Korea Utara Sebut Tak Akan Akhiri Perang, Ini Alasannya
residen Korea Selatan Moon Jae-in menyerukan deklarasi mengakhiri perang di Semenanjung Korea
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, PYONGYANG - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyerukan deklarasi mengakhiri perang yang menurutnya dapat membantu mencapai perdamaian abadi di Semenanjung Korea.
Hal itu disampaikannya dalam pidato di Majelis Umum PBB awal pekan ini.
Namun seruan itu nampaknya tak mengubah kebijakan Korea Utara.
Bahkan Korea Utara secara tegas menolak seruan untuk mengakhiri perang.
Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Thae Song mengatakan bahwa langkah seperti itu dapat digunakan untuk menutupi kebijakan permusuhan AS terhadap Korea Utara, Jumat (24/9/2021).
“Harus dipahami dengan jelas bahwa deklarasi penghentian perang tidak membantu sama sekali untuk menstabilkan situasi Semenanjung Korea saat ini, tetapi dapat disalahgunakan sebagai tabir asap yang menutupi kebijakan permusuhan AS,” kata Ri, dikutip Tribunjogja.com dari Tribunnews.com yang mengutip dari The Indian Express.
Dia mengatakan senjata dan pasukan Amerika yang dikerahkan di Korea Selatan dan sekitarnya serta latihan militer reguler AS di kawasan itu, semuanya mengarah pada kebijakan permusuhan AS terhadap Korea Utara yang semakin kejam dari hari ke hari.
Korea Utara juga telah lama menggambarkan sanksi ekonomi yang dipimpin Amerika Serikat sebagai bukti permusuhan AS terhadap Korea Utara.
Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, membuat Korea berada dalam keadaan perang teknis.
Korea Utara terus-menerus ingin menandatangani perjanjian damai dengan Amerika Serikat agar secara resmi dapat mengakhiri perang.
Baca juga: Perang Korea: Adik Kim Jong-un Buka Peluang Akhiri Konflik Korea Utara vs Korea Selatan
Selain itu, juga untuk meningkatkan hubungan selanjutnya, pencabutan sanksi dan pengurangan atau penarikan 28.500 tentara AS yang dikerahkan di Korea Selatan.
Korut dan Korsel telah menyerukan deklarasi akhir perang yang akan dibuat selama periode diplomasi dengan Amerika Serikat yang dimulai pada 2018.
Juga ada spekulasi bahwa Presiden Donald Trump mungkin mengumumkan akhir perang pada awal 2019 untuk meyakinkan Korea Utara.
Namun, tidak ada pengumuman seperti itu yang dibuat karena diplomasi memudar menyebabkan jalan buntu akibat pelonggaran sanksi sebagai imbalan atas denuklirisasi Korea Utara.
Dalam beberapa bulan terakhir, Kim telah memperingatkan bahwa Korea Utara akan meningkatkan persenjataan nuklirnya dan memperkenalkan sistem senjata yang lebih canggih kecuali Amerika Serikat menghentikan kebijakan permusuhannya.
Pekan lalu, Korea Utara melakukan uji coba rudal pertamanya dalam enam bulan, menunjukkan kemampuannya untuk meluncurkan serangan terhadap Korea Selatan dan Jepang.
Korsel dan Jepang adalah sekutu utama AS dengan total memiliki 80.000 tentara dari Amerika Serikat. (*)