Tak Diatur Pemerintah Pusat, Ini Tanggapan Sekolah Soal ASPD DIY Dijadikan Komponen Penilaian PPDB

Direncanakan, ASPD akan digelar secara tatap muka di sekolah masing-masing. Siswa yang terlibat adalah seluruh siswa kelas VI dan IX.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
ppdb
Ilustrasi PPDB 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs di 5 kabupaten/kota se-DIY sedang mempersiapkan diri untuk pelaksanaan asesmen standardisasi pendidikan daerah (ASPD) DIY.

ASPD merupakan kebijakan Pemerintah Daerah DIY melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY bersama dinas pendidikan di 5 kabupaten/kota.

Direncanakan, ASPD akan digelar secara tatap muka di sekolah masing-masing. Siswa yang terlibat adalah seluruh siswa kelas VI dan IX.

Khusus jenjang SMP, ASPD akan dilaksanakan 5-8 April 2021. Sementara, untuk jenjang SD pada akhir Mei.

Adapun hasil ASPD akan digunakan sebagai pemetaan hasil belajar dari sekolah-sekolah di DIY selama ini.

Selain itu, tujuan kedua ASPD adalah sebagai acuan penilaian seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) ke jenjang yang lebih tinggi.

Tanggapan sekolah-sekolah di DIY cukup beragam terkait ASPD yang akan digunakan sebagai salah satu acuan PPDB selain nilai rapor.

Mulai dari yang mendukung penuh hingga agak keberatan dengan kebijakan tersebut.

Kepala SMPN 4 Yogyakarta, Suramanto, berpendapat dengan ASPD para siswa akan lebih bersemangat untuk memperoleh nilai yang baik agar mendapat sekolah yang diinginkan.

Ia menjelaskan, dalam persiapan ASPD, siswa diberikan pelajaran tambahan melalui daring.

"Dengan segala keterbatasan anak-anak bisa serius, ada tes pendalaman materi bareng-bareng sejak September atau Oktober (2020). Try out dari guru masing-masing," ungkapnya.

"Namun, hasilnya kurang valid karena dikerjakan dari rumah. ASPD yang sebenarnya ini yang melalui tatap muka mudah-mudahan bisa lancar akan menggambarkan kemampuan anak, sehingga untuk pertimbangan PPDB itu bisa fair (adil)," sambung Suramanto.

Ia melanjutkan, dengan adanya ASPD, maka PPDB diharapkan tidak menimbulkan masalah seperti tahun lalu yang menggunakan nilai rapor.

"Nilai rapor bukan proses di sekolah, jadi bingung sekali, banyak yang kurang puas, mudah-mudahan dengan ini benar-benar sesuai kemampuan siswa, jadi memang (ASPD) dibutuhkan," bebernya.

Suramanto menambahkan, terkait protokol kesehatan selama ASPD pihaknya pun sangat memerhatikan hal ini.

"Kami tidak memasukkan siswa sebelum hari H. Jadi kami sangat berhati-hati sekali untuk ini," imbuhnya.

Terpisah, Kepala SMPN 5 Yogyakarta, Nuryani, mengungkapkan dalam rangka menyiapkan siswa menghadapi ASPD, pihaknya melakukan gala siswa atau tambahan bimbingan belajar sejak September hingga Maret akhir.

Hal itu dilakukan secara daring untuk 4 mata pelajaran yang akan diujikan. Selain itu, guru memberikan try out setiap 3 kali pertemuan.

"Kami mengikuti aturan dari dinas, kalau regulasi seperti itu ya kami ikuti. Kami mendukung dengan mempersiapkan siswa," tuturnya ditanya tentang ASPD yang akan digunakan sebagai salah satu komponen penilaian PPDB.

Nuryani menambahkan, dirinya berharap dengan ASPD para siswa dapat tetap aman dan sehat.

Selain itu, mereka mampu meraih prestasi terbaik, sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah yang mereka inginkan.

Pandangan agak berbeda muncul dari pihak sekolah swasta.

Kepala SMP Sekolah Tumbuh, Wresti Wrediningsih, sempat mempertanyakan tujuan pemerintah di DIY yang menjadikan ASPD sebagai acuan penilaian PPDB.

Sebab, hal itu tidak diatur oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Dari pusat sudah mempermudah. Namun, mengapa di DIY ada seperti ini (ASPD). Kami mencari tujuan yang diinginkan DIY. Buat kami tidak terlalu jelas," ungkapnya.

Ia melanjutkan, meskipun demikian, pihaknya tetap mendukung penuh ASPD.

"Kami bagian dari pemerintah, sekolah mendukung. Dengan cara mendukung anak untuk memberi hak mereka. Kami berikan fasilitas," tuturnya.

Menurutnya, setiap tahun Sekolah Tumbuh mempunyai program khusus kelas IX, terutama untuk anak kelas internasional yang butuh berlatih lebih banyak untuk kurikulum nasional.

"Ada program drilling, bimbingan belajar, try out. Mulai Oktober. Kami edukasi ke anak dan orang tua agar nyaman melewati ini," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved