Celoteh Jedink, Jujur Sampaikan Makna Tanpa Beban.

Antologi Celoteh Jedink berisi 218 karya puisi prosa lirik, pengantar ditulis oleh sastrawan dan budayawan Indra Tranggono.

Editor: ribut raharjo
Istimewa
Diskusi dalam peluncuran antologi ‘Celoteh Jedink’ di Balai RW 3 Sosrowijayan Kulon Yogyakarta 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Membaca antologi ‘Celoteh Jedink’ karya Jedink Alexander, bisa mencermati tulisan-tulisan dalam bentuk prosa lirik yang bahasa sederhana dan makna jelas mudah dimengerti.

Sebab, narasi-narasi yang mengeskpresikan pengalaman pribadi dan berbagai kehidupan sosial yang diekspresikan dalam bentuk prosa lirik menggunakan bahasa yang tidak terlalu rumit.

Antologi 'Celoteh Jedink' berisi 218 karya puisi prosa lirik, pengantar ditulis oleh sastrawan dan budayawan Indra Tranggono tersebut, diterbitkan oleh penerbit Nyala Yogyakarta.

Dari 218 puisi prosa lirik bertema tentang kehidupan sosial, cinta diantaranya berjudul ‘Inspirasi Pagi Hari, ‘Prosa Liris Jedink yang humanis’, ‘Pilu’, ‘Cinta Bersemi’, ‘Gelanggang Cinta’, ‘Sang Pengusaha’, ‘Persahabatan’, ‘Sosrowijayan’ dan karya lainnya.

Jedink mengatakan, tulisan-tulisan dalam antologi ‘Celoteh Jedink’ ini, merupakan ungkapan ekspresi yang bercerita pengalaman pribadi dan bacaan dalam kehidupan sosial di masyarakat  dituangkan dalam bentuk prosa lirik dengan bahasa sederhana dan makna lebih mudah dicerna oleh pembaca.

Pilihan kata ‘Celoteh Jedink’ karena tidak mempunyai beban puisi bagian dari karya sastra, namun maknanya gampang dimengerti. Tulisan-tulisan ini, celengan karya pengalaman pribadi Jedink, pada masa usia remaja saat kuliah di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi) Sompilan Ngasem 12 Yogya tahun 1986, dan kuliah di ISI Yogyakarta Jurusan Tari tahun 1987-1989 hingga sekarang berhasil menjadi seorang pengusaha. Hanya saja, beragam pengalaman hidup ditulis dalam bentuk prosa lirik sejak tahun 2018-2021.

Termasuk, puisi prosa lirik Sosrowijayan itu, ungkapan pengalaman pribadi ketika masih umur remaja sering bermain ke Sosrowijayan.

Peluncuran antologi prosa lirik ini, digelar di Balai RW 3 Sosrowijayan Kulon (Pasar Kembang) Yogyakarta, Minggu (9/5/2021) malam lalu, karena ada karya pengalaman pribadi yang berkait dengan kehidupan malam di Sarkem.

“Ini bentuk kepedulian menyapa penghuni di Sarkem. Momentum peluncuran buku di Sarkem malam itu, sejumlah seniman Yogya, ikut berpartisipasi  membaca puisi. Antara lain, diantaranya, Ojing J Raharjo, Nano Asmorodono, Doni Haryo, Nindito dan seniman lainnya. Juga sastrawan dan budayawan Indra Tranggono yang memberi pengantar  tampil menjadi nara sumber menyampaikan seputar antologi Celoteh Jedink. Rencana Nindito, alumni Asdrafi, kini mempunyai komunitas seni di Muntilan, akan mengadakan pembacaan puisi prosa lirik dalam antilogi Celoteh Jedink, Rabu (19/5) malam,” ujar Jedink, Minggu (15/5) sore di pendapa Asdrafi Sompilan 12 Yogya.           

Indra Tranggono, dalam pengantar antologi Prosa Lirik ‘Celoteh Jedink’ menyebutkan, memilih istilah celoteh tak mempunyai beban, terkait dengan ukuran-ukuran sastra yang rumit.

Jedink, lebih memiliki kebebasan untuk mengekspresikan ide, perasaan dan berbagai kegelisahan kreatifnya. Bentuk dan estetika, tidak membikin Jedink pusing karena hal yang diutamakan adalah komunikasi sosial.

Kemudian bahasa lebih mengutamakan makna yang sesungguhnya ketimbang ungkapan makna kiasan, Bahasa dibiarkan merdeka. Lugas. “Soal pesan sosial, Jedink tak rumit, namun terus terang, jujur, apa adanya. Tujuannya jelas, pembaca bisa langsung mengerti maksud yang ada di dalam narasi-narasi karya Jedink,” tandas Indra. 

Indra menjelaskan, tradisi berceloteh adalah kebiasaan komunal masyarakat kita. Celoteh mencerminkan kultur kerakyatan yang menjunjung tinggi kesetaraan.

Celoteh, tentu sulit ditemukan dalam kultur kalangan menengah ke atas biasanya cenderung canggih di dalam berbahasa.

Celoteh bersifat spontan yang tujuanya beragam dari mengeskpresikan perasaan, menyampaikan cerita tertentu, menyindir hingga mengejek. Bahkan dalam teater tradisi Jawa, celoteh lekat dengan ungkapan berbasis spontan, bisa lucu, getir, nylekit, dan mengharukan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved