Indahnya Bunga Sakura dan Hanami di Jepang yang Terdampak Perubahan Iklim dan Pandemi Covid-19

Musim 2021 di kota Kyoto mencapai puncaknya pada 26 Maret, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Osaka.

Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
Philip FONG / AFP
Bunga sakura di Taman Kitanomaru di Tokyo pada tanggal 23 Maret 2021, saat pohon sakura yang terkenal di negara itu mulai mekar tahunan hampir dua minggu lebih cepat dari jadwal. 

TRIBUNJOGJA.COM - Musim bunga sakura, tanda musim semi tradisional Jepang, telah mencapai puncaknya paling awal sejak pencatatan dimulai 1.200 tahun yang lalu, menurut penelitian.

Musim 2021 di kota Kyoto mencapai puncaknya pada 26 Maret, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Osaka.

Pembungaan yang semakin awal dalam beberapa dekade terakhir kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim, kata para ilmuwan.

Catatan dari Kyoto kembali ke 812 M dalam dokumen dan buku harian istana kekaisaran.

Kota ini mengalami musim semi yang luar biasa hangat tahun ini, seperti dikutip Tribun Jogja dari BBC.

Orang-orang yang mengenakan hakama, pakaian tradisional untuk upacara kelulusan universitas, berpose untuk berfoto di bawah bunga sakura di Taman Kitanomaru di Tokyo pada tanggal 23 Maret 2021, saat pohon sakura yang terkenal di negara itu mulai mekar tahunan hampir dua minggu lebih cepat dari jadwal.
Sejumlah orang yang mengenakan hakama, pakaian tradisional untuk upacara kelulusan universitas, berpose untuk berfoto di bawah bunga sakura di Taman Kitanomaru di Tokyo pada tanggal 23 Maret 2021, saat pohon sakura yang terkenal di negara itu mulai mekar tahunan hampir dua minggu lebih cepat dari jadwal. (Philip FONG / AFP)

Rekor sebelumnya di sana ditetapkan pada 1409, ketika musim mencapai puncaknya pada 27 Maret.

Bunga, "sakura" dalam bahasa Jepang, hanya bertahan selama beberapa hari, tetapi penampilan mereka sangat penting, baik secara ekonomi maupun budaya. Teman dan keluarga berkumpul, dan Instagram dipenuhi dengan gambar.

Data menunjukkan musim bunga sakura di Jepang sangat berharga karena sudah ada sejak lama.

"Di Kyoto, catatan waktu perayaan festival bunga sakura sejak abad ke-9 merekonstruksi iklim masa lalu dan menunjukkan peningkatan suhu lokal yang terkait dengan pemanasan global dan urbanisasi," menurut makalah sebelumnya yang diterbitkan di jurnal ilmiah Biological Konservasi.

Yasuyuki Aono, seorang peneliti di Universitas Prefektur Osaka, telah melacak data tersebut kembali ke 812.

"Saya telah mencari dan mengumpulkan data fenologis untuk tanggal berbunga penuh pohon ceri (Prunus jamasakura) dari banyak buku harian dan kronik yang ditulis oleh kaisar, bangsawan, gubernur, dan biksu di Kyoto dalam sejarah waktu," tulisnya.

Seorang wanita mengambil foto bunga sakura di distrik Meguro di Tokyo pada tanggal 23 Maret 2021, saat pohon sakura yang terkenal di negara itu mulai mekar tahunannya hampir dua minggu lebih cepat dari jadwal.
Seorang wanita mengambil foto bunga sakura di distrik Meguro di Tokyo pada tanggal 23 Maret 2021, saat pohon sakura yang terkenal di negara itu mulai mekar tahunannya hampir dua minggu lebih cepat dari jadwal. (Philip FONG / AFP)

Fenologi adalah studi tentang musim dan peristiwa biologis yang berulang.

Sejak sekitar tahun 1800, data menunjukkan tanggal puncak di Kyoto secara bertahap bergerak mundur dari pertengahan April menuju awal bulan.

Kemajuan musim bunga sakura dipantau secara ketat, dengan Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan perkiraan bunga pertama dan puncak musim.

Tahun ini, musim dimulai di Hiroshima pada 11 Maret, delapan hari lebih awal dari rekor sebelumnya, yang dibuat pada 2004, menurut Japan Forward.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved