India Dihantam 'Tsunami Covid', Pelajaran Apa yang Bisa Diambil?

Serbuan gelombang kedua Covid-19 benar-benar memporak-porandakan India. Bahkan muncul istilah 'Tsunami Covid'.

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
AP PHOTO/RAJESH KUMAR SINGH
India melaporkan lebih dari 200.000 kasus virus corona baru, pada Kamis (15/4/2021), dengan 14 juta secara keseluruhan terinfeksi, dan semakin intensif membebani sistem perawatan kesehatan yang rapuh. 

Dalam laporan Reuters, Kamis (6/5/2021), terjadi lonjakan jumlah kematian dengan mencapai angka 3.780 jiwa selama 24 jam terakhir.

Data kementerian kesehatan menunjukkan, dan infeksi harian naik 382.315 pada hari Rabu. Jumlahnya lebih dari 300.000 setiap hari selama dua minggu terakhir.

Para ahli medis mengatakan angka yang sebenarnya bisa lima hingga 10 kali lipat dari laporan resmi. Negara ini telah menambahkan 10 juta kasus hanya dalam waktu empat bulan, setelah membutuhkan waktu lebih dari 10 bulan untuk mencapai 10 juta pertamanya.

Oposisi telah mendesak dilakukannya lockdown nasional, tetapi pemerintah enggan memaksakan langkah itu karena adanya kekhawatiran kejatuhan ekonomi. Namun beberapa negara bagian telah melakukan lockdown secara lokal.

Semisal di negara bagian Timur Benggala Barat, dilakukan penangguhan layanan kereta lokal dan jam kerja terbatas untuk bank dan toko perhiasan.

Bank sentral meminta bank-bank pada hari Rabu untuk memungkinkan lebih banyak waktu bagi beberapa peminjam untuk membayar kembali pinjaman, karena krisis mengancam kebangkitan ekonomi yang baru-baru ini.

Krisis Vaksin

Lonjakan infeksi ini bertepatan dengan penurunan dramatis program vaksinasi karena masalah pasokan dan pengiriman. Hal ini menjadi ironis lantaran India merupakan produsen vaksin utama.

Setidaknya tiga negara bagian, termasuk Maharashtra, rumah bagi ibukota komersial Mumbai, telah melaporkan kelangkaan vaksin, menutup beberapa pusat inokulasi.

Antrean panjang terbentuk di luar dua pusat di kota barat yang masih memiliki persediaan vaksin, dan beberapa dari mereka yang menunggu memohon polisi untuk membuka gerbang mereka sebelumnya.

Pemerintah mengatakan kapasitas produksi untuk remdesivir obat antivirus, yang digunakan untuk mengobati pasien COVID-19, telah dinaikkan menjadi 10,3 juta botol per bulan, naik dari 3,8 juta botol sebulan yang lalu.

Tetapi pengujian harian telah turun tajam menjadi 1,5 juta, Dewan Penelitian Medis India yang dikelola negara mengatakan, dari puncak 1,95 juta pada hari Sabtu.

Pelajaran Apa yang Bisa Diambil?

Indonesia kini tengah menyongsong agenda tahunan yang melibatkan begitu banyak orang, yakni tradisi mudik yang memungkinkan perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lainnya.

Pemerintah telah mengantisipasi hal ini dengan melakukan penyekatan di berbagai daerah perbatasan.

Pemerintah pun sudah melarang mudik, demi untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Bersamaan dengan itu, penerapan protokol kesehatan sejatinya tak boleh dikendurkan. Jangan sampai kita lengah, menganggap covid-19 sudah hilang. Jika tidak, mimpi buruk yang terjadi di India bisa saja terjadi pula di Indonesia.  (*/CNN/Reuters/BBC News)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved