TSUNAMI Covid-19 India: Ratusan Mayat Mengapung di Sungai Gangga

Ratusan mayat ditemukan mengapung di sungai atau terkubur di pasir tepiannya.

Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
Archana THIYAGARAJAN / AFP
Foto udara 5 Mei 2021, pembakaran kayu bakar korban Covid-19 virus korona terlihat di tempat kremasi di sepanjang tepi Sungai Gangga, di Garhmukteshwar. 

Surat kabar Hindustan melaporkan bahwa polisi menemukan 62 mayat.

Di Kannauj, Kanpur, Unnao, dan Prayagraj, dasar sungai dihiasi dengan kuburan yang dangkal.

Video yang dikirim ke BBC dari tanggul Mehndi ghat di Kannauj menunjukkan sejumlah gundukan berukuran manusia.

Banyak yang terlihat seperti benjolan di dasar sungai, tetapi masing-masing menyembunyikan tubuh. Di dekat Mahadevi ghat, setidaknya 50 mayat ditemukan.

Perbedaan jumlah korban 

Secara tradisional, umat Hindu mengkremasi jenazah mereka.

Namun banyak komunitas percaya dengan apa yang dikenal sebagai "Jal Pravah", yakni praktik membiarkan jenazah anak-anak, gadis yang tidak menikah, atau mereka yang meninggal karena penyakit menular atau gigitan ular untuk mengapung di sungai.

Banyak orang miskin juga tidak mampu membayar kremasi, sehingga mereka membungkus tubuh dengan kain kasa putih dan mendorongnya ke dalam air.

Kadang-kadang, jenazah diikat ke batu untuk memastikan mereka tetap terendam, tetapi banyak juga yang terapung tanpa beban.

Di waktu normal, mayat yang mengapung di Sungai Gangga bukanlah pemandangan yang tidak biasa.

Yang jarang terjadi adalah begitu banyak yang muncul dalam waktu sesingkat itu, dan di banyak tempat di sepanjang tepi sungai.

Seorang jurnalis di Kanpur mengatakan kepada BBC bahwa mayat-mayat itu adalah bukti dari perbedaan besar antara angka kematian resmi Covid-19 dan angka sebenarnya di lapangan.

Dia mengatakan secara resmi 196 orang telah meninggal akibat virus di Kanpur antara 16 April dan 5 Mei, tetapi data dari tujuh krematorium menunjukkan hampir 8.000 kremasi.

"Semua krematorium listrik beroperasi 24/7 pada bulan April. Itu pun belum cukup, sehingga pemerintah mengizinkan pekarangan di luar digunakan untuk kremasi dengan menggunakan kayu," katanya.

"Tetapi mereka hanya menerima jenazah yang datang dari rumah sakit dengan sertifikat Covid-19, dan sejumlah besar orang meninggal di rumah, tanpa menjalani tes apa pun.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved