Angka Kematian Pasien Isoman di DIY Tinggi, Sri Sultan Hamengku Buwono X: Bergejala Angkut ke Selter
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta satgas pemantau pasien isoman untuk membawa pasien Covid-19 ke rumah sakit maupun selter isolasi
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta satgas pemantau pasien isoman untuk membawa pasien Covid-19 ke rumah sakit maupun selter isolasi jika kondisinya menunjukkan gejala infeksi virus korona.
Hal tersebut diungkapkan Sri Sultan untuk menyikapi lonjakan angka kematian pada pasien yang menjalani isolasi di rumah karena terpapar Covid-19.
Sebagaimana dilaporkan Posko Dukungan Operasi Satgas Covid-19 DIY, sepanjang Juli 2021 ini tercatat ada 639 pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isoman.
"Kalau diteliti positif (Covid-19 dan bergejala) dalam pertimbangan dokter (perlu dapat perawatan), angkut ke rumah sakit. Kalau yang menengah (gejala sedang) angkut ke selter yang disediakan, jangan tinggal di rumah,” terang Sri Sultan saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Rabu (28/7/2021).
Baca juga: Anggaran Rp370 Juta dari Danais Digunakan untuk Penunjang Vaksinasi Pelaku UKM dan UMKM
Satgas pemantau pasien isoman yang sempat disinggung Sri Sultan tadi hingga saat ini masih dalam tahap pembentukan.
Perekrutan anggota tim khusus tersebut dilakukan dengan berkoordinasi antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan sejumlah perguruan tinggi di DIY.
Pihaknya membutuhkan sekitar 100 tenaga kesehatan yang terdiri dari perawat maupun dokter dalam tim khusus ini.
Tiap tim yang terdiri dari 20 orang akan diterjunkan di seluruh kabupaten/kota se-DIY dengan tugas pokok melakukan pendampingan dan pemantauan terhadap pasien terkonfirmasi Covid-19 yang menjalani isoman.
"Kita sedang merekrut dan sudah dijanjikan (bantuan tenaga dari) dua universitas, UGM dan UII. Kita diperkenankan merekrut 100 orang. Yang (pasien dengan kondisi) sedang dan berat itu pokoknya harus diangkut ke selter. Dari pada nggak ada pengawasan," jelas Sri Sultan.
Raja Keraton Yogyakarta ini menyayangkan masih banyak warga yang memilih menjalani isoman ketimbang memanfaatkan fasilitas selter karantina yang disediakan pemerintah setempat.
Padahal, untuk menjalani isoman, pasien harus memenuhi dan memperhatikan persyaratan khusus. Sebab, jika tidak dilakukan sesuai prosedur maka akan memperparah penularan Covid-19.
Di mana pasien bisa menulari penyakitnya ke penghuni rumah lain di tempat pasien itu menjalani isolasi.
"Saya sedihnya masyarakat ini susah (isolasi di selter). Kita dalam SK gubernur kan ada (persyaratan) bagi mereka yang positif yang mau isoman. Prinsip jangan sampai ada kamar mandi yang digunakan positif tapi yang negatif menggunakan satu kamar mandi. Harus beda," terang Sri Sultan.
Baca juga: Puluhan Hajatan di Gunungkidul Dibubarkan Selama PPKM Darurat
Dengan datang ke selter isolasi, kondisi pasien pun akan terus terpantau oleh petugas sehingga mencegah kondisinya memburuk.
Kebutuhan hidup seperti obat-obatan dan makan minum juga ditanggung oleh Pemda hingga pasien tersebut dinyatakan negatif Covid-19.
"Untuk obat vitamin makan dan sebagainya yang disediakan itu ditanggung Pemda Tapi maunya di rumah sendiri sedangkan di rumah tidak ada pengawasan. Sehingga fakta yang terjadi dibawa ke RS itu sudah dalam keadaan yang lebih parah. Makannya korban itu jadi besar," terang Sri Sultan. (tro)