Anjungan DI Yogyakarta di TMII Jakarta, Ada Pasareyan Tedeng dan Cerita Gamelan yang Bunyi Sendiri
Berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tidak lengkap jika belum mengunjungi Anjungan DI Yogyakarta. Terletak persis di seberang Museum Kepraj
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Dilihat sekilas, anjungan DIY tampak seperti bangunan yang biasa ditemui di Yogyakarta.
Namun, jika masuk ke dalam, ternyata di anjungan ini, ada banyak barang antik yang sayang jika tidak diperhatikan.
Berbagai benda peninggalan Keraton Yogyakarta di antaranya ada pasareyan tedeng dan dipan tempat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dilahirkan oleh Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara pada 12 April 1912 silam.
Pasareyan tersebut tidak tampak mewah, namun kokoh berdiri setelah ratusan tahun digunakan. Kayunya belum tampak lapuk dan membentuk kotak berukuran 256 cm x 256 cm menutupi kasur.
Selain pasareyan tedeng HB IX, tersimpan pula pasareyan Pangeran Diponegoro dan pasareyan dari bahan marmer peninggalan HB V.
“Di sini ada dua perangkat gamelan dengan bahan perunggu yang berasal dari sumbangan masyarakat. Ada juga ampilan dalem berlapis emas, keris sejak jaman Mpu pertama Yogyakarta tahun 1840 juga ada di sini,” ungkapnya.
Saat ditanya apakah ada hal-hal mengerikan, mengingat pihaknya menyimpan barang-barang antik, Nugrohoningsih tidak menampik.
Seringkali gamelan yang bisa dimainkan oleh umum itu bunyi sendiri.
“Memang seturut cerita ada malam-malam tertentu, gamelan bunyi sendiri. Namun kan ada yang percaya ada yang tidak. Hanya saja memang benda-benda di sini kan usianya sangat tua, mungkin memang memiliki hal-hal menarik tersendiri,” sambung dia.
Baca juga: Bupati Bantul Fokus Kembangkan Sektor Industri,Pertanian dan Pariwisata Meski Masa Jabatan Pendek
Gunakan Danais
Setelah diserahkan ke Pemda DIY di tahun 2001 dari Yayasan Guntur Madu, otomatis pengelolaan anjungan itu dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemda DIY.
“Sejak 2013 kami sudah dapat pendanaan dari Dana Keistimewaan (Danais). Tahun ini, nilainya sekitar Rp 2,1 milyiar,” tambah Nugrohoningsih.
Dana tersebut, menurutnya cukup untuk membiayai gaji para pegawai dan untuk pengelolaan anjungan tersebut.
Bahkan, setiap tahun, danais yang diapatkan naik terus, sehingga perawatan barang-barang bisa dimaksimalkan.
“Awalnya itu belum mencapai Rp 2 miliar. Masih di bawah itu, tapi lambat laun terus naik. Kami berterimakasih kepada Pemda DIY kami selalu didengarkan,” tandasnya. (ard)