Begini Prediksi WHO Soal Kapan Berakhirnya Pandemi Covid-19

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pandemi Covid-19 belum akan berakhir setidaknya setahun kedepan.

Editor: Hari Susmayanti
Money SHARMA / AFP
Orang-orang berdiri di dekat jenazah korban virus corona Covid-19 sebelum dikremasi di tempat kremasi di New Delhi 28 April 2021. 

TRIBUNJOGJA.COM, JENEWA - Pandemi Covid-19 sudah melanda seluruh dunia sejak akhir 2019 silam. 

Jutaan orang meninggal akibat virus yang pertama kali mewabah di Wuhan, China ini.

Upaya memutus dan menghentikan pandemi sudah dilakukan oleh hampir semua negara dengan melakukan vaksinasi.

Namun hingga kini, penularan Covid-19 masih terus berlangsung.

Sejumlah negara pun kembali mengalami lonjakan kasus Covid-19.

Belum diketahui sampai kapan pandemi Covid-19 akan berakhir.

Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pandemi Covid-19 belum akan berakhir setidaknya setahun kedepan.

Pandemi kemungkinan baru bisa dikendalikan setelag tercipta kekebalan komunitas atau herd immunity.

Kekebalan kelompok menurut WHO baru bisa tercapai jika target vaksinasi secara global sudah terpenuhi.

Keberhasilan pengembangan vaksin diyakini jadi kunci untuk mengakhiri kematian dan kehancuran ekonomi yang disebabkan oleh virus Covid-19.

Namun, WHO menyatakan kekecewaan yang ekstrem karena kegagalan negara-negara kaya membantu vaksinasi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengaamph.

Hal itu menurut kepala WHO bisa mencegah pandemi berakhir.

Pada Rabu (21/7/2021), Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan target vaksinasi global untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara pada September.

Ghebreyesus berharap mencapai 40 persen vaksinasi global pada akhir tahun dan kemudian 70 persen pada pertengahan 2022.

 "Ini adalah tonggak penting yang harus kita capai bersama untuk mengakhiri pandemi," kata Ghebreyesus. "(Pandemi) akan berakhir ketika dunia memilih untuk mengakhirinya, karena solusinya ada di tangan kita." seperti yang dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com dalam artikel berjudul "WHO: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir Setidaknya hingga Pertengahan 2022".

Baca juga: Cerita Keluarga Alm Akidi Tio Beri Bantuan ke Pemprov Sumsel Rp 2 Triliun Hingga Buat Gubernur Kaget

Baca juga: Anies Baswedan Sampaikan Kabar Gembira, Antrean Pasien Covid-19 di IGD Mulai Berkurang

Masalahnya, hingga kini baru lebih dari 2 miliar orang telah divaksinasi Covid-19.

Jumlah itu hanya sekitar seperempat dari populasi dunia, jauh di bawah target vaksinasi global 70 persen, yang dibutuhkan untuk mencapai kekebalan komunitas.

Ghebreyesus pun mengungkapkan rasa frustrasinya, karena sebagian besar dari vaksin Covid-19 hanya menjangkau beberapa negara.

Dia menyebut ketidakadilan vaksin sebagai "kegagalan moral" dan "merusak secara epidemiologis dan ekonomis."

Pakar kesehatan telah menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi yang rendah di wilayah tertentu di dunia memungkinkan virus menyebar, dan meningkatkan kemungkinan pembentukan mutasi baru.

Walaupun vaksin yang ada masih efektif melawan mutasi saat ini, semakin banyak mutasi yang muncul maka virus bisa lolos dari kekebalan vaksin.

Jika itu terjadi, Ghebreyesus memperingatkan bahwa vaksin baru harus dikembangkan dan seluruh dunia harus divaksin ulang.

Adapun untuk mencapai target vaksinasi global, 70 persen dari populasi setiap negara diperlukan sekitar 11 miliar dosis vaksin Covid-19, menurut Ghebreyesus melansir Newsweek pada Sabtu (24/7/2021).

Untuk segera mengisi kesenjangan pasokan vaksin Covid-19, Ghebreyesus mengatakan negara-negara kaya perlu mulai berbagi dosis daripada menimbun jika diperlukan dosis booster.

Namun itu hanya solusi jangka pendek.

Dunia kata dia, perlu "secara dramatis" meningkatkan jumlah vaksin yang sedang diproduksi untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah.

"Ada banyak penyakit yang membuat kita kekurangan vaksin, tes yang baik, dan perawatan yang efektif. Tidak demikian untuk Covid-19. Kita memiliki semua alat yang dibutuhkan," kata Ghebreyesus.

"Itu berarti mengakhiri pandemi pada dasarnya bukanlah ujian penemuan ilmiah, kekuatan finansial, atau kecakapan industri; ini adalah ujian karakter."

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved