Cerita Penjual Buku di Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta

kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta tak hanya menyajikan nuansa tempo dulu melalui bangunan gedung tua.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Sumarni konsisten menjual buku di titik nol kilometer Yogyakarta sejak 1990, Kamis (30/9/2021) 

Tribunjogja.com Yogyakarta -- Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta tak hanya menyajikan nuansa tempo dulu melalui bangunan gedung tua.

Namun Titik Nol Kilometer Yogyakarta juga menawarkan berbagai cerita sejarah dari tahun ke tahun.

Satu diantara adalah lapak penjual buku di Titik Nol Kilometer Yogyakarta tepatnya di samping gedung PT Pos Indonesia.

Pada masa jayanya, lapak-lapak buku disana jadi salah satu tujuan pelajar dan mahasiswa untuk mencari buku pendukung sekolah atau kuliah.

Namun seiring waktu, lapak-lapak itu tak seramai dahulu. 

Inilah cerita satu diantara pemilik lapak buku disana.

Arus lalu lintas di simpang empat titik Nol Kilometer Yogyakarta
Arus lalu lintas di simpang empat titik Nol Kilometer Yogyakarta (Tribunjogja.com)

Namanya Sumarni, dia adalah satu dari belasan penjual buku lain yang sejak 1990 konsisten sampai sekarang.

Ditemui Tribunjogja.com, Kamis (30/9/2021) siang, Sumarni masih sibuk merapikan sejumlah buku-buku yang ia jual.

Meski zaman terus berubah, ibu tiga anak itu tetap eksis menjajakan bermacam jenis buku, mulai dari novel, sejarah, hingga materai jadul pun ada.

Dia menceritakan mengapa di area Titik Nol Kilometer Yogyakarta banyak yang menjual aneka buku.

"Jadi dulu tahun 1990 saya sudah jualan di sini. Di titik nol ini dulu banyak yang jualan koran, majalah, dan kalau ada pelajar maupun mahasiswa yang mencari kliping datangnya ke sini," katanya siang itu.

Perempuan yang kini berusia 49 tahun itu mengatakan, dulu ia banyak mendapat pelanggan.

Namun kini selain faktor perkembangan zaman, serta di tengah situasi pandemi Covid-19 pelanggan yang setia belanja buku kepadanya mulai berkurang.

"Dulu banyak pelanggan. Sekarang sudah berkurang, apalagi pandemi semakin sepi. Jogja ini kan kalau gak ada yang sekolah sepi," jelasnya.

Meski sebagian besar pelanggannya itu menghilang, namun diakui olehnya ada beberapa orang yang masih ingat dirinya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved