Lafitri Panca Wardani Pebiliar DI Yogyakarta yang Kesulitan Mencari Regerasi Atlet Putri Biliar
Tidak banyak yang mengetahui bahwa permainan biliar termasuk olahraga resmi yang memiliki federasi dan event internasional.
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Tercatat, Pipit telah mengikuti sebanyak dua edisi PON pada tahun 2008 dan 2012. Hanya pada 2016 Pipit harus menepi karena tidak lolos saat bertanding di PraPON Jawa Barat.
Siapa sangka, prestasinya tersebut diawali dari keisengannya diajak bermain biliar oleh temannya waktu duduk di bangku kuliah.
Awalnya Pipit hanya ikut nongkrong di salah satu rumah biliar di Yogyakarta, ia pun kerap diminta oleh teman-temannya tersebut untuk ikut bermain.
Karena tidak enak jika menolak, akhirnya Pipit mengiyakan ajakan tersebut. Satu dua bola akhirnya ia berhasil masukkan, persaan Pipit saat itu merasa senang atas pencapaiannya.
Dari sana perempuan kelahiran 14 Juli 1983 itu mulai ketagihan bermain biliar. Beruntung di tempat itu ada yang mau mengajarkannya secara cuma-cuma.
"Tahun 2003 itu saya masih kuliah di D3 Pariwisata, FIB UGM. Kebetulan saya lebih sering main sama teman-teman di luar kampus, nah waktu itu kita di satu rumah biliar, Takashimura ada meja biliar kecil, belum standar. Di sanalah saya ikut main sama teman-teman," bebernya.
Permulaan tersebut membawanya terus menempa diri dengan latihan main biliar dengan serius. Berselang satu tahun, pada 2004 Pipit akhirnya diminta untuk mengikuti kompetisi Liga Putri.
Dalam kompetisi tersebut jika ada atlet yang berhasil meraih medali emas, maka akan dipanggil untuk membela DIY dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas).
"Akhirnya memang terjadi, saya dapat mendali emas, dan kemudian ikut Kejurnas di tahun itu juga," ucapnya.
Berselang satu tahun, Pipit sebagai pendatang baru belum begitu mengerti soal aturan mutasi atlet.
Baca juga: Gelombang Tinggi di Kulon Progo, Sejumlah Bangunan di Tepian Pantai Alami Kerusakan
Karena ambisi dan kecintaanya bermain biliar, Pipit bersedia diajak temannya untuk membela kabupaten Pemalang di Porda Jawa Tengah.
Padahal secara aturan, jika satu atlet tersebut pernah membela daerah suatu daerah, maka tidak diperbolehkan membela daerah lain.
Walhasil setelah mengetahui aturan tersebut, Pipit terpaksa menerima hukuman dilarang bermain selama satu tahun di lingkungan POBSI.
"Setelah dapat bonus karena menang di Porda Jateng itu, saya dikontak oleh POBSI kalau melanggar aturan, mau tidak mau saya dapat hukuman. Tapi di sana saya meminta maaf karena tidak tahu, dan setelah itu saya terus di sini, membela DIY," ungkapnya.
Alasan itu juga menjadi alasan mengapa sampai saat ini Pipit tidak memilih untuk membela asalnya, Jawa Tengah di PON.