Terdampak Pandemi Covid-19, Bisnis Property Indekos Kalah Saing dengan Bisnis Saham

Terdampak Pandemi Covid-19, Bisnis Property Indekos Kalah Saing dengan Bisnis Saham

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
istimewa
Ilustrasi indekos 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pandemi Covid-19 memberikan dampak luar biasa terhadap bisnis properti rumah kos di Yogyakarta.

Bahkan banyak pemilik rumah kos yang memilih untuk menjual asetnya meski dengan harga yang jauh lebih murah selama pandemi ini.

Kendati banyak aset rumah kos yang dijual di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) namun diperkirakan market bisnis property rumah kost belum bisa diprediksikan secara pasti kapan akan menggeliat lagi.

Ada beberapa sebab yang menjadikan jual beli rumah kost belum bisa dipastikan tumbuh, di antaranya belum dibukanya kembali perkuliahan sehingga mahasiswa yang berdomisili di DIY masih sepi.

Property Developer Putu Patrayasa mengungkapkan, selama belum ada market untuk rumah kost, maka orang akan berpikir dua kali untuk berinvestasi rumah kost.

Meski demikian, saat ini para pemain bisnis property tetap mencari aset dengan harga di bawah pasar.

"Jadi sekarang itu kos sepi. Yang jelas kalau ada penghuni kos yang keluar, pasti sulit mencari pengganti. Dan investor akan mencari harga di bawah pasaran," katanya, saat dihubungi, Rabu (22/9/2021).

Baca juga: Diguyur Uang Tol Yogyakarta-Solo, Warga Beli Indekos di Yogyakarta dan Malang

Dia melanjutkan, untuk saat ini orang yang ingin berinvestasi fisik berupa property rumah indekos menurun.

"Selain memang banyak pilihan, ada orang banyak bermain di saham forex. Di saat ini investasi banyak dimainkan ke sana. Sehingga bisnis property menurun," terang dia.

Dengan begitu, Putu memperkirakan harga pasaran property rumah indekos berkisar 20 sampai 30 persen di bawah pasar.

"Tapi kalau sekarang pasti sudah 50 persen di bawah pasar. Jadi kondisinya kurang lebih begitu," ungkapnya.

Secara umum Putu menilai bahwa bisnis property yang paling tertinggal, jika dibandingkan dengan bisnis lainnya disaat pandemi Covid-19.

Pasalnya dia menjelaskan, peminat property adalah mereka para pelaku UMKM yang memiliki penghasilan lebih.

Akan tetapi, permasalahannya adalah sekitar 30 juta UMKM di Indonesia bisa dikatakan bangkrut.

"Itu saya lihat diwebsite DPR dan media 30 juta UMKM bangkrut. Kita punya kurang lebih 60 juta UMKM, artinya setengahnya mati. Jadi bisa dibayangkan kondisi secara umum, yang akan menyewa property berkurang," ungkapnya.

Harapan satu-satunya untuk menghidupkan kembali bisnis property di tengah pandemi Covid-19 adalah mereka para orang kaya baru yang menekuni bisnis digital.

Menurutnya orang-orang itulah yang saat ini berkesempatan untuk berinvestasi di bidang property.

"Yang nyewa property ada orang kaya baru. Mereka yang bisnis digital. Sebenarnya itu marketnya," terang Putu.(Tribunjogja/Miftahul Huda)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved