Merger GoTo Diharapkan Bantu UMKM Hadapi Serbuan Produk Luar Negeri dari Platform Asing
Merger perusahaan rintisan Gojek dan Tokopedia diharapkan mampu menjadi jembatan bagi penguatan ekonomi digital, terutama sektor Usaha Mikro Kecil
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Merger perusahaan rintisan Gojek dan Tokopedia diharapkan mampu menjadi jembatan bagi penguatan ekonomi digital, terutama sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menilai, kehadiran GoTo ini menciptakan daya saing ekonomi digital Indonesia dalam menghadapi serbuan produk asing yang memanfaatkan platform digital asing.
“Melalui kolaborasi ini diharapkan pasar akan semakin meluas dan aktivitas ekonomi melalui ekosistem GoTo Group semakin efisien,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Tribun Jogja, Jumat (21/5/2021).
Baca juga: Sebanyak 119 Jabatan di Pemkab Gunungkidul Akan Dilakukan Rotasi-Mutasi
Dia menambahkan, strategi yang dikembangkan GoTo akan memberikan banyak manfaat bagi sektor UMKM dan juga para konsumennya.
Sebab, menurut pengamatannya, GoTo ingin membentuk ekosistem komplit dan kompleks.
Saat perusahaan berhasil membentuk ekosistem kompleks dan variatif, ini berdampak pada valuasi ekonomi yang akan meningkat.
“Dengan nilai valuasi yang tinggi dan ekosistem kuat maka fundamental bisnis GoTo juga makin kokoh,” ungkapnya lagi.
Dilanjutkan, kekuatan fundamental diperlukan oleh semua perusahaan, termasuk GoTo Group untuk menjamin keberlanjutan bisnisnya dalam jangka panjang.
Terlebih, kata Nailul, meskipun telah membentuk sebuah super ekosistem, GoTo harus tetap berkompetisi dengan para kompetitornya masing-masing.
Gojek masih tetap harus berkompetisi dengan Grab dan munculnya aplikator ride-hailing lainnya seperti Bonceng, Anterin, Maxim, dan lainnya.
Begitu pun Tokopedia yang saat ini berkompetisi secara ketat di bisnis e-commerce terutama dengan Shopee.
Di luar itu masih ada pemain e-Commerce besar lainnya seperti Lazada, Bukalapak, JD.ID, Blibli, dan lainnya.
Dengan tingkat persaingan yang sangat terbuka tersebut maka kehadiran GoTo tidak serta merta akan menciptakan dominasi pasar.
Menurut Nailul, terlalu jauh menyamakan kehadiran GoTo di Indonesia dengan dominasi Alibaba Group di China yang kemudian menciptakan monopoli.
”Saya rasa (kolaborasi GoTo) tidak akan mengarah monopoli melainkan penguasaan pangsa pasar. Tidak akan terjadi monopoli seperti Alibaba walaupun semua perusahaan teknologi pasti ingin sebesar Alibaba. Untuk GoTo, kolaborasi ini akan meningkatkan kemampuan bersaing di tingkat ASEAN dan domestik yang akan semakin ketat,” terangnya.
Baca juga: Sepekan Terakhir di Bulan Mei, Stasiun Geofisika BMKG Sleman Catat Ada 18 Peristiwa Gempa
Pada hampir semua sektor industri khususnya di Indonesia selalu terdapat penguasa pasar dan tidak berarti terjadi monopoli.
Di industri produk tembakau misalnya Gudang Garam menguasai 30% pangsa pasar namun tidak terjadi monopoli karena terdapat kompetitor besar seperti HM Sampoerna dan Djarum.
Begitu juga di industri otomotif baik roda empat maupun roda dua.
Di pasar kendaraan roda empat misalnya, grup Astra berdasarkan data Gaikindo merupakan pemimpin pasar sekitar 51% pada 2020 namun tidak berarti melakukan monopoli karena terdapat pemain otomotif lainnya yang berkompetisi.
“Jadi ini strategi penguasaan pasar tapi jelas berbeda dengan monopoli karena tetap terjadi kompetisi,” terusnya. (ard)