Pameran Tunggal Iwan Suastika 'Reflection in Period', Perpaduan Masa Kini dan Imajinasi
Seniman muda asal Yogyakarta, Iwan Suastika memamerkan karya-karyanya pada pameran tunggal bertajuk 'Reflection in Period' yang diselenggarakan di Kin
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Seniman muda asal Yogyakarta, Iwan Suastika memamerkan karya-karyanya pada pameran tunggal bertajuk 'Reflection in Period' yang diselenggarakan di Kiniko Sarang Art Space Yogyakarta, 25 Juli - 8 Agustus 2021.
Dalam pameran bertajuk Reflection in Period ini, Iwan Suastika ingin mengungkapkan bahwa karya seninya adalah cermin besar yang membuka cakrawala, juga berfungsi sebagai jembatan yang memberikan pilihan untuk berbagai jalan, antara lain lurus, berkelok-kelok, menanjak, persimpangan dan lainnya.
Di sepanjang jalur tersebut tergaris waktu yang terus berputar sebagai pengingat akan awalan dan akhiran.
Melalui karyanya, Iwan Suastika bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekitar yang dilihat maupun dialaminya melalui banyak idiom, simbol dan metafora. Iwan Suastika ingin menghadirkan identitas, jati diri dan impian dengan canvas sebagai refleksi cermin artistik dari semua keberadaan.
Baca juga: Bansos Dipercepat, Ini Sederet Bantuan yang Bergulir di Bantul
Penulis pameran, AC Andre Tanama mengungkapkan, ide-ide pada karya-karya Iwan secara global bermula dari permasalahan atau peristiwa yang dialaminya, termasuk berbagai pengalaman masa lalu.
Namun, jika mengamati karya-karya Iwan sebelumnya, tidak jarang pula ia mencurahkan ide-ide berdasarkan keadaan sekitar, kondisi lingkungan, sosial hingga politik.
"Secara dinamis, dalam proses penciptaan karya selama ini ia tidak terlampau ketat membatasi persoalan, termasuk pada eksplorasi teknik dan media. Iwan dapat mengungkapkan apa saja yang ada di dalam pikiran secara langsung tanpa batasan-batasan," ujar Andre.
"Ia mampu mengartikulasikan berbagai bentuk sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Binatang-binatang fantastik, manusia berkepala daging, bulan, api, dan makhluk-makhluk aneh lainnya adalah simbol-simbol realitas yang selalu muncul dalam bentuk yang berbeda-beda di setiap karya Iwan sebelumnya, tergantung ide atau isu apa yang ingin diungkapkan," tambahnya.
Lebih lanjut Andre memaparkan, corak visual surealistik menjadi pilihan Iwan untuk menggarap ruang artistik yang bebas ia mainkan dalam imajinasi tanpa batas pada kanvas yang terbatasi ukuran.
"Merenung di depan kanvas, menulis mantra dan mimpi, melihat lebih jauh tentang siapa dirinya, apa yang terjadi di masa lalu, lingkungan saat ini, serta kondisi sosial dan masyarakat, semua itu ia tuangkan dalam dunia surealistik," ujar Andre.
Iwan juga suka berkelana di dunia surealis yang ia buat, mengobrol dengan detail-detail kecil di setiap sudut karya seninya. Visualisasi karya-karya Iwan umumnya sarat dengan warna.
Bagi Iwan, setiap warna itu penting, tanpa kekecualian mereka (warna-warni itu) mewakili kita, mereka mewakili dunia, mereka mewakili alam semesta.
Ketika Iwan mencampur beragam warna untuk membuat sebuah lukisan, ia merasa seperti sedang memadukan perbedaan menjadi sesuatu yang harmonis.
Tapi terkadang juga ia melukis atau menggambar monokrom. Hal tersebut tergantung pada intuisi dan suasana hatinya, bahkan terkadang dunia yang penuh warna pun tak jarang diselimuti awan mendung dan gelap.
Pameran tunggal Iwan Suastika di Kiniko Art Room yang dikelola oleh Kiniko Art Management ini merupakan momen penting bagi dirinya. Momen penting yang dimaksud di sini bukanlah perihal perayaan atau ajang unjuk diri (dan karya-karya seninya).