TPA Lama Piyungan di Bantul Akan Dijadikan Ruang Terbuka Hijau dan Wisata Edukasi

Pemandangan berbeda tampak di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul. Sampah yang sebelumnya menggunung kini telah

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Santo Ari
Kondisi TPA lama piyungan yang saat ini berbentuk terasering 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pemandangan berbeda tampak di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul.

Sampah yang sebelumnya menggunung kini telah berubah menjadi lahan tanah berbentuk terasering.

Saat ini di zona A dan zona B TPST Piyungan atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA) lama, tengah dilakukan pengurukan dengan metode lahan urug saniter (sanitary landfill) atau penimbunan membentuk terasering.

Ditargetkan proyek ini selesai pada 2022 mendatang.

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta 25 September 2021: Tambah 96 Kasus Baru, 249 Orang Sembuh

Ketua Paguyuban Mardiko TPST Piyungan Maryono, menjelaskan bahwa itu merupakan proyek nasional.

Ia mengatakan bahwa sampah-sampah ditata dan dibuat terasering.

Selain itu juga dibangun drainase agar lahan tersebut tidak longsor.

"Katanya yang sudah bersih itu nantinya sebagai pusat edukasi, rekreasi wisata sampah, yang rapi dan akan dibuat taman," ujarnya.  

Ia mendapat informasi bahwa nantinya masyarakat setempat akan diberikan wadah untuk berjualan dan memamerkan hasil karyanya.  

Adapun setelah TPA Lama ditutup, pemerintah menyediakan lahan seluas 1,9 Hektare (Ha) sebagai TPA dalam waktu antara atau bridging time, sebelum pengembangan TPST Piyungan dengan teknologi baru Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) ini selesai.

Baca juga: ITNY Mewisuda 265 Mahasiswa Secara Daring 

Sebelumnya, Pelaksana Harian Unit Manajemen Tim Pelaksana Percepatan Pembangunan Program Prioritas (TP5) DIY Rani Sjamsinarsi mengatakan penutupan TPA Lama Piyungan dengan menggunakan skema terasering tersebut akan diperkuat dengan barrier dan bambu kuning.

Ke depannya, kawasan ini bisa menjadi ruang terbuka hijau dan dapat dimanfaatkan sebagai wisata edukasi.

Namun demikian, ia mengakui butuh proses dan waktu yang cukup lama agar tumpukan sampah yang membentuk seperti bukit ini menjadi hijau.

"Saya juga membayangkan dan mengharapkan di situ ada museum sampah dan teknologinya untuk pembelajaran atau edukasi pengolahan sampah," ungkapnya.  

Ia pun memberikan contoh provinsi lain yang telah berhasil menerapkan penimbunan terasering untuk menutup TPA yakni TPA Suwung Bali.

Ia mengungkapkan TPA Suwung Bali merupakan satu-satunya TPA Regional di Indonesia yang direvitalisasi menggunakan sistem terasering menjadi bukit.

"Jika sudah pelan-pelan menjadi hijau setelah ditanami pepohonan bisa dijadikan area publik atau tempat wisata, butuh proses apalagi menghilangkan bau tidak sedap tentunya," imbuhnya. (nto)  

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved