Angka Kematian Pasien Covid-19 di Bantul Saat Isolasi Mandiri Capai 27 Persen
Pemkab Bantul terus berupaya untuk menekan angka kematian Covid-19. Dari update terbaru, Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih mengungkapkan angka
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pemkab Bantul terus berupaya untuk menekan angka kematian Covid-19. Dari update terbaru, Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih mengungkapkan angka kematian per 3 Agustus 2021 di Bantul mencapai 2,37 persen di bawah angka nasional 2,8 persen.
"Namun demikian kita harus menekan angka kematian ini dengan beragam tindakan antisipatif. Saat ini distribusi kematian akibat Covid-19 sebanyak 71 persen ada di rumah sakit, dan yang mengejutkan kita sekitar 27 persen pasien covid meninggal di rumah," ujarnya saat rapat koordinasi Forkopimda, Rabu (4/8/2021).
Ia menyebut, tren kematian di Kabupaten Bantul masih tergolong cukup tinggi, pada 3 agustus kemarin saja telah terjadi 27 kematian akibat Covid-19.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di DI Yogyakarta 4 Agustus 2021: Tambah 1.862 Kasus, 44 Pasien Dilaporkan Meninggal
Menurutnya, penyebab tingkat kematian masih tinggi karena banyak masyarakat lebih memilih isolasi mandiri (isoman) dari pada dirawat di shelter.
"Banyaknya pasien isoman yang meninggal di rumah menunjukkan bahwa rumah bukan tempat untuk isoman utamanya bagi yang bergejala sedang dan berat. Kita tahu bahwa isoman di rumah butuh kedisiplinan tingkat tinggi, di mana pencampuran antara pasien antara anggota keluarga lainya masih terjadi dan masih sangat rentan terjadi penularan," ungkapnya.
Dari pantauannya, permasalah lain yang menyebabkan masih tingginya angka kematian di Bantul adalah masih adanya antrean panjang di RS rujukan.
Selain itu ketika sudah di terima di rumah sakit, kondisi pasien sudah dalam keadaan buruk, terlebih masih banyaknya pasien dengan komorbid dan lansia.
Di samping itu, masih banyaknya masyarakat yang melakukan tes mandiri namun tidak melaporkan ke puskesmas.
"Kita tahu banyak masyarakat kita melakukan testing mandiri di klinik-klinik yang tidak dilaporkan ke puskesmas, sehingga kondisinya tidak bisa terpantau secara memadai," bebernya.
Sementara masalah lain adalah distribusi obat dari pusat yang saat ini belum mencukupi dengan kebutuhan kasus yang ada. Pengadaan obat oleh Dinkes terkendala oleh kelangkaan stok pasar dan regulasi dari kemenkes.
Kondisi ini diperburuk dengan keterbatasan SDM Puskesmas dalam mendistribusikan obat yang ada untuk pasien isoman.
Maka dari itu, Bupati Bantul terus berupaya untuk menekan angka kematian, yang pertama adalah pembelian obat secara segera untuk pasien covid-19 yang isolasi di rumah.
Pihaknya pun meminta Dinkes untuk memperbaiki mekanisme distribusi obat kepada pasien yang melakukan isolasi di rumah dengan bantuan satgas desa dan aparat desa lain yang ditugaskan.
Baca juga: BNNP DIY Bekuk Supir Truk Asal Sleman dengan Barang Bukti 48,56 Gram Sabu Siap Edar
"Dan ternyata, sekalipun sudah divaksin ternyata masih ada beberapa orang yang meninggal, yakni sejumlah 3 orang. Tapi mayoritas yang sudah divaksin lebih kebal dan angka kematiannya lebih kecil. Jadi lebih dari 90 persen orang yang sudah divaksin itu bisa diselamatkan, sementara sebagian besar angka kematian covid mayoritas dari orang-orang yang belum memperoleh vaksin," urainya.
Selain pemberian obat dan vaksinasi, pihaknya terus berupaya menambah kapasitas ruang IGD, ICU dan HCU di RS Lapangan, RS Panembahan Senopati (RSPS) dan RS PKU Bantul. Termasuk dengan melakukan pengadaan instalasi generator oksigen di RSPS dan menambah transportasi rujukan menggunakan ambulan desa atau kendaraan yang disediakan satgas.
"Kita juga sudah melakukan berbagai macam upaya, utamanya testing dan tracing. TNI Polri ikut aktif melakukan tracing. Sementara untuk testing dilakukan oleh tenaga kesehatan kita, seperti pada tanggal 2 Agustus kemarin dalam sehari bisa melakukan tes antigen 1081 dan PCR sebanyak 641. Itu termasuk tergolong tertinggi di Indonesia," tandasnya. (nto)