FAKTA Video Viral Pecel Lele Malioboro, Pelakunya Bukan PKL dan Sudah Terpampang Daftar Harga
"Lesehan, tapi di dalam ruangan, atau ruko, bukan trotoar, di bawah tenda. Kalau kita ngarani, ya warung makan, wong itu permanen kok," terangnya
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dugaan perilaku 'nuthuk' oleh pedagang di kawasan Maioboro mendadak viral di media sosial, pada Rabu (26/5/2021).
Namun, setelah dilakukan penelusuran, lokasinya ternyata berada di Jalan Perwakilan dan pelakunya pun adalah warung makan, bukan kalangan PKL.
Camat Danurejan, Kota Yogyakarta, Bambang Endro Wibowo menyampaikan, pihaknya langsung mendalami konten video yang diunggah akun tiktok bernama @aulroket tersebut.
Baca juga: VIRAL Meteor Jatuh, Ini Jawaban BPPTKG Soal Kilatan Cahaya di Puncak Gunung Merapi Pada 27 Mei 2021
Ia pun mengakui, sempat kesulitan menemukan lokasi yang dimaksud, karena tak terdapat bukti apapun.
Tetapi, setelah mengamati lebih jauh background di konten itu, ia meyakini lokasinya berada di Jalan Perwakilan.
Karena itu, menurutnya, pelaku dugaan 'nuthuk' ini bukanlah PKL, tapi warung yang juga menyajikan pecel lele, layaknya penuturan si empunya konten di dalam video.
"Lesehan, tapi di dalam ruangan, atau ruko, bukan trotoar, di bawah tenda. Kalau kita ngarani, ya warung makan, wong itu permanen kok," terangnya, Jumat (28/5/2021).
Ia pun sudah mengklarifikasi langsung video tersebut pada pedagang yang diduga 'nuthuk'. Hanya saja, mereka berkelit dan bergeming tidak melalukan perbuatan seperti tudingan @aulroket di konten tiktoknya yang viral itu.
"Ketika ditanya, ya belum ngaku, karena memang di video itu tidak ngomong, makannya di warung mana, dan tidak ada notanya, jadi kita susah," ungkap Bambang.
"Tapi, kalau dilihat dari videonya, kiri kanan gedungnya kan kelihatan, di lapangan kita cek, banyak yang membenarkan kalau lokasinya memang di situ," imbuhnya.
Hanya saja, ia menuturkan, warung yang dimintai klarifikasi itu sejatinya telah memasang daftar harga, yang benderolnya selaras dengan keluhan di video tersebut.
Alhasil, Bambang pun mengaku heran, karena setiap pembeli yang masuk seharusnya bisa langsung menyaksikannya.
"Di situ tertulis tadi, lele sekian, kemudian sambal lalap Rp 10 ribu, nasi putih Rp 7 ribu, itu ada, memang terpampangnya begitu. Sehingga, kalau pembeli datang, pasti membaca, nggak salah juga kan penjualnya," cetusnya.
Baca juga: Ajak Introspeksi, Pemkot Yogyakarta Minta Kasus Pecel Lele Viral di Malioboro Tak Diperpanjang
"Kalau memang larang (mahal), bisa langsung pergi. Tapi (di video) dia menyatakan sudah terlanjur di situ, nggak enak, setelah pergi baru komplen, kan gitu," tambah Bambang.
Lagipula, terangnya, sejauh ini juga belum ada standarisasi banderol pecel lele di kawasan Malioboro. Sehingga, yang terjadi adalah pedagang memasang tarif sesuka hatinya, meski dibarengi pemasangan daftar harga.
"Ya, tidak ada standarisasi harga pecel lele di Malioboro, belum ada. Tergantung penjualnya masing-masing, repotnya kan di situ. Misal ada Perwal yang menyampaikan, pecel lele di Malioboro harga tertingginya sekian. Itu kan belum ada," tuturnya. (aka)