Ratusan Anak di Kota Yogyakarta Kehilangan Orang Tua Akibat Covid-19, 22 Anak Jadi Yatim Piatu
Sedikitnya 22 anak di Kota Yogyakarta harus menerima nasib menjadi yatim piatu, setelah kedua orang tuanya meninggal dunia akibat paparan Covid-19.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sedikitnya 22 anak di Kota Yogyakarta harus menerima nasib menjadi yatim piatu, setelah kedua orang tuanya meninggal dunia akibat paparan Covid-19.
Pemkot Yogyakarta pun terus memberikan pendampingan, untuk memulihkan kondisi psikologis anak dari trauma.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Yogyakarta, Edy Muhammad menandaskan, secara keseluruhan, terdapat 248 anak yang ditinggal orang tuanya selama pandemi corona melanda satu setengah tahun ini.
Baca juga: BKK Danais Untuk Penanganan Covid-19 di 48 Kalurahan di Kulon Progo Sudah Cair
"Tapi, untuk yang yatim piatu ada 22. Sementara sisanya ditinggal ayah (yatim), atau ibunya (piatu). Di tahap pertama kemarin itu ada 85, kemudian tahap kedua 163, sehingga totalnya jadi 248 anak," katanya, Senin (23/8/2021).
Hanya saja, ia melanjutkan, 22 yatim piatu tersebut tidak seluruhnya berasal dari keluarga yang berbeda. Dalam artian, terdapat kakak beradik, yang masih berusia anak-anak, dari orang tua yang sama. Dicontohkannya, 11 yatim piatu di tahap pertama, berasal dari 9 kepala keluarga.
Sampai sejauh ini, pihaknya masih berupaya memilah data dan jumlah anak yatim, maupun piatu akibat Covid-19.
Sebab, dibutuhkan langkah berbeda untuk penanganannya. Terlebih, bagi anak-anak yang masih membutuhkan air susu ibu, namun mendadak jadi piatu di masa pandemi.
"Makanya, akan kami pilah juga piatu baduta (bawah dua tahun) dan piatu balita (bawah lima tahun). Itu kan harus ada penanganan spesifik, karena masalah ASI, ya, untuk anak di bawah dua tahun yang ditinggal ibu," cetusnya.
Edy pun mengakui, diantara ratusan anak tersebut, sangat lumrah dijumpai mereka yang terguncang dan tidak mampu menerima keadaan.
Sehingga, Pemkot Yogyakarta, dalam hal ini instansinya, harus turun memberikan pendampingan psikologis untuk memastikan kesehatan anak.
"Kita prioritaskan yang yatim piatu, karena dari kondisi yang ada, ditemui yang syok, sehingga harus ada pendampingan psikis, untuk memberikan penguatan. Karena mereka tak mengira, kedua orang tuanya meninggal dalam tempo sesingkat ini, mereka terguncang," terangnya.
Baca juga: Kisah Porter Stasiun Tugu Yogyakarta, Memilih Tidur di Stasiun untuk Menghemat Uang
"Kita dampingi sampai anak itu merasa tegar. Jadi, bukan berapa kalinya, tapi sampai anak-anak itu tersadar, bahwa dia harus bergerak menerima kondisi," imbuh Edy.
Mengenai pengasuhan anak yang ditinggal ayah ibunya, lanjutnya, lebih baik dilakukan saudara terdekat.
Akan tetapi, jika keluarga terdekat tidak sanggup merawat dan menjamin keberlangsungan hidup anak, pemerintah bakal bergerak mencarikan orang tua, atau pengasuh alternatif.
"Kalau memang harus ditangani pengasuh alternatif, kami akan segera menjangkau dan mencarikan, ya, yang benar-benar bisa memberikan ruang kepada si anak, agar dia tumbuh dengan baik kedepan," tandasnya. (aka)