Yogyakarta
Refleksi Gempa 5,9 SR di Yogyakarta 15 Tahun Lalu, BPPTKG : Pentingnya Tingkatkan Waspada Bencana
Pada Sabtu 27 Mei 2006 pukul 5.54 WIB, gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala richter terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Tepat 15 tahun lalu pada 27 Mei 2006, Yogyakarta diguncang gempa berkekuatan besar yakni 5,9 skala richter yang berpusat di Kabupaten Bantul.
Gempa tersebut melumpuhkan Yogyakarta dan sekitarnya, bahkan getarannya sampai hingga sebagian Jawa Tengah.
Tak terhitung banyaknya bangunan yang hancur dan korban jiwa yang juga berjatuhan.
15 tahun, warga Yogyakarta telah pulih dari bencana alam tersebut.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) turut mengenang kejadian gempa 15 tahun yang lalu.
Baca juga: Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Seminggu Terakhir Lebih Tinggi
Kejadian gempa itu juga berbarengan dengan meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan pada Sabtu 27 Mei 2006 pukul 5.54 WIB, gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala richter terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Gempa tektonik yang diperkirakan bersumber di Sesar Opak ini tiba-tiba terjadi dan menyebabkan korban jiwa dan kerugian harta benda yang sangat besar.
"Saat itu perhatian masyarakat tertuju pada Gunung Merapi yang tengah berada pada fase erupsi," ujarnya, Kamis (27/5/2021).
Dari kejadian itu, jaringan seismik Gunung Merapi turut merekam kejadian gempa susulan pasca kejadian gempa besar pada pagi hari.
Baca juga: Banten Diguncang Dua Kali Gempa Pada Minggu Siang, Bermagnitudo 5,4
Hanik menjelaskan, pada hari pertama, tercatat 115 kali gempa susulan dalam sehari, kemudian tanggal 28 Mei 2006 tercatat 95 kali kejadian, dan pada 29 Mei 2006 jumlahnya menurun menjadi 57 kali.
Tak hanya berdampak pada kerusakan dan jatuhnya korban jiwa, gempa tersebut juga berpengaruh terhadap kubah lava Merapi.
Ia mengatakan bahwa pertumbuhan kubah lava meningkat dan tidak stabil akibat gempa.
"Gempa Yogyakarta ini terbukti memberikan pengaruh besar pada aktivitas Gunung Merapi dan daerah rawan gempa bumi di DIY dan Jawa Tengah. Setelah terjadi gempa tersebut, kecepatan pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi meningkat dan semakin tidak stabil. Akibatnya, frekuensi kejadian awan panas meningkat tajam dari 26 menjadi 94 kejadian per hari," urainya.
Warga Yogyakarta kini dituntut hidup berdampingan dengan ancaman bencana alam, baik dari Merapi, gempa tektonik, ataupun bencana alam lainnya.
Baca juga: UPDATE Gempa Bumi Blitar, Sejumlah Bangunan Rusak