Kisah Relawan Yogyakarta Donasi Peti Mati ke Rumah Sakit Rujukan Corona

di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ada sejumlah relawan di Yogyakarta menyumbangkan peti mati

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Iwan Al Khasni
IST
Pembuatan peti mati dari relawan di DI Yogyakarta untuk didonasikan ke RSUP Dr Sardjito dan RSA UGM 2021 

Tribunjogja.com Yogyakarta == Gerakan sumbang peti mati. Mungkin itu tak terbersit dalam pikiran manusia jika tidak ada masa pandemi Covid-19.

Pembuatan peti mati dari relawan di DI Yogyakarta untuk didonasikan ke RSUP Dr Sardjito dan RSA UGM
Pembuatan peti mati dari relawan di DI Yogyakarta untuk didonasikan ke RSUP Dr Sardjito dan RSA UGM (Istimewa)

Dan hal itu kini terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ada sejumlah relawan di Yogyakarta menyumbangkan peti mati untuk Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Dr Sardjito dan RS Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Itu bukan sindiran. Pada kenyataannya, pihak RS memang membutuhkan peti mati untuk menguburkan jenazah dengan protokol Covid-19. Beberapa hari belakangan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sempat mencatatkan angka kematian per hari puluhan 3orang yang meninggal terkonfirmasi positif virus corona.

Donasi peti mati ini diinisiasi oleh relawan alumni aktivis Gelanggang Mahasiswa UGM yang bergerak sejak lima hari belakangan. “Beberapa hari lalu, ide ini muncul setelah mendengar krisis peti jenazah di RS Sardjito,” ungkap Herlambang Yudho, salah satu relawan alumni Gelanggang Mahasiswa UGM kepada Tribunjogja.com, Jumat (9/7/2021).

Produksi ini dipimpin oleh Capung Indrawan, salah satu relawan, meski dia tak punya pengalaman membuat peti jenazah.

Hati Capung terketuk untuk berbuat sesuatu untuk DI Yogyakarta. Apalagi, pemberitaan tentang banyaknya orang yang meninggal karena Covid-19 cukup gencar di media massa.

Otomatis, kebutuhan untuk peti jenazah pasti meningkat. “Kami merasa prihatin, jenazah yang sudah disucikan atau dimandikan, harus menunggu sekian jam untuk bisa dimakamkan. Tenaga kesehatan yang mengurusi jenazah, tentu saja akan lebih terbebani, sementara risiko terinfeksi juga besar. Kami sekadar ingin memperingan beban-beban ini,” bebernya.

Dengan tekad kuat, Herlambang, Capung dan kawan-kawan berupaya untuk membuat contoh satu peti mati terlebih dahulu. Mereka awam dalam pembuatan peti mati. Kabar baiknya, niat tulus relawan ini dibantu banyak orang. Bahkan, dua tukang ahli pun turut ikut dalam proses produksi.

Satu peti akhirnya bisa terbentuk dan mereka mulai produksi peti lain, sesuai dengan dana yang ada. “Sore ini, kami sudah buat 15 peti. Mungkin besok bisa lebih, tergantung dana dan ketersediaan bahan,” jelas Herlambang.

Berharap Berhenti Produksi

Kegiatan kerelawanan ini menunjukkan masih banyak orang peduli di DI Yogyakarta. Istilah warga bantu warga atau bahkan warga bantu pemerintah sudah tidak asing terdengar di telinga.

Meski begitu, Herlambang dan relawan tetap ingin segera berhenti dari membuat peti mati. Bukan berarti tidak ingin membantu RS. Hanya, jika terus-terusan membuat, artinya ada banyak orang yang pergi meninggalkan dunia di masa pandemi Covid-19.

“Kami berharap langkah kami ini hanya sebentar, yang berarti korban meninggal karena Covid-19 segera turun,” imbuh Herlambang

351 Jenazah Protap Covid-19

osko dekontaminasi Covid-19 Kabupaten Sleman melaporkan tentang permohonan pemakaman dan pemulasaran jenazah dengan protokol tetap (protap) covid-19.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved