Wawancara Eksklusif
Mengutamakan Pelayanan dengan Hati, Kantor Imigrasi Yogyakarta Kejar Predikat WBBM
Pelayanan yang lebih humanis menjadi tujuan Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta untuk membantu masyarakat mengurus dokumen negara
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pelayanan yang lebih humanis menjadi tujuan Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta untuk membantu masyarakat mengurus dokumen negara.
Dengan begitu, persepsi publik mengenai kinerja pemerintah tidak lagi buruk dan kepercayaan masyarakat perlahan-lahan meningkat.
Tahun 2021 ini, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta sedang mengejar predikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) untuk membuktikan bahwa instansi tersebut memiliki nilai lebih dan positif dalam melayani masyarakat.
Bagaimana usaha kantor imigrasi yang terletak di Jalan Yogyakarta-Solo Km 10 itu mendapatkan WBBM?
Simak wawancara eksklusif Tribun Jogja dengan Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta, Andry Indrady, Senin (12/4/2021).
Mengapa kantor imigrasi Yogyakarta mengejar predikat WBBM?
Pertama begini, kami ingin menepis persepsi publik bahwa pelayanan dari pemerintah itu ribet.
Saya tidak mau, orang keluar dari kantor imigrasi Yogyakarta itu jengkel kalau tidak mendapatkan solusi.
Misalnya, jika persyaratan tidak lengkap, kan pasti kecewa ya. Nah, bagaimana agar orang kecewa itu tidak jengkel.
Kuncinya kan berarti di pola komunikasi. Bagaimana staff imigrasi menyampaikan kekurangan dokumen itu ke masyarakat.
Pelayanan humanis itu penting. Memang, kerjanya mungkin jadi lebih berat, tapi hasilnya jadi lebih baik.
Petugas tidak sekadar melayani masyarakat, tapi benar-benar memberikan pelayanan dari hati.
Pelayanannya itu nanti akan lebih prima. Aturan yang manusiawi kan juga berarti menghargai publik.
Bagaimana upaya kantor imigrasi Yogyakarta untuk mendapatkan WBBM di tahun 2021?
Caranya, ada motivasi dari pemimpin. Saya memastikan staff di kantor imigrasi bahkan setingkat satpam hingga customer service harus punya kesadaran untuk melayani dengan hati.
Seperti yang tadi, pelayanan humanis yang berasal dari hati itu penting agar publik merasa puas untuk mengurus dokumen kenegaraan sendiri.
Masyarakat senang kan artinya pelayanan kami berhasil.
Kami juga melakukan branding dengan Karyo Menyapa. Maskot itu kan menjadi kebanggaan kita.
Misalnya, kaya Asean Games itu kan punya maskot. Kami juga punya maskot, namanya Karyo.
Karyo itu adalah singkatan Kantor Imigrasi Yogyakarta (Karyo). Kami setuju karena Karyo itu kan juga nama Jawa.
Jadi, maskot itu pakai blangkon, benar-benar kearifan lokal. Makanya kami juga sebut dia Mas Karyo.
Tadi kan berbicara kearifan lokal, apa saja kearifan lokal yang diterapkan di kantor imigrasi Yogyakarta?
Kalau di Jawa, di Yogyakarta, maka kita pakai cara-cara Yogyakarta. Jangan lupa mengucapkan maturnuwun, nuwunsewu begitu misalnya.
Pelayanan itu kan titik temu antara kenyamanan dan peraturan.
Kita tidak bisa memilih kenyamanan saja atau peraturan saja, bukan?
Makanya, titik temunya itu aturan bisa dilaksanakan, kenyamanan juga bisa dirasakan.
Ini perlu terjadi, keseimbangannya itu perlu ada. Maka, peraturannya itu perlu disampaikan dengan baik.
Pokoknya, jika kita menyampaikan dengan baik, maka publik pasti lebih bisa menerima dan tidak lagi merasa berurusan dengan pemerintah itu ribet.
Lantas, apa saja yang dilakukan kantor imigrasi Yogyakarta untuk melakukan branding instansi?
Karyo ini kita gunakan untuk mempublikasikan kegiatan kantor imigrasi Yogyakarta.
Zaman sekarang kan kita senangnya menonton film pendek, video pendek yang tidak lebih dari lima menit.
Makanya, aplikasi TikTok itu banyak banget digunakan.
Publik lebihi enjoy jika menonton video daripada membaca. Maka, kami mengikuti tren itu.
Kami aktif di sosial media, seperti Instagram, Facebook, Twitter.
Karyo ini juga dukungan untuk rekan-rekan humas kantor imigrasi untuk mereportasekan kegiatan kami.
Satu sisi, mereka juga bisa belajar komunikasi dan masyarakat mendapatkan informasi lebih dari video yang kami hasilnya.
Kami juga sering membuat laporan situasi langsung di media sosial. Biar orang semakin paham, oh begini caranya, oh begitu caranya.
Misal, saat kami menggelar program Eazy Passport, kami jemput bola ke masyarakat. Kami datang ke mereka yang ingin bikin paspor.
Itu kami publikasikan secara langsung, tahapannya seperti apa. Kami perlihatkan dari awal sampai akhir.
Memang, bentuk publikasi dari imigrasi di sini ya seperti itu.
Saya lihat ke depan kami harus bikin branding. Jika tidak, nanti orang susah mengingatnya.
Hal kompleks itu bisa lebih mudah jika kami memiliki brand.
Apa harapan Anda setelah mendapatkan WBBM nanti?
Tentu saja kami menginginkan sinergitas antara masyarakat dan pemerintah ya. Kami tidak bisa mewujudkan pelayanan yang maksimal sendiri.
Masyarakat dan pemerintah perlu berada di jalur yang sama untuk mewujudkan pelayanan yang baik tanpa membuat jengkel.
Tahun lalu, di tahun 2020, kami sudah mendapat Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Makanya, tahun ini ingin mendapatkan WBBM.
Jujur, itu sulit dan lebih berat karena tolak ukurnya persepsi publik yang tidak bisa kami kontrol.
Maka, kami ingin baik-baik sekarang. Kami benahi bagaimana antriannya, komunikasinya.
WBBM itu nanti akan ada orang yang melakukan survei kepada orang yang pernah menggunakan jasa kami.
Misalnya, dari komunitas ingin membuat paspor di kantor imigrasi di Yogyakarta, mereka bisa saja tuh nanti ditanya sama surveyornya.
Survei yang dilakukan dijamin autentikasinya.
Dari situ, kami mencoba untuk melakukan kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti kantor pos.
Bagi yang pernah membuat paspor di kantor imigrasi di sini, bayarnya langsung via kantor pos. Kami berdayakan juga.
Ini memudahkan pemohon karena tidak perlu lagi ke bank. Kantor pos juga hidup dari transaksi itu. (ard)