Tinjauan Sains : Ini Alasan Kenapa Masih Ada Orang yang Tidak Percaya Covid-19

Penyangkalan, termasuk di dalamnya adalah penolakan untuk mengakui fakta yang mengecewakan tentang peristiwa eksternal dan internal, termasuk ingatan,

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
news.un.org
ilustrasi Virus Corona (Covid-19) 

TRIBUNJOGJA.COM - Hingga Sabtu 17 Juli 2021, situs Worldometers mencatat bahwa Covid-19 telah menewaskan 4,094,934 orang di seluruh dunia. Dengan total kasus aktif mencapai lebih dari 190 juta kasus. Sementara itu jumlah pasien yang sembuh mencapai 173,626,248.

Meski telah menewaskan jutaan orang dan bahkan memporak-porandakan perekonomian negara hingga membuat sistem kesehatan suatu negara kolaps, namun sebagian orang di antaranya masih ada yang tidak percaya bahwa covid-19 itu merupakan ancaman yang nyata. Covid-19 dianggap tidak lebih berbahaya dari pada penyakit flu musiman yang tak menyebabkan kematian. Dampaknya, beberapa di antaranya tak mengindahkan anjuran pemerintah untuk mengaplikasikan protokol kesehatan.

Sigmund Freud, psikoanalis yang pertama kali memperkenalkan istilah penyangkalan, menggambarkan bahwa penyangkalan termasuk di dalamnya adalah penolakan untuk mengakui fakta yang mengecewakan tentang peristiwa eksternal dan internal, termasuk ingatan, pikiran, dan perasaan.

Baca juga: Sri Sultan HB X Ajak Warga Gunakan Masker Dobel

Dalam bahasa psikologi, penyangkalan atau aktivitas denial ini merupakan bagian dari mekanisme pertahanan.

Seseorang menolak virus ini seperti apa yang disampaikan oleh para ahli dan pemerintah. Mereka menganggap hal ini tidak berbahaya, sementara sebagian lagi menganggap ini sebagai konspirasi.

Sebagaimana dilansir CNN Internasional, reaksi penyangkalan terhadap situasi tertentu sebenarnya tidak selamanya negatif. Asalkan penyangkalan itu bersifat sementara, dalam upaya beradaptasi atau berdamai dengan situasi tersebut. Namun ini menjadi berbahaya ketika penyangkalan terjadi dalam jangka waktu lama hingga orang yang menyangkal itu bisa membahayakan keselamatan orang lain.

Mark Whitemore, Asociate Profesor di Universitas Kent mengatakan bahwa penyangkalan adalah cara bagi orang untuk mempertahankan diri dari kecemasan. Ketika mereka berada dalam periode di mana ada banyak kecemasan dan itu dianggap sebagai ancaman, maka orang mengembangkan strategi untuk melindungi diri mereka sendiri, rasa aman dan keselamatan mereka.

Salah satunya adalah dengan cara menyangkal sumber apa pun yang dianggap mengancam.

'Dalam hal ini, Anda hanya akan mengatakan, "Yah, epidemi adalah tipuan. Itu tidak benar-benar ada," katanya.

Ia menambahkan bahwa penyangkalan terkadang dikacaukan dengan rasionalisasi, yaitu ketika orang mencoba untuk menjelaskan atau mengurangi ancaman dari sumber kecemasan.

Ketika orang berkata, "Covid-19 hanyalah flu biasa, mereka sebenarnya mengakui bahwa itu ada, tetapi mereka meminimalkannya dan mengatakan itu tidak separah yang dikatakan semua orang.

Penyangkalan ini pun terjadi pada tahap-tahap awal ketika pandemi mulai berkembang.

Yaitu ketika belum banyak informasi yang bisa menjelaskan seperti apa covid-19 ini, bagaimana orang harus melindungi dirinya, atau harus menggunakan obat jenis apa untuk menyembuhkan covid-19. Dalam situasi tersebut, sebagian orang berada dalam situasi penuh kecemasan. Untuk berdamai dengan situasi tersebut, maka seseorang kemudian mengembangkan penyangkalan paling tidak untuk menghibur diri sendiri bahwa pandemi ini tidak bahaya.

Itu merupakan penyangkalan yang bersifat sementara. Lantaran seiring dengan bertambahnya informasi, orang-orang itu kemudian mulai beradaptasi dengan situasi yang sebelumnya serba tidak pasti itu.

Penyangkalan kemudian akan menjadi kontraproduktif bahkan memberikan efek membahayakan. Lantaran dalam jangka panjang, penyangkalan bisa membuat seseorang abai dan dalam kasus pandemi, maka ia bisa membahayakan keselamatan orang lain.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved