Tangis Kartini Pecah di Depan Nadiem, Curhat Gaji Guru Swasta Kecil
Kartini Harahap tak kuasa menahan tangis kala menceritakan kesulitan yang dihadapinya kepada Mendikbudristek.
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Kartini Harahap tak kuasa menahan tangis kala menceritakan kesulitan yang dihadapinya kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Kepada sang menteri, guru SMP PGRI 20 Jakarta Timur itu berkeluh kesah mengenai minimnya gaji yang diterima olehnya dan guru-guru lain.
Di depan Nadiem, Kartini menceritakan bagaimana gajinya tidak cukup untuk membiayai hidupnya selama sebulan. Gaji yang diterimanya setiap bulan kata Kartini, hanya cukup untuk membiayai hidup seminggu.
”Gaji kami guru-guru sangat minim pak. Kalau dihitung-hitung pak gaji kami di sini utuh hanya satu minggu pak," ujar Kartini sambil terisak.
Kartini pun bingung bagaimana caranya menyambung hidup selama satu bulan. Namun demikian, guru yang telah mengajar di SMP PGRI 20 sejak 2011 itu mengaku tetap berusaha bersyukur. "Tapi ya kita selalu bersyukur karena selalu diberi kesehatan," lanjutnya sambil mengusap air mata.
Guru pengampu mata pelajaran IPA di seluruh kelas itu menyebut guru lainnya juga bernasib sama dengan dirinya. Sebab tak satupun di antara mereka yang merupakan guru PNS, dan hanya mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membantu para guru.
Kartini pun berharap para guru di SMP PGRI 20 dapat terus sehat demi memberikan pembelajaran kepada para siswa. "Ibu kepala sekolah kami mengatakan hanya mampu segitu, mau diapakan. Kami tetap bersyukur, alhamdulillah SMP PGRI 20 sehat walafiat," ucap Kartini.
Kartini mengatakan keluh-kesahnya itu diutarakannya tulus dari hatinya. Ia berharap aspirasi guru-guru swasta dapat diserap oleh Nadiem. "Ini benar dari hati saya pak. Mudahan saya berdoa mas menteri, bapak dan jajarannya mampu mendengarkan kami," kata Kartini.
Mendengar curhat Kartini itu, Nadiem pun mengaku memahami kesulitan yang dihadapi oleh para guru di sekolah swasta. Menurut Nadiem, masalah kesejahteraan guru tidak hanya terjadi di sekolah swasta, namun juga dihadapi oleh guru honorer di sekolah negeri.
"Ini situasi yang sangat berat, apalagi jika tinggal di Jakarta. Sangat berat bu ya. Di daerah paling tidak ada harga yang lebih rendah, kalau di kota besar, indeks kemahalannya lebih tinggi," kata Nadiem.
Mantan CEO Gojek ini mengatakan pihaknya telah mencoba memberikan bantuan melalui BOS Kinerja dan BOS Afrimasi untuk guru swasta. Nadiem mengatakan dirinya turut memprioritaskan kesejahteraan para guru sekolah swasta. "Saya bukan Menteri Pendidikan untuk sekolah negeri, saya Menteri Pendidikan untuk Indonesia. Sehingga harus ada keadilan antara kedua itu," kata Nadiem.
Nadiem pada Jumat (10/9/2021), mengunjungi sejumlah sekolah di Jakarta Timur untuk meninjau Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM). Kunjungan pertamanya di SD Santo Fransiskus III Kayu Putih, lalu dilanjutkan ke SMP PGRI 20, Cipinang Muara, Jakarta Timur. Nadiem kemudian menutup rangkaian peninjauannya di SMAN 71 Jakarta.
Nadiem mengaku gembira menyaksikan kembali terjadinya proses pembelajaran di sekolah. "Hari ini saya sangat gembira melihat kembali pembelajaran dan interaksi di sekolah," ujar Nadiem di SMAN 71 Jakarta.
Ia pun meminta seluruh warga sekolah untuk menaati protokol kesehatan dalam PTM terbatas demi mencegah penyebaran virus corona. Menurutnya, hal ini sangat penting agar sekolah tidak kembali ditutup akibat penularan Covid-19. "Semoga segenap warga sekolah dapat mempertahankan disiplin protokol kesehatan dan semangat dalam menjalankan PTM terbatas," ujar Nadiem.
Nadiem juga mengajak warga sekolah untuk terus bergotong royong memastikan keselamatan, keamanan, dan kesehatan warga sekolah. "Tidak hanya di sekolah tapi juga di perjalanan dan di rumah," kata Nadiem. (tribun network/fah/dod)
Baca Tribun Jogja edisi Sabtu 11 September 2021 halaman 01