMENANGAN ini pun disambut gembira oleh warga Bantul, terutama keluarganya yang merupakan warga asli Padukuhan Bopongan, Kalurahan Tanaman, Banguntapan, Bantul. Umi Marwati (54) ibu dari Rian mengucapkan rasa syukurnya atas prestasi anaknya ini. Umi selalu memberikan dukungan penuh kepada anak keduanya tersebut.
Meski tak bisa menonton langsung pertandingan di lapangan, Umi begitu bersemangat menonton pertandingan Rian di layar kaca. Bahkan ia mengajak anak indekosnya untuk nonton bersama pertandingan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto saat melawan pasangan dari Cina, Minggu (17/10/2021) malam itu.
Doa untuk Rian selalu ia haturkan agar anaknya mampu menjuarai semua kompetisi yang diikuti anaknya tersebut. Dalam Thomas Cup kali ini, Umi pun selalu berhubungan melalui pesan atau telepon, untuk memberikan semangat ke anaknya.
Umi menceritakan, bahwa Rian selalu menghubunginya meski disibukan jadwal kompetisi. "Yang pasti saya selalu beri dukungan doa, sambil disemangati. Selama ini komunikasi lancar, tapi karena beda jam kadang-kadang nunggu dia bangun. Kalau enggak, nunggu dia yang hubungi duluan," ujar Umi saat saya temui di rumahnya, Senin (18/10/2021).
"Sesaat sebelum dia bertanding dia pasti ngabari saya. Biasanya satu set sebelum akhirnya bertanding," imbuhnya.
Kemenangan Rian ini tentu saja hasil dari dukungan keluarganya. Meski tidak tumbuh dari keluarga atlet, namun Rian sudah akrab dengan bulu tangkis sejak umur 7 tahun.
"Kami sekeluarga memang suka olahraga, dari bapaknya yang hobi bulutangkis, kalau saya dan kakaknya suka voli. Kebetulan Rian suka badminton, sering diajak latihan bapaknya," ungkap Umi.
Dari hobi tersebut, orang tua Rian pun mengikutkannya bergabung ke klub lokal. Dari sana, bakat Rian semakin terlihat dari menjuarai berbagai macam kompetisi, hingga akhirnya Rian mengawali karier profesionalnya sejak bergabung dengan klub Jaya Raya Jakarta, saat duduk di bangku kelas 2 SMA.
"Saya mikirnya, kalau dari kecil tidak diberi kesibukan, takutnya nanti cuma main-main tidak ada manfaat, maka saya alihkan ke olahraga. Dari pada pulang sekolah keluyuran, kasih kesibukan olahraga yang positif," jelasnya.
Sejak pindah ke Jakarta itu pula, Rian harus berjauhan dengan keluarga. Bahkan di tahun kemarin, hanya sekali Rian bisa pulang ke Bumi Projotamansari. Namun demikian dukungan untuknya tak pernah berhenti. Jika ada kesempatan, keluarga pasti akan menyempatkan hadir untuk datang menonton pertandingan secara langsung.
"Waktu masih kecil kami sering nonton ke turnamen yang diikutinya. Tapi saat sudah besar, dia enggak mau dilihat, jadi nontonnya nyolong-nyolong. Kalau ditanya kapan jadwal dia bertanding, dia bilang enggak tahu," kenangannya sembari tersenyum.
"Tapi sewaktu Asian Games 2018 bisa nonton, kan di Istora (Senayan). Saya nonton bersama keluarga yang ada di Jakarta," imbuhnya.
Apa adanya
Umi mengatakan bahwa sejak awal keluarganya tidak mengarahkan Rian untuk menjadi atlet. Hanya saja, menurutnya jika ingin terus meningkatkan kualitas diri dalam berolahraga dan menjadi atlet profesional, maka pilihannya adalah ke Jakarta. Karena, menurutnya, jika hanya di Yogyakarta, kesempatan untuk berlaga ke kompetisi yang lebih tinggi jauh lebih kecil.
"Berjalan (apa adanya) saja, cuma dia punya hobi, dia maju terus ya kita dukung saja. Ya, Alhamdulillah bisa sampai membela negara. Kami bisanya cuma mendoakan dan mendukung," ucapnya.
Prestasi demi prestasi yang ditorehkan Rian pun seakan membuka jalan bagi keluarganya untuk mengikuti jalurnya. Kini keponakannya, anak dari kakak Umi juga sudah bergabung di klub yang sama dengan Rian saat merintis karier profesional, yakni di Jaya Raya Jakarta.
Selain itu, dari capaiannya selama ini, diakui Umi bahwa Rian telah menyisihkan tabungannya untuk membeli tanah. Sejauh ini pun rumah yang ditinggali orang tuanya telah direnovasi. Bahkan Rian juga membangun indekos di samping rumahnya di Bantul.
Terkait harapan selanjutnya, Umi mengakui sempat mengutarakan keinginannya agar Rian bisa rangking 1 dunia. Tapi itupun dijawab Rian bahwa untuk ke arah sana dirinya perlu menanggung beban yang cukup besar.
"Pokoknya berjalan sesuai waktu sambil dia mengasah kemampuan, syukur bisa jadi rangking 1, alhamdulillah. Semoga Allah mengizinkan dan memberikan ridho Rian berprestasi sampai puncaknya," tutur Umi.
Pun demikian, dengan capaian prestasinya saat ini, Umi dan keluarga tetap bersyukur serta berpesan agar Rian tetap rendah hati dan taat menjalankan ibadahnya. "Saya cuma mengingatkan supaya jangan sampai lupa kewajiban salat, jangan sampai lupa Allah. Semangatnya yang tinggi, jangan ada kata bosan untuk berusaha untuk lebih tinggi lagi. Dan jangan sombong, jangan sampai lupa yang ada di bawahnya," tandasnya.
Bangga
Terpisah, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih turut berbangga atas prestasi yang ditorehkan putra terbaik daerah ini. "Selamat dan turut bangga kepada mas Muhammad Rian Ardianto, putra terbaik Bantul, bersama tim Indonesia yang lain berhasil memenangkan piala Thomas di Denmark tahun 2021. Sukses selalu dan salam dari seluruh warga Bantul," ucapnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bantul, Isdarmoko, juga turut menyatakan selamat atas prestasi Rian yang khususnya telah mengharumkan nama Bantul. "Atlet-atlet di bidang olahraga ini kan mengangkat nama bantul. Dan ini menunjukkan prestasi sumber daya manusia yang hebat di Bantul," tandasnya. (Santo Ari)
Baca Tribun Jogja edisi Rabu 20 Oktober 2021 halaman 01