Prediksi Puncak Lonjakan Covid-19 di Indonesia Menurut Epidemiolog Universitas Griffith Australia

Prediksi Puncak Lonjakan Covid-19 di Indonesia Menurut Epidemiolog Universitas Griffith Australia

Editor: Hari Susmayanti
Rezas / AFP
Petugas kesehatan mengenakan alat pelindung memindahkan seorang pasien yang dites positif virus corona Covid-19 ke sebuah rumah sakit di Bekasi pada 28 Juni 2021 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Lonjakan kasus baru Covid-19 di Indonesia selama sepekan terakhir sangat tinggi.

Bahkan kasus harian pada Minggu (4/7/2021) kemarin menembus angka 27.233 pasien dalam kurun waktu hanya 24 jam.

Penyumbang tertinggi kasus Covid-19 selama 24 jam terakhir ditempati oleh DKI Jakarta dengan 10.485 pasien.

Sementara di posisi kedua ditempati oleh Jawa Barat dengan penambahan kasus sebanyak 4.458 pasien.

Di posisi ketiga hingga kelima masing-masing ditempati oleh Jawa Tengah dengan 2.955 pasien baru, DIY dengan 1.615 pasien dan Jawa Timur dengan 1.468 pasien baru.

Sementara itu, secara komulatif, kasus Covid-19 di Indonesia hingga saat ini menembus angka 2.284.084 pasien.

Dari jumlah itu, sebanyak 1.928.274 pasien dinyatakan sembuh dan 60.582 meninggal dunia.

Meski saat ini kasus harian Covid-19 sudah sangat tinggi, Epidemiolog memprediksi kenaikan itu bukan puncak dari kasus Covid-19 di Indonesia.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman malah memprediksi puncak kasus Covid-19 di Indonesia akan terjadi akhir bulan Juli ini.

"Situasi ini masih akan berlanjut sampai mendekati akhir bulan ini sebagai puncaknya. Apalagi kita ini di tengah situasi di mana semakin banyak pasien yang tidak tertangani," ujarnya seperti yang dikutip Tribunjogja dari Tribunjateng.com, Senin (5/7/2021).

Menurut dia, angka laporan kasus saat ini yang memang mengalami peningkatan dinilai belum terlalu tinggi, lantaran testing yang dianggap kurang optimal.

Ia pun berharap penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga 20 Juli dapat memaksimalkan upaya testing itu.

"Karena memang sudah sangat banyak ini laporan kasus, (tapi-Red) kita belum menunjukkan peningkatan yang berarti, karena memang testingnya juga 'segitu', belum meningkat. Kami harapkan dari PPKM Darurat itu (testing-Red) bisa 500.000," ujarnya.

Sehingga nantinya, Dicky menyatakan, pemerintah bisa menemukan banyak kasus infeksi baru, kemudian segera ditindaklanjuti melalui upaya isolasi, baik mandiri maupun yang difasilitasi pemerintah.

"Dan langsung isolasi/karantina, mau mandiri atau difasilitasi," tukasnya.

Dicky pun menekankan, keterbatasan fasilitas layanan kesehatan akibat lonjakan pasien covid-19 seharusnya menjadi momen yang tepat bagi pemerintah untuk serius mengedukasi masyarakat terkait dengan bagaimana cara mengisolasi diri di rumah.

"Tapi yang jelas, saat ini sudah waktunya memberikan edukasi pada publik bagaimana dan apa yang harus dilakukan kalau isolasi mandiri," tandasnya.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Tri Yunis Miko Wahyono meminta pemerintah memberikan buku saku pelaksanaan isolasi mandiri kepada setiap RT dan RW.

Menurut dia, mayoritas masyarakat belum mengetahui benar tata laksana pelaksanaan isolasi mandiri bagi pasien bergejala ringan atau OTG.

"Tugas dari Satgas RT/RW itu menurut saya harus dapat instruksi yang benar. Kalau perlu diberikan buku pedoman isolasi mandiri ke RT/RW.

Dengan begitu bisa mengisolasikan dengan benar, agar tidak menularkan kepada orang lain," katanya, dalam diskusi daring, akhir pekan lalu.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, Miko menyatakan, meski warga yang terpapar covid-19 telah melapor ke puskesmas, tidak jarang petugas puskesmas tidak melakukan kunjungan ke rumah warga yang sedang melakukan isolasi mandiri.

"Rapid antigen positif, lapor ke puskesmas. Tapi menurut saya itu bersifat pasif, menunggu laporan ada yang dilihat, ada yang tidak," ucapnya.

Miko menyatakan, kini saatnya pemerintah juga meningkatkan pelayanan kesehatan agar kasus dapat segera turun, serta memperkuat surveilance, selain menerapkan kebijakan PPKM Darurat.

"Segala pembatasan yang dilakukan pada PPKM Darurat ini menurut saya cukup efektif dalam menurunkan kasus covid-19, tapi berapa lama?

Apakah sampai seminggu? Apakah 2 minggu akan turun? Saya masih ragu, saya masih sangsi, jadi dari apakah kemudian sebulan cukup, 1,5 bulan, ya kita tidak tahu," tukasnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Kebutuhan Oksigen di DI Yogyakarta Naik jadi 47,6 Ton Per Hari

Baca juga: Daftar Nomor Kontak Shelter Karantina Covid-19 di Yogya, Bantul, Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul

Update Covid-19 di Indonesia

Ilustrasi Covid-19
Ilustrasi Covid-19 (dok.istimewa)

Kasus baru Covid-19 di Indonesia terus melonjak sepekan terakhir.

Bahkan selama 24 jam terakhir, tambahan kasus barus Covid-19 di Indonesia menembus angka 27.233 pasien.

Sementara itu, secara komulatif, kasus Covid-19 di Indonesia hingga saat ini menembus angka 2.284.084 pasien.

Dari jumlah itu, sebanyak 1.928.274 pasien dinyatakan sembuh dan 60.582 meninggal dunia.

10 provinsi dengan kasus harian tertinggi

Dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com dalam artikel "Daftar 10 Provinsi dengan Kasus Harian Covid-19 Tertinggi 4 Juli 2021" berikut daftar 10 wilayah penyumbang terbanyak kasus Covid-19 di Indonesia pada Minggu (4/7/2021) hari ini :

1. DKI Jakarta (10.485 kasus)

Ibu Kota Indonesia, DKI Jakarta masih menduduki peringkat pertama dengan kasus baru harian tertinggi pada 4 Juli 2021.

Dilaporkan sebanyak 10.485 kasus baru selama satu hari terakhir.

Di samping itu, tercatat 5.816 orang telah sembuh dan terdapat 76 kasus kematian harian.

2. Jawa Barat (4.458 kasus)

Provinsi Jawa Barat berada di posisi kedua provinsi dengan kasus harian tertinggi.

Dilaporkan adanya 4.458 kasus baru harian, dengan 2.107 kasus sembuh.

Kasus kematian yang dilaporkan di Jawa Barat pada 4 Juli 2021 sebanyak 66 orang.

3. Jawa Tengah (2.955 kasus)

Jawa Tengah masuk dalam tiga besar provinsi dengan kasus harian tertinggi.

Tercatat adanya 2.955 kasus baru selama satu hari terakhir.

Selain itu, dilaporkan adanya 900 kasus sembuh dan 138 kematian akibat Covid-19.

4. DI Yogyakarta (1.615 kasus)

Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada di posisi keempat, provinsi dengan kasus baru harian tertinggi.

Dilaporkan sebanyak 1.615 kasus baru harian dan 524 kasus sembuh.

Adapun kematian yang dilaporkan sebanyak 38 kasus.

5. Jawa Timur (1.468 kasus)

Berada di posisi kelima provinsi dengan kasus harian tertinggi, Jawa Timur melaporkan sebanyak 1.468 kasus baru pada 4 Juli 2021.

Selain itu, dilaporkan 729 kasus sembuh dan 89 kematian.

6. Kalimantan Timur (738 kasus)

Provinsi Kalimantan berada di urutan keenam provinsi dengan kasus harian tertinggi.

Dilaporkan adanya 738 kasus baru harian dan 289 kasus sembuh.

Kasus kematian yang dilaporkan di Kalimantan Timur pada 4 Juli 2021 sebanyak 16 orang.

7. Banten (621 kasus)

Banten berada diposisi ke tujuh sebagai provinsi dengan kasus baru tertinggi. Dilaporkan adanya 621 kasus baru harian pada 4 Juli 2021.

Selain itu dilaporkan sebanyak 25 kasus sembuh dan 17 kasus kematian harian.

8. Riau (463 kasus)

Berada di posisi kedelapan provinsi dengan kasus baru harian tertinggi, Riau melaporkan 463 kasus infeksi pada 4 Juli 2021.

Di sisi lain, tercatat adanya 246 kasus sembuh dan 6 kasus kematian harian.

9. Sumatera Barat (435 kasus)

Sumatera Barat berada di posisi sembilan, daerah dengan kasus harian tertinggi.

Tercatat adanya 435 kasus baru dalam satu hari terakhir.

Selain itu, dilaporkan 129 kasus sembuh dan 8 kasus kematian harian.

10. Kepulauan Riau (416 kasus)

Berada di posisi kesepuluh provinsi dengan kasus baru tertinggi, Kepulauan Riau melaporkan adanya 416 kasus baru harian.

Di sisi lain, terdapat 630 kasus sembuh dan 22 kematian harian. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved