Pameran Tunggal Iwan Suastika 'Reflection in Period', Perpaduan Masa Kini dan Imajinasi

Seniman muda asal Yogyakarta, Iwan Suastika memamerkan karya-karyanya pada pameran tunggal bertajuk 'Reflection in Period' yang diselenggarakan di Kin

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Seniman muda asal Yogyakarta, Iwan Suastika (kanan) dan Jefri Chaniago dari Kiniko Art Management (kiri) 

"Reflection in Period menjadi semacam penanda yang muncul dari rasa syukur terhadap segala sesuatu yang telah terjadi dan terhadap kemungkinan yang akan datang di kehidupan ini," ujar Iwan Suastika.

Ketika mengamati karya berjudul Reflection in Period (2021), tampak sosok astronot tengah duduk menghadap jendela. Figur tersebut merefleksikan apa saja yang pernah dilalui sekaligus memproyeksikan apa yang ada di hadapannya.

Adapula karya lainnya berjudul Rhythm in Hippocampus (2021), mengingatkan pada kondisi ketika seseorang pada suatu waktu mengunjungi perpustakaan memori di dalam pikirannya. 

Memori-memori tersebut membuat irama atas pengalaman yang dinilai baik dan buruk. Irama yang terdengar dari gramophone bagaikan lantunan musik sarat sensasi dan emosi. Alunan itu dapat saja memicu pikiran dan jiwa untuk larut, bahkan mencurahkan air mata, api dari lilin kecil hingga tawa. Refleksi diri terhadap memori-memori dicatatnya, dibaca, diceritakannya, dimaknai ulang, ditorehkan pada kanvas. 

Juga tidak lupa karya yang sarat cinta, seperti Queen of The Moon (2021), diiringi doa oleh Iwan guna mensyukurinya atas kehadiran Oca/Rosa Dina (istri) dan La Luna Saka Suastika, anaknya. Bagaimana pun juga, kini Iwan sudah menjadi seorang ayah yang harus berjuang dan bertanggung jawab bagi keluarganya, bagi anak dan istrinya. 

Baca juga: Transformasi Yamaha Nouvo Z Jadi Motor Minion, Kustom Unik Green Custom Motorcycle Bantul

Metafora akan konsekuensi itu pun hadir pada karya Warrior of The Moon (2021) yang menampilkan sosok samurai.  Secara konseptual, gagasan karya yang satu dengan karya lainnya, termasuk pada karya The Undefeated Black Bird, Dancing in The Dark, karya-karya drawing dan karya patungnya. 

Satu sama lain saling melengkapi dan saling berkelindan. Hal itu menjadi gambaran besar atas keseluruhan karya-karyanya di sini, dalam upaya mencari makna, cita, tujuan hidup, dan ungkapan rasa syukur.

Adapun pameran ini dibuka setiap hari pukul 10.00-16.00 WIB, dengan menerapkan protokol kesehatan di antaranya pengunjung wajib menggunakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir /hand sanitizer. Pengunjung juga wajib melakukan cek suhu badan sebelum memasuki area Kiniko Art dan untuk dapat memasuki area Kiniko Art, suhu maksimal 37,3 °C.

Selain itu, diterapkan pula pemberlakuan jaga jarak antar pengunjung serta pembatasan usia pengunjung yakni lanjut usia maksimal 70 tahun dan anak-anak minimal 10 tahun. (Han)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved