Kisah Inspiratif
Kisah Warga Bantul yang Siap Antar Pasien Covid-19 ke RS dengan Mobil Pribadi, Tidak Minta Bayaran
Apa yang dilakukan Satya adalah wujud empati tak terhingga di masa pandemi yang tak kunjung selesai ini.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Panjang umur, orang baik.
Begitu setidaknya doa dari para warganet yang membaca unggahan tentang Satya di media sosial.
Satya adalah warga Bantul. Bekerja sebagai karyawan swasta.
Namun, di balik kesibukannya dia menyambi sebagai pengemudi mengantarkan warga DIY yang terpapar Covid-19.
Kisah Satya itu diunggah di Twitter dan mendapat apresiasi para pengguna aplikasi.
Mereka menilai, apa yang dilakukan Satya adalah wujud empati tak terhingga di masa pandemi yang tak kunjung selesai ini.
Baca juga: Oksigen Sambung Nyawa, Selamatkan Nyawa dengan Pinjamkan Tabung Oksigen Gratis di Yogyakarta
Namanya langsung viral di media sosial.
Dia pun merasa berterimakasih dengan orang-orang yang telah mengapresiasi usahanya.
“Awal mulanya, banyak teman saya yang kesulitan cari transportasi untuk ke RS karena banyak ditolak,” buka Satya kepada Tribunjogja.com, Selasa (10/8/2021).
Kesulitan itu membuat pintu hatinya terketuk.
Dia tidak tega melihat ada orang sulit untuk mendapatkan kendaraan demi menyelamatkan diri.
Dari situ, Satya memantapkan hati membantu mereka yang kesulitan mencari armada.
“Saat-saat seperti ini, saya kira kita harus saling membantu dan saya bisanya hanya membantu seperti ini. Ya sudah ayo sekalian,” tambah Satya.
Hingga bulan Agustus 2021 ini, Satya pernah mengantarkan 30 lebih pasien dari setiap daerah di DI Yogyakarta.
Dia tidak keberatan harus menjemput pasien dari rumahnya yang berada di Bantul menuju ke kabupaten lain, meski itu harus memakan waktu cukup lama.
Baca juga: Kisah Viral Kakek di Makassar Kayuh Sepeda Belasan Km Demi Ikut Vaksinasi Covid-19, Ini Penuturannya
“Sebenarnya, area yang saya tetapkan itu Yogyakarta, Bantul dan Sleman, namun kalau pada saat itu belum ada permintaan dan pasien mau menunggu, maka saya siap ke daerah lain,” jelasnya.
Pagi ini, Selasa (10/8/2021), Satya mendapat panggilan dari seorang pasien di Kulon Progo.
Dari rumahnya, dia harus memacu mobil Daihatsu Ayla miliknya menuju ke rumah pasien itu.
“Tadi pagi, saya dapat pasien di Kulon Progo. Saya oke mau jemput ke sana karena pasien mau menunggu dan ya pas saya kosong juga,” paparnya.
Kurang lebih selama satu jam, Satya membawa mobil ke Kulon Progo.
Pasien yang dia angkut pun memiliki gejala Covid-19 ditambah dengan komorbid lain, seperti asam lambung dan penyakit ginjal.
Sesampainya di Kulon Progo, dia segera mengantarkan pasien ke RSUD Wates yang hanya berjarak 10 menit dari rumah pasien tersebut.
“Saya tidak mematok tarif lah mbak, seikhlasnya saja. Saya niatnya bantu. Malah pas itu ada yang mau bayar pakai gula 8 kg. Kalau saya tolak, nanti dia minta tolong lagi,” katanya tertawa.
Baca juga: Kisah Pilu Digma, Relawan Swab yang Meninggal Karena Terpapar Covid-19, Kami Utang Budi Atas Jasamu
TANPA ALAT PELINDUNG DIRI
Alat Pelindung Diri (APD) memang satu hal yang wajib digunakan ketika menjemput pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Namun tidak dengan Satya.
Dia memilih untuk tidak menggunakan APD.
Bukan untuk gagah-gagahan bahwa dirinya kebal Covid-19 atau bagaimana.
Satya paham, Covid-19 ini begitu menular dan apa yang dia lakukan memang berisiko.
Akan tetapi, Satya tidak punya APD seperti para tenaga kesehatan (nakes).
Dia juga mempertimbangkan psikologi pasien yang mungkin merasa takut dengan penjemputan oleh ambulan.
“Biasanya kan kalau tim dari RS menjemput, pasti pakai ambulan dan pakai baju hazmat. Mungkin ada yang mengira itu menakutkan, sehingga saya berusaha memodifikasi layanan saya,” tuturnya.
Baca juga: Cerita Karmini, Wanita Paruh Baya Asal Bantul yang Jadi Driver Pasien Covid-19 Sejak 2020
Mobil Daihatsu Agya itu memiliki sekat antara pengemudi dan penumpang.
Setiap penumpang hanya diperbolehkan untuk duduk di belakang.
Tentu, penyekatan itu dilakukan agar virus corona yang menyebar melalui droplet tidak membahayakan Satya.
“Dengan penjemputan mobil pribadi, saya kira pasien jadi tidak takut. Ini dimodifikasi ada sekatnya. Pasien jadi tetap aman dan tenang,” jelas Satya.
Trik lain agar dia tidak terpapar Covid-19 adalah menggunakan masker rangkap empat dan kacamata anti debu.
Satya menggunakan dua masker medis, satu masker KN 95 dan satu masker kain agar kerapatannya terjaga.
Droplets yang mungkin keluar dari mulut pasien pun tidak bisa masuk ke mata karena dia sudah menggunakan kacamata.
Selama bertugas, dia juga sering meminum vitamin dan menjaga kebugaran tubuh.
Baca juga: Cerita Aksi Sosial Pemilik Warung Bubur Ayam Legenda di Semarang yang Bikin Ganjar Pranowo Terkesan
“Biasanya saya juga bawa baju ganti yang tertutup rapat di belakang. Apalagi kalau jarak jauh,” tuturnya.
Hal lain yang menjadi perhatian Satya adalah kebersihan dari mobilnya sendiri. Dia rela mengeluarkan kocek lebih untuk mendisinfektan mobilnya demi kesehatan bersama.
“Setiap sudah selesai antar pasien, mobil saya semprot disinfektan, terus saya tunggu 30 menit. Kalau ada yang minta tolong lagi, baru saya jemput,” ungkapnya.
Kaca jendela mobil pun sering dia buka agar mobil berjalan tidak dalam keadaan tertutup.
Dia berharap, pandemi bisa segera selesai dan semakin sedikit orang yang terpapar virus corona.
Sebab, dia merasa sedih apabila ada orang yang membutuhkan bantuan dan ditolak rumah sakit lantaran penuh.
“Pernah, tiga kali ditolak RS karena pada penuh. Akhirnya saya bawa pulang lagi pasiennya. Di bulan ini juga sempat kewalahan karena banyak pasien. Semoga cepat selesai pandemi,” tukas Satya mengakhiri percakapan. ( Tribunjogja.com )